Sebagai bagian dari sejarah republik Indonesia, Kota Padang ternyata terdapat beberapa bangunan zaman kolonial yang hingga sekarang masih eksis dan memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Bangunan tersebut merupakan bukti nyata bahwa pada masa itu Kota Padang pernah menjadi sentra atau pusat pelabuhan yang penting di tepi barat Sumatera.
Di tengah pesatnya perkembangan modern, bangunan-bangunan lama tersebut masih dipertahankan dan beberapa telah dipugar serta dialihfungsikan.
Dalam artikel ini, West Sumatera 360 akan mengajak untuk menjelajahi lima bangunan lama di Padang beserta fungsinya saat ini di Kota Padang,
1. Balai Kota Padang Lama
Balai Kota Padang, bangunan yang mulai berdiri sejak 1931 dan rampung pada 1936, kini telah menjadi cagar budaya istimewa di Kota Padang.
Bangunan ini terlihat masih berdiri kokoh di Jalan Prof. M. Yamin No.14, Kelurahan Kampung Jao, Padang Barat.
Dikenal sebagai salah satu keajaiban arsitektur masa kolonial Hindia Belanda, bangunan ini menjulang gagah di Jalan M. Yamin, yang dulunya disebut Jalan Raaffweg.
Berlokasi di Kecamatan Padang Barat, Sumatera Barat, Balai Kota ini tak hanya menjadi saksi bisu sejarah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan budaya dan pemerintahan.
Dengan aliran masa yang mengalir begitu deras, Balai Kota Padang bertransformasi menjadi Heritage Museum yang memamerkan jejak-jejak berharga sejarah Kota Padang dari zaman ke zaman.
Saat Balai Kota Padang masih menjadi rumah bagi tiga Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bertugas mengatur dan membangun wilayah sekitarnya.
Dari tuntutan zaman kolonial hingga perubahan dinamis era modern, Balai Kota Padang tetap menjadi saksi setia perkembangan kota yang terus berubah.
Menariknya adalah bangunan ini masih mempertahankan struktur asli bangunan dengan beberapa perbaikan untuk menunjang fasilitas kinerja pemerintah.
2. Gedung Bank Mandiri/Eks PT Bank Dagang Negara
Gedung Bank Mandiri ini telah menjadi bagian dari warisan budaya Kota Padang sejak tahun 1930.
Terletak di Jalan Batang Arau No.42, Kelurahan Kampung Pondok, Padang Barat.
Awalnya dikenal sebagai Gedung Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij (NIEM), dan telah menjadi pusat kegiatan perbankan sejak zaman Hindia Belanda.
Meskipun belum ada data yang pasti mengenai sejarah awal kehadirannya di Padang, bangunan ini masih berdiri kokoh meski telah diguncang gempa pada 30 September 2009.
Seiring berjalannya waktu, nama bank ini mengalami beberapa perubahan. Dari Escomptobank NV tahun 1949 hingga menjadi PT. Escompto bank tahun 1958.
Kemudian, berganti menjadi PT. Bank Dagang Negara tahun 1960 dan saat ini berfungsi sebagai Kantor Bank Mandiri Cabang Muaro.
Gaya bangunan yang klasik eropa menjadikan bangunan ini terlihat ikonik ditengah kawasan kota tua di Padang.
3. Museum Bank Indonesia
Museum Bank Indonesia merayakan sejarahnya yang kaya, berdiri sejak 1864 yang terletak di Jalan Batang Arau No. 76, Kelurahan Berok Nipah, Padang Barat.
Gedung ini adalah cabang ketiga dari De Javasche Bank setelah di Kota Surabaya dan Semarang, sehingga menjadikannya cabang yang pertama di luar Jawa.
Di zaman kolonial Belanda, De Javasche Bank tersebar di 12 kota penting di Indonesia.
Baca Juga Sejarah dan Asal Mula Nama Kota Padang
Arsitektur bangunan ini memperlihatkan pengaruh rumah pendopo Jawa, dengan pintu yang lebar dan tinggi bergaya Eropa, serta atapnya yang menyerupai kubah masjid.
Saat ini, bangunan ini telah diubah fungsi oleh Bank Indonesia Cabang Padang menjadi sebuah museum yang menampilkan warisan sejarah perbankan Indonesia.
Dengan kondisi yang masih sangat terawat, bangunan ini layak menjadi destinasi sejarah jika berkunjung ke Kota Padang.
4. Gedung Joang ’45
Gedung Joang’45 telah berdiri sejak tahun 1909 dan menjadi bagian dari cagar budaya Kota Padang. Terletak di Jalan Samudera No.8, Kelurahan Belakang Tangsi, Padang Barat.
Awalnya, gedung ini merupakan kantor dari Konsultan Dagang Jerman, didirikan pada tahun yang sama dengan tahun 1909.
Fungsinya adalah sebagai Kantor Perwakilan Dagang Jerman di Pantai Barat Sumatera.
Namun, saat Jepang berhasil menguasai Kota Padang pada tanggal 17 Maret 1942, gedung ini mengalami sejarah yang berubah.
Gedung Joang ’45 juga menyimpan banyak cerita sejarah dari masa perjuangan kemerdekaan tahun 1945.
Pada masa kini, gedung ini telah diubah fungsi menjadi museum sejarah pada tanggal 20 Maret 1987 atas inisiatif dari Gubernur Sumatera Barat masa itu Prof. Harun Zain.
Di dalam museum ini juga terdapat koleksi utama berupa 250 foto sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Sumatera Barat.
Selain itu juga terdapat puisi perjuangan dan senjata tradisional seperti keris serta berbagai artefak lainnya yang ikut menjadi bukti saksi sejarah Republik Indonesia.
5. Kantor PT Amindo Corp dan PT Pataka Karya S
Kantor PT. Amindo Corp dalam catatan pembangunannya dimulai pada tanggal 14 Februari 1933 yang berlokasi di Jalan Batang Arau No.70, Berok Nipah, Padang Barat.
Awalnya, gedung ini merupakan gudang yang dimiliki oleh PT. Pataka Karya S. dan PT. Amindo Corp.
Di dinding pintu depan kiri dan kanan, terdapat inskripsi yang menjelaskan bahwa bangunan ini dibangun oleh Bouwk Bureau (biro) bernama Sitsen en Lauzada.
Gedung ini memiliki gaya arsitektur Art Deco yang ditandai dengan pola lengkung yang terlihat pada bagian depan, yang ditekankan oleh garis horizontal.
Saat ini, gedung ini berfungsi sebagai kafe dan tempat berkumpul para pemuda yang ingin bersantai dengan nama Angel’s Wing.
Menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah, bangunan ini tetap memancarkan pesona dan daya tariknya bagi yang ingin menikmati suasana yang unik sambil menikmati segelas kopi.
Dengan mempertahankan keberadaan dan mengubah fungsi bangunan-bangunan bersejarah ini.
Kota Padang tidak hanya menjaga warisan budaya dan sejarahnya, tetapi juga menciptakan ruang yang baru dan berguna bagi masyarakat kota.
Segera jadwalkan kunjungan kamu ke Kota Padang dan jelajahi semua gedung bersejarah sambil mengingat kejadian masa lampau yang pernah ada.
Editor: Nanda Bismar