Kota Payakumbuh adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Sumatra Barat dengan beragam pesona dan keunikan yang mungkin masih jarang diketahui banyak orang.
Walaupun belum sepopuler Kota Padang atau Bukittinggi, Payakumbuh tetap memiliki daya tarik tersendiri yang membuatnya layak untuk dikunjungi.
Sebelum merencanakan kunjungan ke kota ini, penting untuk mengetahui beberapa fakta menarik yang akan menambah keseruan pengalaman wisata kamu selama di Payakumbuh.
Oleh karena itu West Sumatra 360 telah merangkum berbagai fakta menarik yang harus kamu ketahui tentang kota ini,
1. Kota Batiah
Batiah merupakan makanan khas dari Payakumbuh yang sekilas mirip dengan rengginang, namun berbeda dari segi bahan dasarnya.
Jika rengginang dibuat dari beras biasa, batiah dibuat dari beras ketan putih. Walaupun berasal dari Payakumbuh, batiah juga dapat ditemukan di berbagai daerah lain di Sumatra Barat.
Untuk membuat batiah, langkah pertama adalah menanak beras ketan hingga matang.
Setelah itu, ketan diambil dalam ukuran kecil dan dibentuk menjadi bulatan pipih.
Bahan tersebut kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering, setelah adonan kering, batiah digoreng dalam minyak panas hingga matang merata.
Batiah memiliki cita rasa gurih yang cocok dijadikan camilan bersama keluarga atau tamu.
Bahkan saat ini batiah bisa ditemukan di berbagai toko oleh-oleh di Sumatera Barat.
Baca Juga Must-See Tourist Attractions: 9 Things to Do in Payakumbuh
2. Kota Biru
Julukan lain untuk Payakumbuh adalah Kota Biru. Hal ini disebabkan oleh peraturan daerah Kota Payakumbuh tentang lambang daerahnya.
Warna biru melambangkan keramahtamahan, airnya jernih, ikan yang jinak, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Pemerintah kota memang sengaja memilih warna biru untuk memberikan identitas khusus bagi Payakumbuh dan menjadikannya lebih mudah dikenali oleh wisatawan.
3. Kampung Rendang
Siapa yang tidak kenal rendang? Makanan khas Minangkabau ini telah mendunia dan diakui sebagai salah satu makanan terenak di dunia.
Menariknya di Payakumbuh memiliki sebuah kampung yang terkenal dengan produksi rendangnya, yaitu Kampung Rendang.
Berlokasi di Jalan Tan Malaka di Kecamatan Lampasi Tigo Nagari, Kota Payakumbuh, kampong ini menjadikan hidangan rendang sebagai ikon utama usahanya.
Di sini, kamu bisa melihat langsung proses pembuatan rendang yang autentik dan bahkan belajar membuatnya.
Berdasarkan informasi yang didapat pada tahun 2018, Pemerintah Kota Payakumbuh menggalakkan promosi daerahnya sebagai Kampung Rendang.
Bahkan, rendang buatan Payakumbuh sudah terkenal hingga mancanegara, seperti Malaysia dan Singapura.
Di Payakumbuh, rendang tidak hanya terbatas pada daging sapi tapi juga tersedia berbagai varian rendang seperti rendang telur, paru, ayam, ubi, jengkol, cubadak (nangka muda), dan daun singkong.
4. Pacu Itiak
Pacu Itiak atau balapan itik adalah tradisi unik yang hanya bisa kamu temukan di Payakumbuh.
Sejak 2020, pacu itiak diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda dalam bidang Seni Pertunjukan dari Sumatera Barat.
Lahan sawah setelah dipanen biasanya menjadi arena pacu, namun masyarakat juga telah membangun gelanggang khusus untuk pacu itiak.
Walaupun terdengar masih tradisional teernyata juga terdapat aturan yang harus dipatuhi dalam lomba ini.
Aturan tersebut mencakup misalnya itik yang diikutkan harus berusia antara 4 hingga 6 bulan, sayapnya tidak boleh cacat, dan harus mengarah ke atas.
Melihat tingginya minat masyarakat terhadap pacu itiak, lomba ini kini dikelola secara profesional oleh Persatuan Olahraga Pacu Itiak (PORTI).
5. Sejarah Jembatan Ratapan Ibu
Jembatan Ratapan Ibu adalah salah satu landmark penting di Payakumbuh yang terletak di Jalan A. Yani, Kelurahan Ibuh, Payakumbuh Utara.
Dibangun pada tahun 1840, tepat delapan tahun setelah kedatangan Belanda di Luak Limopuluah pada tahun 1832.
Secara keseluruhan jembatan memiliki panjang 40 meter dan dirancang dengan arsitektur kuno.
Menggunakan susunan batu merah setengah lingkaran yang disatukan dengan kapur dan semen tanpa menggunakan tulang besi.
Selain melintasi Batang Agam, jembata juga berfungsi menghubungkan Pasar Payakumbuh dengan labuah basilang dan nagari Aie Tabik.
Mengapa jembatan ratapan ibu begitu ikonik? Karena terkenal dengan sejarah masa lampau, dimana lokasi ini menjadi tempat eksekusi para pejuang kemerdekaan oleh tentara Belanda pada masa penjajahan.
Menurut catatan sejarah, para pejuang yang ditangkap oleh Belanda dibawa ke jembatan ini, diperintahkan untuk berbaris di pinggir jembatan, kemudian dieksekusi dengan tembakan senjata api.
Tubuh para pejuang kemudian jatuh ke Batang Agam yang kemudia hanyut terbawa arus sungai batang agam yang deras.
Oleh karena itu untuk memperingati peristiwa tragis ini maka diberikan nama Jembatan Ratapan Ibu.
Di sekitar lokasi juga didirikan patung wanita paruh baya yang seolah sedang menangis, sebagai simbol kesedihan melihat kekejaman tentara Belanda pada masa itu.
Editor: Nanda Bismar