Close Menu
  • Home
    • About
    • Privacy Policy
    • UMKM
  • Culture
  • To Do
  • Food
  • Travel Tips
  • Services

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Tips & Checklist Liburan Eco Friendly ke Sumatera Barat

07/10/2025

5 Restoran Lokal untuk Pecinta Pizza di Padang: Cita Rasa Otentik Khas Italia

06/10/2025

Matcha Lovers Wajib Tahu! Ini 5 Tempat Matcha Terfavorit di Padang

05/10/2025
Facebook X (Twitter) Instagram
Facebook X (Twitter) Instagram
West Sumatra 360
Wednesday, October 8 Login
  • Home
    • About
    • Privacy Policy
    • UMKM
  • Culture
  • To Do
  • Food
  • Travel Tips
  • Services
West Sumatra 360
Home»Wisata»Budaya»5 Tradisi Pernikahan Setelah Akad Nikah di Minangkabau
Budaya

5 Tradisi Pernikahan Setelah Akad Nikah di Minangkabau

Yoga PrasetyoBy Yoga Prasetyo01/08/2025
Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
5 Tradisi Pernikahan Setelah Akad Nikah di Minangkabau
Photo Nanda Studio Photo - Koleksi Instagram @nusantara_heritage1
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Tradisi Pernikahan adat Minangkabau di Sumatera Barat dikenal luas karena keunikannya yang sarat makna dan filosofi.

Tidak hanya prosesi akad nikah, tradisi juga dilanjutkan dengan sejumlah upacara adat pasca akad yang penuh simbol dan nilai kehidupan.

Bukan hanya sekedar perayaan, tetapi juga media untuk menyampaikan nilai-nilai tanggung jawab, kerja sama, hingga transisi peran sosial dalam rumah tangga.

Berikut adalah lima tradisi pernikahan adat Minangkabau setelah akad nikah yang masih lestari hingga kini di Sumatera Barat.

1. Mamulangkan Tando

Tradisi pertama yang dilakukan setelah akad nikah adalah mamulangkan tando, yang hampir dilakukan di semua wilayah di Sumatera Barat.

Tando adalah tanda atau barang yang diberikan oleh kedua belah pihak saat proses lamaran, sebagai simbol bahwa kedua calon pengantin telah terikat dalam janji.

Namun setelah resmi menjadi pasangan suami istri, tando tersebut harus dikembalikan.

Pengembalian tando menandakan bahwa status keduanya telah berubah dan telah sah menjadi pasangan suami isteri.

Mereka bukan lagi dua orang asing yang saling mengenal, tetapi telah sah menjadi pasangan dalam satu keluarga.

Pengembalian tando juga menjadi simbol bahwa semua urusan sebelum pernikahan telah selesai dan kini mereka memulai hidup baru bersama.

5 Tradisi Pernikahan Setelah Akad Nikah di Minangkabau
Photo Nanda Studio Photo Koleksi Instagram nusantara heritage1

2. Malewakan Gala Marapulai

Salah satu prosesi yang paling khas dalam adat Minang adalah prosesi malewakan gala marapulai, atau penyematan gelar kepada pengantin pria.

Dalam budaya Minangkabau, seorang pria yang menikah akan mendapat gelar adat sebagai bentuk pengakuan bahwa ia kini telah menjadi kepala keluarga.

Gelar ini bukan sembarang sebutan, gelar ini menyiratkan tanggung jawab besar dan biasanya terdapat pertimbangan yang matang sebelum gelar disematkan.

Seorang pria Minang yang telah menikah diharapkan mampu memimpin, melindungi, serta menafkahi keluarganya.

Selaras dengan prinsip adat Minang yaitu ketek banamo, gadang bagala, artinya saat kecil seseorang hanya memiliki nama, namun saat dewasa ia memiliki gelar.

Gelar tersebut akan melekat seumur hidup dan menjadi bagian dari identitasnya di tengah masyarakat.

3. Mangadu Kaniang

Tradisi berikutnya adalah mangadu kaniang, sebuah prosesi simbolik yang menggambarkan kedekatan emosional antara suami dan istri.

Dalam proses ini, kedua mempelai akan duduk saling berhadapan dengan posisi sangat dekat.

Pihak keluarga wanita akan memandu, dimana kening kedua pengantin diarahkan untuk saling mendekat lalu sesepuh akan menyelipkan kipas diantara keduanya.

Ketika kening mereka sudah menempel pada kipas, kipas tersebut akan dilepas perlahan hingga akhirnya kening mereka saling menyatu.

Klook.com

Ritual ini melambangkan penyatuan dua kepala, dua pemikiran, dua pandangan hidup, yang kini harus belajar seiring sejalan.

Walaupun sederhana, mangadu kaniang menjadi momen intim yang sarat pesan tentang kebersamaan dan harmoni dalam rumah tangga.

Baca Juga Ciptakan Moment Berharga dengan 7 Pilihan Wedding Organizer Terbaik di Padang

4. Mangaruak Nasi Kuniang

Jika biasanya pengantin hanya duduk menerima ucapan selamat, dalam tradisi Minang terdapat prosesi unik bernama mangaruak nasi kuniang.

Dalam ritual tersebut, pengantin akan diberikan tumpeng nasi kuning yang di dalamnya terdapat potongan ayam yang tersembunyi.

Kedua pengantin akan “berebut” ayam tersebut, walaupun terdengar lucu dan mengundang tawa para tamu, makna di balik tradisi ini sangat dalam.

Ayam yang diperebutkan menjadi simbol kerja sama antara suami dan istri dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Perebutan ini menggambarkan bagaimana keduanya harus saling membantu dan bergotong royong dan mengelola rumah tangga secara umum.

5. Tari Payuang

Tradisi terakhir yang kerap menjadi penutup rangkaian prosesi pernikahan adalah tari payuang atau tari payung.

Tarian ini biasanya ditampilkan oleh sekelompok penari dengan payung sebagai atribut utama, dimana pengantin pria akan memayungi pengantin wanita.

Payung disini bukan sekadar pelindung dari panas atau hujan, melainkan simbol dari tanggung jawab suami untuk melindungi istrinya dalam segala aspek kehidupan.

Setelah menikah, tanggung jawab atas perempuan bukan lagi di tangan ayahnya, tetapi sepenuhnya berpindah kepada sang suami.

Tari payung ini menjadi bentuk pengingat, bahwa pernikahan bukan hanya tentang cinta dan suka cita, tapi juga komitmen dan perlindungan yang harus dijaga.

Kelima tradisi pasca-akad diatas menunjukkan bahwa pernikahan dalam adat Minangkabau bukan hanya sekadar pengesahan hubungan dua insan.

Tetapi juga bentuk pembelajaran sosial dan tanggung jawab baru dalam kehidupan bermasyarakat.

Walaupun zaman terus berkembang dan banyak pasangan yang memilih konsep pernikahan modern, namun tradisi-tradisi diatas tetap layak dipertahankan.

Tidak hanya memperkuat nilai-nilai keluarga, tapi juga menjadi cermin kearifan lokal yang membentuk identitas masyarakat Minangkabau hingga hari ini.

Editor: Nanda Bismar

 

Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram LinkedIn Copy Link
Yoga Prasetyo
  • Website
  • Instagram

Related Posts

Nagari Ujung Gading: Menelusuri Jejak Suku Mandailing di Ranah Minang

18/09/2025

6 Wisata Budaya & Religi di Sijunjung yang Sarat Sejarah Minangkabau

24/08/2025

Sapo-Sapoan: Pengobatan Alternatif yang Unik dari Minangkabau

13/08/2025
Add A Comment

Comments are closed.

Top Posts

Tips & Checklist Liburan Eco Friendly ke Sumatera Barat

07/10/2025

Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

01/12/2022

5 Things To Do in Mentawai Islands

03/12/2022

5 Kebun Satwa di Sumatera Barat yang Wajib Kamu Kunjungi

04/12/2022

6 Cafe Dengan Pemandangan Samudera Hindia di Kota Padang

05/12/2022

Subscribe to Updates

Get the latest tech news from FooBar about tech, design and biz.

Most Popular

Tips & Checklist Liburan Eco Friendly ke Sumatera Barat

07/10/2025

Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

01/12/2022

5 Things To Do in Mentawai Islands

03/12/2022
Our Picks

Tips & Checklist Liburan Eco Friendly ke Sumatera Barat

07/10/2025

5 Restoran Lokal untuk Pecinta Pizza di Padang: Cita Rasa Otentik Khas Italia

06/10/2025

Matcha Lovers Wajib Tahu! Ini 5 Tempat Matcha Terfavorit di Padang

05/10/2025

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

Facebook X (Twitter) Instagram
  • About
  • Privacy Policy
  • Our Team
© 2025 WestSumatra360.com. Designed by Hendri Simon.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Sign In or Register

Welcome Back!

Login to your account below.

Lost password?