Tari tradisional Minangkabau tidak hanya menampilkan keindahan gerak dan estetika budaya, tetapi juga sarat dengan nilai spiritual yang diwariskan secara turun-temurun.
Biasanya tarian tradisional dipertunjukkan dalam pentas kesenian, penyambutan tamu, hingga berbagai pesta dan acara adat lainnya.
Namun dibalik gerakan anggun dan gemulai, ternyata sebagian tarian dipercaya mengandung unsur mistis yang masih dipercaya oleh masyarakat hingga saat ini.
Berikut adalah tujuh tarian tradisional Minangkabau yang dipercaya mengandung unsur mistis, yang bisa saja membuat kamu merinding.
1. Tari Piring
Tari Piring merupakan tarian ikonik dari Minangkabau yang awalnya digunakan dalam ritual syukuran atas hasil panen.
Dipercaya berasal dari daerah Solok, Sumatera Barat, dan diperkirakan telah ada sejak abad ke-12.
Pada masa itu, masyarakat Minangkabau masih menyembah dewa-dewa, dan tari piring diperuntukkan sebagai tarian persembahan bagi dewa atas hasil panen yang berlimpah.
Tarian ini menampilkan gerakan cepat dan dinamis dengan piring di kedua tangan penari.
Dalam beberapa pertunjukan, penari bahkan menari di atas pecahan kaca tanpa terluka, yang dipercaya sebagai hasil dari latihan spiritual dan penguasaan teknik khusus.
Atraksi ini sering dikaitkan dengan kekuatan supranatural atau “ilmu kebal” yang dimiliki oleh penari.
Sebagian penari piring menggunakan ritual dengan kemenyan yang dibakar dan di baca-bacakan doa-doa khusus.
2. Tari Indang
Tari Indang, juga dikenal sebagai Dindin Badindin, berasal dari Pariaman dan berkembang di surau-surau sebagai media penyebaran Islam pada abad ke-14.
Tarian ini biasanya dibawakan oleh kelompok penari ganjil dan diiringi oleh syair-syair Islami.
Tidak hanya berfungsi sebagai media dakwah Islam, tetapi juga mengandung elemen-elemen sakral yang memperkuat identitas budaya masyarakat Minangkabau.
Salah satu aspek mistis dalam Tari Indang adalah kehadiran “sipatuang sirah”, yaitu tokoh gaib yang dipercaya untuk melindungi kelompok tari dari pengaruh negatif.
Setiap kelompok Indang biasanya dipimpin oleh seorang sipatuang sirah yang berperan sebagai penjaga keselamatan dan keharmonisan selama pertunjukan berlangsung.
Pertunjukan Tari Indang juga memiliki waktu pelaksanaan yang dianggap sakral. Biasanya, tarian ini dilakukan pada malam hari, setelah sholat isya.
Waktu-waktu tersebut dipilih karena diyakini memiliki energi spiritual yang kuat, sehingga memperkuat nuansa mistis dalam pertunjukan.
Dengan demikian, Tari Indang bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan juga manifestasi dari kepercayaan spiritual dan identitas budaya masyarakat Minangkabau.

3. Tari Bailau
Tari Bailau, atau yang juga dikenal sebagai Ilau, adalah salah satu warisan budaya Minangkabau yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan mistis.
Tarian ini berasal dari solok, salayo yang tidak hanya berfungsi sebagai bentuk ekspresi seni, tetapi juga sebagai medium komunikasi antara manusia dan alam gaib.
Dalam praktiknya, Tari Bailau sering kali dilakukan oleh kelompok perempuan paruh baya yang telah menikah, yang dikenal sebagai “tukang ba-ilau”.
Mereka menyanyikan pantun-pantun yang disebut “sisomba” dengan irama yang khas dan penuh penghayatan.
Pantun-pantun ini tidak hanya berisi ungkapan perasaan, tetapi juga dipercaya memiliki kekuatan untuk memanggil atau berkomunikasi dengan roh-roh para leluhur.
Salah satu aspek mistis dari Tari Bailau adalah kemampuannya untuk digunakan dalam berbagai upacara adat berkaitan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat.
Seperti peristiwa kematian, kehilangan, atau pengangkatan pemimpin adat.
Misalnya, dalam upacara “ilau rimau”, Tari Bailau digunakan untuk memanggil harimau yang telah mengganggu masyarakat, dengan harapan dapat menenangkannya.
Selain itu, Tari Bailau juga digunakan dalam upacara “ilau urang ilang” untuk memanggil orang yang hilang, atau dalam “ilau datuak” untuk merayakan pengangkatan seorang datuk.
Dalam semua upacara ini, Tari Bailau berfungsi sebagai jembatan antara dunia nyata dan dunia spiritual, memungkinkan komunikasi dan interaksi antara keduanya.
4. Lukah Gilo
Lukah Gilo adalah kesenian tradisional Minangkabau yang berasal dari Sumatera Barat, dikenal karena perpaduan antara hiburan dan unsur spiritual.
Nama “Lukah Gilo” berasal dari bahasa Minangkabau, di mana “lukah” berarti alat penangkap ikan dari anyaman rotan, dan “gilo” berarti gila, menggambarkan gerakan tak terkendali.
Kesenian ini diperkirakan telah esksis sejak masa pemerintahan Raja Adityawarman dan diwariskan secara turun-temurun dalam masyarakat Minangkabau.
Dalam pertunjukannya, lukah dihias menyerupai manusia dengan batok kelapa sebagai kepala dan kayu sebagai tangan.
Seorang pawang, dikenal sebagai Kulipah, membacakan mantra untuk memanggil roh agar merasuki lukah, membuatnya bergerak liar mengikuti irama musik tradisional Minangkabau.
Pertunjukan ini biasanya dilakukan pada malam hari untuk menciptakan suasana magis.
Keunikan Lukah Gilo terletak pada gerakan lukah yang dianggap sebagai manifestasi kekuatan supranatural.
Tidak jarang dalam pertunjukkan penonton juga bisa mengalami kesurupan, menambah aura sakral dari pertunjukan ini.
Baca Juga 7 Tari Tradisional dari Minangkabau Part II
5. Tari Benten
Tari Benten berasal dari Pesisir Selatan dan menggambarkan dinamika kehidupan melalui gerakan estetis yang dipandu oleh musik tradisional.
Meskipun tidak secara eksplisit disebutkan memiliki unsur mistis, tari Benten memiliki kedalaman spiritual yang tercermin dalam gerak dan maknanya.
Beberapa versi menyebutkan bahwa tari ini mengisahkan tentang kehidupan sebuah keluarga dengan tokoh-tokoh bernama Benten.
Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah Adau Adau, Buai Buai, dan Rantak Kudo, yang masing-masing merepresentasikan tahap-tahap kehidupan manusia.
Selain itu, gerakan yang menyerupai burung elang terbang, diinterpretasikan sebagai simbol hubungan antara manusia dan alam semesta, serta pencarian makna hidup yang lebih dalam.
6. Basirompak
Tarian tradisional Minangkabau dari Kota Solok, sarat makna yang menggambarkan usaha pihak laki-laki memikat hati pihak perempuan dengan gerakan lembut dan sopan.
Selain sebagai hiburan, tari Basirompak mengandung nilai mistis, bahwa tarian ini membawa energi spiritual dan keberkahan, di mana setiap gerakan memiliki simbol doa dan harapan.
Busana adat dan aksesori penari juga dianggap memiliki kekuatan magis yang menghubungkan dengan leluhur.
Tarian ini menjadi warisan budaya penting yang mengajarkan keharmonisan sosial dan penghormatan terhadap tradisi serta nilai spiritual dalam masyarakat Minangkabau.
Tarian-tarian tradisional Minangkabau yang mengandung unsur mistis mencerminkan kekayaan budaya dan spiritual masyarakatnya.
Setiap tarian tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media untuk menyampaikan nilai-nilai, kepercayaan, dan sejarah yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Melestarikan dan memahami tarian-tarian diatas adalah bentuk penghormatan terhadap warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Editor: Nanda Bismar