Pada artikel sebelumnya telah dibahas mengenai beberapa tarian tradisional yang ada di Minangkabau, mencakup tari penyambutan dan beberapa tarian lainnya.
Berikut adalah lanjutan tarian tradisional Minangkabau yang tidak kalah menarik dan penuh makna dan masih eksis hingga saat ini.
Penasaran dengan artikel lanjutannya? Berikut adalah ulasan menariknya dari West Sumatra 360 tentang tujuh tarian tradisional Minang yang terkenal,
1. Tari Indang
Dalam ceritanya dahulu tari indang dibawa oleh seorang pemuka islam yang berasal dari Aceh yaitu Abdul Kadir Jailani pada abad ke-14.
Pada setiap perjalanan dakwahnya beliau selalu mendendangkan dendang-dendang syair pantun sebagai media penyiaran islam.
Dari Aceh, Abdul Kadir Jailani menyebarkan tari indang sampai ke Sumatera Barat khususnya di Jorong Guguk, Nagari Lurah Ampalu, Kecamatan VII Koto, Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman yang kemudian dinamakan Indang Guguak.
Tari indang selalu dipentaskan setiap kali diadakan upacara tabuik, yang dilakukan masyarakat Pariaman dalam rangka memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad setiap tanggal 10 Muharram.
Tarian ini biasanya dimainkan oleh tujuh penari yang semuanya laki-laki. Ketujuh penari itu diesbut dengan “anak indang”.
Saat ini, tari indang tidak hanya dipentaskan saat upacara tabuik saja, namun juga sering dipentaskan pada berbagai acara lain, seperti acara pengangkatan penghulu, atau acara festival suatu daerah dan lainya.
Bukan hanya sekedar tarian, tetapi indang juga merepresentasikan masyarakat Pariaman yang bersahaja, saling menghormati, dan patuh kepada perintah tuhan.
Tonton Penampilan tari Indang Disini
2. Tari Rantak
Tari Rantak merupakan salah satu tarian klasik yang terus diwariskan sampai sekarang, namun belum terdapat kejelasan mengenai mengenai asal usul tarian tersebut.
Namun beberapa catatan menjelaskan bahwa dahulunya tari rantak dikenal dengan nama ratok bawah.
Biasanya tarian ini dipakai dalam ritual kematian penghulu atau pemangku adat di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatra Barat.
Oleh karena perkembanganya, maka tari yang satu ini sekarang dikenal dengan nama tari rantak.
Keunikan tari ini sudah jelas dari namanya yaitu identik dengan Gerakan Rantak atau hentakan kaki.
Tarian khas Sumatera Barat yang satu ini mengedepankan dan menegaskan ketajaman gerakan si penari.
Keindahan tarian ini terdapat pada kerentakan penari yang dapat menimbulkan bunyi dari hentakan kaki yang selaras dan ketegasan gerakannya.
Tari rantak biasanya ditarikan oleh beberapa orang laki-laki dan perempuan dengan menggunakan pakaian yang berwarna merah serat emas.
Musik pengantar yang dinamis serta gerakan yang kuat dan tajam ditambah dengan hentakan kaki, tari rantak ini akan menghipnotis mata para penonton yang menyaksikannya.
3. Tari Alang Babega
Tarian ini berasal dari kata “tutur alang babega” yang melambangkan kehidupan burung elang dipepohonan kemudian terbang untuk mencari mangsa buruannya.
Kemudian juga tari ini yang terinspirasi dari elang dan sebagai perwujudan apresiasi kepada alam. Bahkan dipercayai tarian ini sudah berumur lebih dari ribuan tahun.
Tarian tradisional asal Minangkabau ini sering ditampilkan pada acara-acara adat dan acara formal lainnya.
Dalam praktiknya, tarian alang babega dapat dilakukan oleh penari tunggal maupun berkelompok, tergantung pada formasi penari.
Gerakan tari ini menggambarkan burung elang yang melayang- layang di udara.
Burung elang mengepakkan sayapnya, mencari mangsa, kemudian menukik dan menyambar mangsa tersebut.
Musik yang mengiringi tarian ialah musik semangat, oleh karena itu tari ini cocok ditarikan oleh anak muda minang.
Pakaian yang digunakan oleh penari pun berwarna cerah untuk menambah semangat sebagai simbol bahwa tari alang babega ini merupakan tari untuk bersenang-senang.
4. Tari Tampuruang
Diciptakan pertama kali oleh Aji Muhammad, yang diperankan di tahun 1952 di Nagari Batu Manjalur.
Kemudian semakin populer pada tahun 1970–1980an. Kepopuleranya semakin meningkat bahkan terus berkembang hingga ke Nagari Aia Dingin, Padang Sibusuak.
Nilai filosofis yang terkandung di tarian ini yaitu penerapan dalam kehidupan sehari-hari agar menjaga nama baik, bermanfaat dan tidak merugikan orang lain.
Tari Tampuruang merupakan salah satu kesenian tradisional asal Minangkabau, Sumatera Barat.
Tarian yang satu ini cukup unik karena memakai properti utama berupa tempurung atau tampuruang dalam bahasa minang.
Tari tampuruang biasanya ditarikan oleh 9 orang penari serta 5 orang pemusik wanita.
Gerak dalam tari ini terdiri dari gerak sambah, gerak alang tabang, gerak kaja-bakaja dan masih banyak lagi gerak yang lainnya.
Umumnya pakaian yang digunakan oleh penari tampuruang adalah baju kuruang basiba, songket dan tutup kepala.
Apabila dalam acara batagak panghulu, maka penutup kepala menggunakan tangkuluak tanduak.
5. Tari Lilin
Tari Lilin adalah sebuah tarian tradisional yang berasal dari Sumatera Barat.
Konon asal mula tari lilin adalah ketika seorang gadis minang kehilangan cincin dari tunanganya yang merantau untuk berdagang.
Lalu si perempuan terus mencarinya hingga malam hari hingga keluar pekarangan rumah.
Dia mencari cincin dengan berlenggak lenggok sehingga munculah inspirasi tarian dari lenggokan gadis yang indah itu.
Selain itu tari lilin sekarang menjadi tarian yang cukup sakral, pasalnya tarian ini memiliki makna sebagai ungkapan rasa syukur setelah panen.
Tari lilin ini biasanya ditampilkan oleh sekelompok penari perempuan maupun berpasangan yang membawa lilin dan diiringi oleh musik yang dibawakan oleh sekelompok musisi.
Para penari akan membawa lilin yang menyala pada piring kecil yang dipegang pada kedua telapak tangan mereka.
Penari juga akan menarikan tarian berkelompok dengan memutar piring berisi lilin yang menyala untuk terus berada di atas telapak tangan dan menjaga agar lilin tidak padam.
6. Tari Payuang
Awal mula tari payuang diduga berkaitan dengan seni drama di masa penjajahan jepang yang dulu dikenal dengan nama toonel.
Masa itu tarian ini hanya ditampilkan sebagai selingan dalam rangkaian drama toonel. yang kemudian ditata Muhammad Rasyid Manggis pada tahun 1904-1920.
Kemudian dilanjutkan Siti Agam yang mengangkat atau menata koreografi dengan tema pergaulan remaja atau muda mudi.
Ceritanya, tari payuang disesuaikan dengan gambaran kehidupan remaja di perkotaan dan sudah lepas dari aturan adat yang berlaku. Uniknya tari yang satu ini dahulunya dimainkan hanya oleh kaum perempuan.
Baca Juga Tari Tradisional Sumatera Barat dalam Penyambutan Tamu
Tidak hanya bersifat menghibur, tari payung juga menjelaskan bagaimana seharusnya perilaku pasangan dalam menjalin hubungan yang sesuai dengan norma agama dan norma adat yang ada di Minangkabau.
Pakaian yang digunakan penari wanita ialah baju kurung atau kebaya, bawahan memakai kain songket, rambut disanggul, dan hiasan kepala berbentuk mahkota atau suntiang yang agak rendah berwarna keemasan.
Penari laki-laki memakai baju lengan panjang teluk belanga dengan model kerah cekak musang serta bawahan celana panjang berwarna senada.
Kain sesamping berbahan songket, dan penutup kepala khas Minang atau kopiah atau peci hitam.
Properti yang digunakan yaitu berupa payung digunakan oleh pria, dan selendang digunakan oleh wanita.
7. Tari Pilin Salapan
Tari pilin salapan merupakan kesenian tari tradisional yang berasal dari Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat.
Tarian ini memiliki makna sebagai ungkapan rasa syukur terhadap tuhan yang maha esa atas melimpahnya hasil laut desa wisata Air Bangis.
Selain hal tersebut, tarian pilin salapan juga menggambarkan kekompakan dan kesatuan masyarakat setempat yang menciptakan kehidupan yang rukun dan damai.
Terdapat pesan simbolis yang menggambarkan setiap jalinan yang terbentuk.
Dalam kisahnya Air Bangis memiliki delapan penghulu yaitu empat penghulu dalam dan empat penghulu luar dan kedelapan penghulu ini bersatu menjalin kekompakan sehingga terjalinlah persatuan.
Selain menambilkan Gerakan tarian yang indah, tarian tradisional Minangkabau ternyata memiliki filosofi tersendiri.
Kekayaan tarian tradisional Minangkabau merupakan aset yang harus selalu dijaga dan dilestarikan.
Nah, tari apa saja nih yang belum kami bahas? Tinggalkan komentar dan saranmu di postingan ini ya!
Editor: Nanda Bismar