Tradisi Kerik Gigi
Suku Mentawai merupakan suku asli di Kepulauan Mentawai yang mendiami Pulau Siberut yang berjarak sekitar 100 mil dari garis pantai Provinsi Sumatera Barat.
Menjadi salah satu suku tertua yang ada di Indonesia, banyak hal yang menarik dan unik tentang adat istiadat, kebudayaan dan kehidupan Suku Mentawai. Salah satunya adalah tradisi Kerik Gigi.
Salah satunya adalah tradisi Kerik Gigi Perempuan Suku Mentawai dalam mempercantik diri sendiri.
Bagi Suku Mentawai perempuan dengan gigi yang runcing memiliki kecantikan yang luar biasa, oleh sebab pada masanya kerik gigi menjadi ritual wajib pagi para perempuan Suku Mentawai.
Dilansir dari laman repository.kemendikbud.go.id, tradisi kerik gigi yang dilakukan oleh perempuan suku mentawai selain bertujuan untuk mempercantik diri juga sebagai pertanda bahwa perempuan tersebut telah menginjak usia dewasa.
Oleh karena itu perempuan suku mentawai yang merasa telah siap untuk kerik gigi akan berbondong-bondong untuk melakukannya.
Hal menarik lain dari tradisi kerik gigi adalah perempuan yang telah meruncingkan gigi juga menjadikan hal tersebut sebagai penarik utama kaum pria Suku Mentawai, dengan kata lain bahwa sang perempuan telah siap untuk dinikahi.
Tidak hanya tentang kecantikan dan usia yang telah dewasa, kerik gigi juga dipercaya dapat mendatangkan kedamaian jiwa pada perempuan Suku Mentawai.
5 Kuliner Tak Biasa dari Kepulauan Mentawai
Proses
Proses Kerik Gigi Perempuan Suku Mentawai sama sekali tidak menggunakan obat bius untuk menghilangkan rasa sakit.
Proses pemahatan gigi, dilakukan dengan menggunakan peralatan yang terbuat dari besi atau kayu yang sudah diasah tajam.
Tahapan proses pemahatan hanya boleh dilakukan oleh ketua adat dengan menggunakan alat yang sudah diasah.
Jika semua perlengkapan telah cukup maka ketua adat akan melakukan proses pemahatan gigi yang akan dibentuk runcing seperti segitiga.
Proses ini sangatlah menyakitkan, sehingga kaum wanita yang sedang melakukan prosesi karik gigi harus menahan rasa sakit hingga semua gigi mereka selesai dikerik.
Untuk mengurangi rasa sakit, biasanya para perempuan Suku Mentawai akan mengigit pisang muda yang bergetah, karena dipercayai dapat meredakan sakit ketika prosesi Kerik Gigi.
Biasanya ketua adat akan melakukan kerik gigi dari awal hingga selesai tanpa istirahat.
Namun tetap diberikan jeda untuk perempuan yang giginya dikerik menghela nafas hingga semua gigi selesai dikerik.
Belakangan ini tradisi kerik gigi telah banyak ditinggalkan oleh perempuan muda suku Mentawai.
Perlahan para anak muda enggan untuk meneruskan tradisi dengan kebanyakan alasan adalah tidak mampu menahan rasa sakit.
Selain itu Suku Mentawai juga telah mendapat banyak pengaruh dari budaya luar.
Walaupun tradisi kerik gigi semakin tidak diminati, namun masih terdapat beberapa perempuan Suku Mentawai yang masih merawat tradisi yang telah turun temurun tersebut.
Semoga ulasan mengenai tradisi kerik gigi dapat menambah wawasan budaya kamu tentang Sumatera Barat khususnya budaya yang ada di Kepulauan Mentawai.
Tunggu informasi menarik lainnya dari West Sumatra 360 ya!