Close Menu
  • Home
    • About
    • Privacy Policy
    • UMKM
  • Culture
  • To Do
  • Food
  • Travel Tips
  • Services

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Mau Coba Gultik di Padang? Berikut 3 Tempat Makan Paling Direkomendasikan

04/10/2025

Rekomendasi Bakmi Lezat di Padang Part 2, Porsi Melimpah dan Harga Ramah Kantong

03/10/2025

5 Rekomendasi Tempat Gym Terbaik di Bukittinggi

02/10/2025
Facebook X (Twitter) Instagram
Facebook X (Twitter) Instagram
West Sumatra 360
Saturday, October 4 Login
  • Home
    • About
    • Privacy Policy
    • UMKM
  • Culture
  • To Do
  • Food
  • Travel Tips
  • Services
West Sumatra 360
Home»Wisata»Edukasi»Apa Itu Tradisi Maelo Pukek di Sumatera Barat?
Edukasi

Apa Itu Tradisi Maelo Pukek di Sumatera Barat?

Oki SaputraBy Oki Saputra10/12/2023
Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
Maelo Pukek
Maelo Pukek
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Sumatera Barat memiliki daerah perairan laut yang cukup panjang membentang disepanjang Samudera Hindia yang indah.

Tidak pelak kondisi geografis ini dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat pesisir untuk mata pencaharian yaitu sebagai nelayan.

Sebagai salah satu mata pencaharian yang telah turun temurun diwariskan, para nelayan di Sumatera Barat juga memiliki tradisi unik yang sarat akan makna dalam kehidupan bermasyarakat.

Salah satunya adalah tradisi maelo pukek (menarik pukat) yang juga telah turun temurun diwariskan oleh para nenek moyang orang Minangkabau yang berprofesi sebagai nelayan.

Bagaimana sejarah dan apa saja makna yang tersirat di dalam tradisi maelo pukek? simak penjelasan menariknya berikut ini,

Apa Itu Pukek Atau Pukat?

Pukek atau pukat adalah suatu alat penangkapan ikan yang berbentuk jaring yang panjang, dan digunakan secara vertikal dengan pelampung di bagian atasnya serta pemberat di bagian bawah jaring.

Dengan konfigurasi ini, pukek menciptakan suatu penghalang jaring di dalam air yang mengelilingi kelompok ikan dan mencegahnya melarikan diri.

Terdapat berbagai jenis pukek yang dapat dioperasikan, baik dari kapal maupun dari darat.

Dengan kata lain, pukat menjadi alat yang efektif untuk menangkap ikan dengan membentuk semacam perangkap di dalam air.

Maelo Pukek
Maelo Pukek

Tradisi Maelo Pukek

Maelo Pukek atau mamukek merupakan salah satu tradisi yang diwarisi oleh masyarakat Minangkabau yang berprofesi sebagai nelayan untuk menangkap ikan dan biota laut di perairan sekitar pantai.

Maelo artinya “menarik”, jadi kegiatan maelo pukek merupakan aktivitas nelayan di pesisir Pantai untuk menangkap ikan dengan cara menarik pukat.

Kegiatan ini biasanya berlangsung selama kurang lebih dua jam, dengan nelayan bergantian menarik pukek (pukat). T

ali pukat diikatkan ke pinggang untuk memudahkan nelayan. Tradisi ini melibatkan sekelompok orang, sekitar 10 hingga 15 orang yang berinteraksi dan saling membantu di bibir pantai.

Awalnya, Maelo Pukek dilakukan dengan membentangkan jala atau jaring pukat di tengah laut dengan bantuan kapal kecil dan mesin di belakang kapal.

Tali yang ditinggalkan di bibir pantai ditarik bersama-sama untuk membawa pukat kembali ke bibir pantai dengan ikan yang terperangkap.

Baca Juga 5 Wisata Pantai di Kota Padang

Tradisi ini bukan hanya tentang menangkap ikan, tetapi juga membawa suatu nilai kebudayaan dan menciptakan lapangan kerja bagi orang-orang yang membutuhkan pekerjaan di sekitar lokasi maelo pukek.

Seiring berjalannya waktu, cara menangkap ikan pun kian berkembang degan menggunakan teknologi terbaru.

Awalnya menggunakan jaring atau Maelo Pukek, sekarang beralih ke alat modern dengan skala lebih besar.

Klook.com

Walaupun biaya yang dikeluarkan lebih tinggi, hasil tangkapan ikan juga lebih melimpah.

Meski demikian, masih terdapat nelayan yang tetap menjalankan Tradisi Maelo Pukek karena meskipun hasilnya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Maelo Pukek
Maelo Pukek

Maelo Pukek di Pesisir Pantai Kota Padang

Tradisi Maelo Pukek di Kota Padang telah ada sejak era 1940-an, dan pada masa itu, Maelo Pukek masih berjalan dengan cara yang sederhana dan menggunakan peralatan yang terbatas.

Sebelum memulai kegiatan Maelo Pukek, terdapat ritual atau tradisi yang disebut etong kalam.

Etong kalam merupakan sebuah ritual di mana doa-doa dibacakan di tepi pantai sebelum nelayan mulai menyebar pukek atau melakukan kegiatan Maelo Pukek.

Pada tahun 1942, Maelo Pukek terbagi menjadi dua bentuk, yaitu Maelo Pukek yang dilakukan di atas sampan dan di pinggir pantai.

Walaupun menggunakan jenis alat tangkapan yang sama, perbedaannya terletak pada lokasi dan jumlah orang yang terlibat dalam pekerjaan tersebut.

Maelo Pukek mencakup nilai-nilai seperti berbagi rezeki, menjaga lingkungan, dan kearifan lokal.

Berbagi rezeki mengacu pada tindakan memberi sebagian hasil tangkapan kepada kelompok nelayan lain yang disebut mancacak.

Mancacak adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak ikut dalam pekerjaan Maelo Pukek tetapi membantu menarik tali pukek yang telah dibentangkan oleh nelayan.

Meskipun bantuan mereka hanya sementara, mereka tetap mendapat bagian dari hasil tangkapan yang tidak diambil oleh nelayan.

Selain itu, menjaga lingkungan juga menjadi fokus, terutama dalam membersihkan sampah yang dapat mencemari laut, yang pada akhirnya bermanfaat bagi masyarakat pesisir.

Beberapa lokasi di Kota Padang yang masih melaksanakan tradisi ini seperti daerah Pasia Jambak, Pantai Puruih Padang dan Pasia Patenggangan.

Kemudian tradisi ini juga terdapat di daerah pesisir Pantai Sumatra Barat lainnya seperti daerah Padang Pariaman, Pasaman Barat, Pesisir Selatan dan daerah lainnya.

Kearifan lokal yang terus terjaga ini tercermin dalam kebudayaan yang turun temurun terus dirawat okeh masyarakat pesisir pantai Sumatera Barat.

Norma, kebiasaan, dan keterampilan dalam maelo pukek yang diwariskan dari generasi ke generasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menjaga ekosistem laut supaya tidak rusak.

Dengan demikian, Maelo Pukek tidak hanya menjadi suatu kegiatan penangkapan ikan, tetapi juga mencerminkan bagaimana cara masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup namun tetap menjaga kelestarian alam.

Semoga informasi dan ulasan mengenai maelo pukek bermanfaat ya, dan terus ikuti kamu untuk informasi menarik lainnya seputar Sumatera Barat!

Editor: Nanda Bismar
fisherman Maelo Pukek nelayan Pantai Padang
Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram LinkedIn Copy Link
Oki Saputra
  • Website
  • Instagram

Related Posts

Fakta Seru tentang Sate Padang yang Perlu Kamu Tahu

25/09/2025

10 Things You Probably Don’t Know About West Sumatra

24/09/2025

Nagari Ujung Gading: Menelusuri Jejak Suku Mandailing di Ranah Minang

18/09/2025
Add A Comment

Comments are closed.

Top Posts

Mau Coba Gultik di Padang? Berikut 3 Tempat Makan Paling Direkomendasikan

04/10/2025

Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

01/12/2022

5 Things To Do in Mentawai Islands

03/12/2022

5 Kebun Satwa di Sumatera Barat yang Wajib Kamu Kunjungi

04/12/2022

6 Cafe Dengan Pemandangan Samudera Hindia di Kota Padang

05/12/2022

Subscribe to Updates

Get the latest tech news from FooBar about tech, design and biz.

Most Popular

Mau Coba Gultik di Padang? Berikut 3 Tempat Makan Paling Direkomendasikan

04/10/2025

Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

01/12/2022

5 Things To Do in Mentawai Islands

03/12/2022
Our Picks

Mau Coba Gultik di Padang? Berikut 3 Tempat Makan Paling Direkomendasikan

04/10/2025

Rekomendasi Bakmi Lezat di Padang Part 2, Porsi Melimpah dan Harga Ramah Kantong

03/10/2025

5 Rekomendasi Tempat Gym Terbaik di Bukittinggi

02/10/2025

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

Facebook X (Twitter) Instagram
  • About
  • Privacy Policy
  • Our Team
© 2025 WestSumatra360.com. Designed by Hendri Simon.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Sign In or Register

Welcome Back!

Login to your account below.

Lost password?