Sumatera Barat sangat identik dengan suku Minangkabau, dimana hampir semua populasi mengaku bahwa mereka adalah orang Minang.
Dengan hampir menutupi semua populasi Sumatera Barat, bahasa minang pun menjadi bahasa populer yang digunakan pada setiap aktivitas penduduknya.
Hal ini juga diperkuat dengan adanya bangunan rumah gadang sebagai rumah adat orang minang di hampir semua penjuru Sumatera Barat.
Tetapi bagaimana sebenarnya asal mula nama Minangkabau muncul? Berikut ulasan tentang asal muasal nama Minangkabau dari West Sumatra 360,
Awal Pemerintahan Minangkabau
Sejarah awal mula nama Minangkabau dimulai pada masa Kerajaan Melayu dibawah kepemimpinan Raja Adityawarman, yang merupakan tokoh penting dalam perkembangan pemerintahan di Minangkabau.
Dia juga sosok raja yang memiliki andil sebagai seseorang yang pertama kali memperkenalkan sistem pemerintahan kerajaan di Sumatra Barat.
Adityawarman memerintah sebagai raja di kerajaan Pagaruyuang pada pertengahan abad ke 17, dimana pada masa itu kerajaan Pagaruyuang amat terbuka terhadap komunitas luar terutama dengan wilayah dan orang-orang dari Aceh.
Tidak hanya hubungan dagang dan kerjasama ekonomi lainnya, tetapi Aceh juga membawa ajaran agama islam lalu menyebarkan di kalangan masyarakat Minang.
Perlu diketahui bahwa dahulunya masyarakat suku Minangkabau menganut kepercayaan animisme, lalu berubah menjadi Hindu-Budha hingga menjadi penganut agama Islam yang dibawa para pedagang dari Aceh dan Arab.
Ajaran yang dianut sebelumnya dibuktikan dengan adanya beberapa prasasti hingga candi yang tersebar di beberapa daerah di Sumatera Barat.
Dengan proses islamisasi besar-besaran maka hampir semua bahkan agama islam dianggap sebagai agama “wajib” orang Minangkabau.
Cerita Asal Mula Minangkabau
Singkat cerita asal mula kata Minangkabau konon berasal dari salah satu desa yang berada di Tanah Datar, Sumatera Barat, tempat dimana kejadian awal berasal dan menjadi momentum lahirnya kata Minangkabau.
Diceritakan kejadian tersebut berawal ketika kerajaan Majapahit dari Pulau Jawa ingin menyerang kerajaan Pagaruyuang, dimana orang-orang minang masa itu menganggap bahwa peperangan tidak mungkin dapat dimenangkan karena kekuatan Majapahit yang begitu besar.
Akhirnya utusan kerajaan Pagaruyung memulai lobby diplomatis dengan kerajaan Majapahit bahwa peperangan akan diganti dengan adu kerbau alih-alih tidak ingin mengorbankan korban jiwa dari kedua belah pihak.
Masa itu orang Minang juga beranggapan bahwa adu kerbau adalah sebuah ajang adu kehormatan antara kedua pihak yang bertikai.
Mendengar usulan tersebut, utusan dari Majapahit pun menyanggupinya dan berencana mendatangkan seekor kerbau betina dengan badan yang besar dan ganas dari tanah jawa.
Hal tersebut sekaligus juga menakutkan bagi orang Minang karena tidak mempunyai kerbau yang sebanding untuk beradu.
Baca Juga Situs Bersejarah Batu Batikam
Setelah diskusi yang panjang akhirnya diputuskan bahwa dipilih seekor kerbau kecil yang masih menyusui induknya dengan siasat memasang sepasang tanduk yang telah diruncingkan pada bagian kepala kerbau.
Tidak hanya itu, kerbau kecil yang masih menyusui tersebut juga dipisahkan dengan induknya jauh-jauh hari dan tidak diberikan minum susu seperti biasa.
Hari yang dinanti pun tiba, kedua kerbau telah disiapkan di sebuah tanah lapang, orang Majapahit meremehkan dengan memandang kerbau yang kecil dari orang Minang.
Setelah kedua tali dilepas, kerbau kecil langsung berlari kencang dan menyeruduk bagian perut kerbau besar karena menganggap bahwa kerbau besar tersebut adalah induknya. Karena tanduknya yang runcing menyebabkan kerbau besar dan ganas utusan pihak lawan bersimbah darah dan akhirnya tumbang.
Dengan kemenangan tersebut orang-orang minang yang menonton berteriak “manang kabau, manang kabau” yang mana kata tersebut berubah menjadi Minangkabau hingga saat ini.
Sebagai pengingat kemenangan, konon katanya orang minang juga membangun semacam bangunan rumah panggung yang dengan atap yang runcing menyerupai tanduk kerbau dimana belakangan ini menjadi rumah adat Minangkabau dengan sebutan “Rumah Gadang”.
Setelah peristiwa bersejarah tersebut, orang-orang minang yang memenangkan pertikaian akhirnya menjadi semakin berkembang dengan mulai menggarap lahan untuk pertanian, perkebunan, perikanan hingga pertambangan emas.
Kerbau pun menjadi hewan yang semakin populer, digunakan pada hampir setiap aktivitas masyarakat Minangkabau, misalnya menjadi alat transportasi yang disebut “padati”, kemudian menarik bajak di sawah, memutar gilingan pertanian tebu sekaligus juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena kerbau juga kerap diperdagangkan.
Menarik sekali bukan cerita tentang asal usul nama Minangkabau, cerita ini juga sekaligus menjadi cerita yang turun temurun diceritakan pada anak dan cucu orang minang lho.
Aplikasi tanduk kerbau tidak hanya pada gonjong rumah gadang yang berbentuk runcing, tetapi juga terdapat pada pakaian adat seperti “tikuluak tanduak” yang juga menyerupai tanduk kerbau.
Bagaimana pendapat kamu tentang cerita asal usul ini? ceritakan pendapat kamu di kolom komentar dan semoga bermanfaat ya!