Marawa adalah bendera tradisional yang memiliki makna penting dalam budaya Minangkabau.
Seringkali dijumpai dalam upacara adat seperti pernikahan, pengangkatan pangulu, penyambutan tamu, dan kegiatan adat lainnya.
Bendera ini secara visual mungkin terlihat sederhana, tetapi di balik susunan warnanya tersembunyi makna yang mewakili tiga luhak (wilayah adat) utama dalam Minangkabau
Yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Lima Puluh Kota.
Ketiga wilayah ini memiliki sejarah dan karakteristik yang berbeda, yang diwakili dalam urutan warna bendera marawa.
Penasaran dengan ulasan menariknya? Berikut adalah ulasan lengkap mengenai seluk beluk marawa di Minagkabau,
Tri Warna Marawa
Marawa terdiri dari tiga warna yang disusun secara vertikal: kuning, merah, dan hitam.
Meskipun pada pandangan pertama urutan warna bendera ini tampak seragam, sebenarnya susunannya bervariasi sesuai dengan luhak yang diwakili.
Setiap warna melambangkan karakter dan nilai yang diidentifikasikan dengan masing-masing luhak.
1. Warna Kuning: Luhak Tanah Datar
Luhak Tanah Datar dikenal sebagai “luhak nan tuo” atau wilayah tertua di Minangkabau.
Warna kuning pada bendera marawa untuk Luhak Tanah Datar melambangkan kemakmuran yang melimpah, sesuai dengan pepatah Minang:
Buminyo lembang, aianyo tawa, ikannyo banyak yang berarti tanahnya subur, airnya jernih, dan banyak ikannya.
Hal ini menggambarkan kondisi alam Luhak Tanah Datar yang kaya sumber daya serta masyarakatnya yang ramah dan harmonis. Kemduain dari sini jugalah lahir kerajaan dan kebudayaan Minangkabau.
2. Warna Merah: Luhak Agam
Luhak Agam dilambangkan dengan warna merah yang menggambarkan semangat dan dinamika masyarakatnya.
Dalam pepatah Minang, disebutkan: Buminyo angek, aianyo karuah, ikannyo lia yang berarti tanahnya hangat, airnya keruh, dan ikannya liar.
Hal ini mencerminkan masyarakat Luhak Agam yang lebih heterogen, bersemangat tinggi, dan sering kali penuh dengan persaingan.
Warna merah ini menunjukkan sifat keberanian dan semangat juang yang dimiliki oleh masyarakat Agam.
Baca Juga Aia Basuah: Budaya Mencuci Tangan Orang Minangkabau Sebelum Makan
3. Warna Hitam: Luhak Lima Puluh Kota
Warna hitam pada marawa melambangkan Luhak Lima Puluh Kota yang dikenal dengan suasana masyarakatnya yang tenang dan damai.
Pepatah yang menggambarkan wilayah ini berbunyi: Buminyo sajuak, aianyo janiah, ikannyo jinak, yang berarti tanahnya sejuk, airnya jernih, dan ikannya jinak.
Hal ini menggambarkan bagaimana masyarakat disini memiliki ketenangan dalam berpikir, serta menjalani kehidupan yang harmonis dan rukun.
Warna hitam sering kali dihubungkan dengan ketenangan dan kedewasaan, mencerminkan sifat-sifat tersebut di Luhak Lima Puluh Kota.
Perbedaan Susunan Warna Marawa di Setiap Luhak
Meskipun ketiga warna yang digunakan dalam marawa sama, susunan warnanya berbeda-beda untuk setiap luhak.
Susunan tersebut tidak hanya bersifat estetis, tetapi juga memiliki makna filosofis yang dalam.
Marawa Luhak Tanah Datar, warna hitam di pangkal tiang, merah di tengah, dan kuning di bagian pinggir.
Ini menunjukkan bahwa Luhak Tanah Datar, sebagai pusat kebudayaan dan sejarah, memegang peranan penting dalam tatanan adat Minangkabau.
Marawa Luhak Agam, warna hitam di pangkal tiang, kuning di tengah, dan merah di bagian pinggir.
Susunan ini menekankan keberanian dan dinamika masyarakat Agam yang diwakili oleh warna merah di puncak bendera.
Sedangkan Marawa Luhak Lima Puluh Kota, memiliki warna kuning di pangkal tiang, merah di tengah, dan hitam di bagian pinggir.
Hal ini menandakan bahwa meskipun kehidupan di Luhak Lima Puluh Kota tenang dan damai, mereka tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebijaksanaan yang dilambangkan oleh warna hitam di puncak.
Fungsi Marawa dalam Acara Adat
Marawa sering digunakan dalam berbagai upacara adat Minangkabau yang menjadikannya simbol penting dalam berbagai rangkaian acara adat seperti:
- Pernikahan adat, dimana marawa berfungsi sebagai simbol keberkahan dan kehormatan bagi kedua mempelai.
- Pelantikan pangulu atau penghulu adat, dimana marawa menjadi simbol kesatuan dan persatuan dalam struktur adat Minangkabau.
- Penyambutan tamu penting dalam acara-acara adat, yang berarti marawa menjadi tanda penghormatan terhadap tamu kehormatan.
- Upacara adat budaya, termasuk festival dan perayaan lain yang mencerminkan identitas budaya Minangkabau.
Dalam setiap acara, penggunaan marawa tidak hanya sebagai hiasan semata, tetapi juga sebagai simbol dari tatanan adat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Minangkabau.
Urutan dan cara pemasangan bendera marawa dalam sebuah acara adat juga sangat diperhatikan untuk menjaga kesesuaian dengan luhak yang menjadi tuan rumah acara tersebut.
Jika kamu sering melihat marawa dalam berbagai acara adat di Sumatera Barat, cobalah perhatikan susunan warnanya dan pahami luhak mana yang digunakan.
Editor: Nanda Bismar