Kepulauan Mentawai adalah satu-satunya Kabupaten di Sumatra Barat yang berbentuk kepulauan.
Karena secara geografis tidak menyatu dengan daratan kabupaten/Kota lainnya di Sumbar.
Hal ini membuat Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki kebudayaan yang berbeda dari daerah Sumatra barat pada umumnya.
Sebut saja wisata dan kekayaan alam pantainya sangat terkenal, belum lagi dengan surga spot selancar dan memancing.
Namun bukan hanya itu, ternyata Mentawai juga menyimpan tradisi kebudayaan yang unik dan memukau. Penasaran bukan?
Berikut West Sumatra 360 merangkum beberapa tradisi yang unik masyarakat Kepulauan Mentawai,
1. Pangurei (Pernikahan Adat Mentawai)
Tradisi Pangurei merupakan pesta perkawinan masyarakat menurut adat suku Mentawai.
Tradisi awalnya dimulai dari orang tua pihak pengantin wanita yang menjemput pengantin laki-laki ke rumah orang tuanya.
Setelah sehari berada dirumah orang tua perempuan, barulah kedua pengantin akan dibawa kembali ke rumah pihak laki-laki.
Dengan dihiasi pakaian adat Mentawai sembari mengangkut ayam dan babi, keladi dan kelapa.
Barang bawaan tersebut akan diserahkan ke pihak keluarga laki-laki. Selanjutnya, pihak keluarga pengantin lelaki akan menyerahakan alat toga (mas kawin), sesuai dengan permintaan pihak mempelai wanita misalnya parang, kuali dan sebagainya.
Pesta perkawinan akan melibatkan pihak ipar dari laki-laki (taliku-taliku) dan seluruh keluarga selama prosesi pernikahan berlangsung.
Tradisi ini masih tetap dijalankan di kepulauan mentawai seperti di desa saibi Samukop, Kecamatan Siberut Tengah, Kepulauan Mentawai.
Baca Juga 5 Kuliner Tak Biasa dari Kepulauan Mentawai
2. Kerik Gigi
Salah satu tradisi yang sangat menarik di kalangan masyarakat suku mentawai lainnya adalah “Kerik Gigi,” terutama dilakukan oleh perempuan Suku Mentawai.
Kerik Gigi adalah tradisi di mana perempuan Suku Mentawai mempercantik diri dan menandai usia dewasa.
Gigi yang runcing dianggap sebagai tanda kecantikan yang luar biasa. Proses ini tidak menggunakan obat bius dan dilakukan dengan peralatan tajam dari besi atau kayu oleh ketua adat.
Proses ini sangat menyakitkan dan perempuan yang menjalani prosesi harus menahan rasa sakit hingga semua gigi mereka selesai dikerik.
Untuk mengurangi rasa sakit, mereka sering menggigit pisang muda untuk meredakan rasa sakit.
Selain sebagai penanda kecantikan dan kedewasaan, Kerik Gigi juga dipercaya membawa kedamaian jiwa pada perempuan Suku Mentawai.
Tradisi ini dilakukan oleh ketua adat dari awal hingga selesai, tanpa istirahat, meskipun terdapat jeda untuk perempuan yang menjalani proses.
Meskipun tradisi Kerik Gigi masih dijaga oleh beberapa perempuan Suku Mentawai, banyak perempuan muda cenderung meninggalkannya.
Alasan utama adalah rasa sakit yang tak tertahankan. Selain itu, budaya luar telah memengaruhi Suku Mentawai, sehingga mengurangi minat dalam tradisi ini.
Baca Juga How to Get to the Mentawai Islands from Padang: A Comprehensive Guide
3. Sikerei (Dukun Supranatural)
Sikerei adalah gelar yang diberikan kepada seorang dukun di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, yang dipercaya memiliki kekuatan supranatural.
Mereka diangkat melalui upacara khusus yang disebut taddek. Orang Mentawai menganggap Kerei sebagai pengetahuan, keahlian, dan keterampilan dalam pengobatan dan penggunaan tanaman obat, serta kemampuan berhubungan dengan roh dan jiwa di dunia nyata dan gaib.
Peran Sikerei sangat penting dalam kehidupan masyarakat Mentawai, karena mereka menjadi pemimpin spiritual, pengobatan, dan ritual dalam upacara adat.
Untuk menjadi seorang Sikerei, seseorang harus melewati serangkaian tahapan dan ujian yang panjang.
Cerita asal-usul Sikerei berasal dari kisah Si Malinggai, yang dikubur hidup-hidup dan diselamatkan oleh seorang yang kemudian menjalani proses menjadi Sikerei.
Beberapa alasan seseorang menjadi Sikerei termasuk diwahyukan melalui penyakit dan mimpi, dorongan dari dalam diri sendiri, atau dorongan dari orang lain.
Upacara pengangkatan Sikerei, dipersiapkan oleh keluarga calon Sikerei, menandakan bahwa mereka harus belajar dari Sikerei terdahulu.
Calon Sikerei biasanya berasal dari keluarga Sikerei atau biasa, dan pertanda utama adalah penyakit yang sembuh setelah upacara.
4. Tradisi Tato Tubuh
Tato memiliki makna yang sangat pribadi bagi pemiliknya dan dalam beberapa kasus, dianggap memiliki nilai sakral oleh suku tertentu di Indonesia, khususnya Suku Mentawai.
Bagi Suku Mentawai di Sumatra Barat, tato dianggap sebagai warisan budaya yang memiliki nilai estetika dan simbolik yang mendalam bagi individu yang mengenakannya.
Dalam konteks Suku Mentawai, tato ini sering disebut sebagai ‘titi’.
Tato atau seni rajah yang dikenal dalam budaya Suku Mentawai di Sumatra Barat ini bahkan diakui sebagai salah satu tato tertua di dunia.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak anggota Suku Mentawai terlihat memiliki tato di seluruh tubuh mereka, mulai dari kepala hingga kaki.
Tato bagi masyarakat suku mentawai juga melambangkan identitas, status sosial dan keseimbangan alam.
Biasanya terdapat perbedaan motif pada tato seperti tato perempuan bergambar subba atau tangguk, alasannya karena perempuan biasanya menagguk ikan di sungai.
Kemudian contoh lainnya pada ahli berburu terdapat motif seperti rusa, babi, buaya dan burung.
Jadi terdapat banyak motif beserta filosofi dan maknanya masing-masing. Walaupun memiliki motif yang berbeda-beda terdapat motif khas dari tato mentawai yaitu garis-garis penorehannya mengikuti rumusan jarak tertentu. Dalam pengaturan jaraknya menggunakan jari.
Demikianlah beberapa tradisi unik dari suku asli Mentawai, Sumatera Barat. Kamu bisa mengunjungi Mentawai dan berbaur dengan masyarakat setempat.
Merasakan atmosfir budaya yang kental dan sarat dengan nilai adat istiadat setempat. Selamat berpetualang!
Editor: Nanda Bismar