Gandang Tambua Tasa adalah kesenian khas daerah Pariaman, Sumatera Barat yang berupa alat perkusi terdiri dari Gandang Tambua dan Gandang Tasa.
Alat musik ini dimainkan dalam group yang berjumlah 7 orang dengan 6 orang pemain tambua dan 1 orang pemain tasa.
Gandang tambua berbentuk tabung dengan bahan yang terbuat dari kayu dengan dua permukaan kulit yang dimainkan dengan cara disandang di salah satu bahu dalam posisi berdiri dengan menggunakan 2 pemukul tambua yang terbuat dari kayu.
Sedangkan gandang tasa mirip dengan setengah bola yang hanya memiliki satu sisi kulit saja dan dimainkan dengan menggunakan dua pemukul yang terbuat dari rotan.
Asal usul
Asal usul gandang tasa yaitu Suku Minang Kabau merupakan salah satu etnis yang ada di wilayah Indonesia yang memiliki keanekaragaman kesenian tradisional.
Salah satu kesenian tradisional tersebut adalah seni pertunjukan Gandang Tasa, yang mana alat musik ini berkembang di daerah pariaman.
Hampir disetiap nigari di kabupaten padang pariaman atau kota pariaman mengenal kesenian Gandang Tasa dan menjadi tradisi yang masih difungsikan dalam berbagai kegiatan upacara adat dan upacara keagamaan oleh masyarakat pariaman.
Kesenian ini awalnya berasal dari bangsa Gujarat (India) yang berkembang ke tiku pariaman pada abad ke 14 Masehi.
Kemudian alat musik tersebut mulai berkembang di berbagai daerah di Minangkabau seperti di Maninjau dan Lubuk Basung.
Percampuran kebudayaan baik dari akibat perkawinan maupun perdagangan antara masyarakat pribumi Minangkabau di pariaman dengan kaum pendatang dari Asia Selatan (India, Banglades,Irak dan Pakistan).
Artinya Kesenian Gandang Tambua Tasa merupakan sebuah seni dari hasil kolaborasi atau asimilasi antara produk budaya local Pariaman dengan suku pendatang (Asia Selatan).
Baca Juga Randai: Kesenian yang Menggabungkan Seni Lagu, Tari, Drama dan Silat
Fungsi Pertunjukan Tambua tasa
Pertunjukan kesenian Gandang Tambua dan Tasa bertujuan untuk mengundang perhatian agar terciptanya suasana keramaian dalam berbagai upacara adat dan keagamaan.
Seperti upacara perkawinan, upacara khatam Al-Qur’an, upacara pengangkatan penghulu, upacara adat nigari, upacara penyambutan tamu dan upacara besar lainya.
Di beberapa daerah Minangkabau, kesenian ini biasa dimainkan pada setiap perayaan-perayaan adat seperti mengiringi acara Bararak kawin dan arakan Sunnah Rasul.
Di daerah asalnya Pariaman, Gandang Tambua Tasa istimewa dimainkan pada puncak upacara Tabuik, penampilan yang paling dinantikan masyarakat Pariaman setiap 10 Muharam.
Acara ini merupakan penghormatan dan peringatan atas pergorbanan Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW yang meninggal dengan pengikutnya pada saat melawan Khafilah Yazid di Karbela Irak, pada tahun 61 Hijriyah.
Kemudian bagi masyarakat Pariaman kesenian Gandang Tambua Tasa merupakan symbol semangat kepahlawanan.
Hal ini menjadikan kesenian wajib dalam puncak upacara Tabuik. Lagu yang dibawakan adalah lagu Oyak Tabuik dan Sosoh yang bertempo cepat, dinamik keras dan energik sehingga penghayatan yang mendalam dapat membangkitkan semangat kepahlawanan.