Sebagai salah satu masjid tertua di Kota Pariaman, tidak heran jika Masjid Raya Kota Pariaman menjadi salah satu situs yang kaya akan nilai sejarah.
Dikenal juga sebagai Masjid Raya Nagari Pasar Pariaman, Masjid ini berlokasi di Jalan Syekh Mohammad Jamil, Kampung Perak, Pariaman Tengah, Kota Pariaman.
Saat ini tidak hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga menjadi simbol sejarah dan keagamaan yang penting bagi masyarakat Pariaman.
Dengan sejarahnya yang kaya, arsitektur bangunan yang unik, menjadikan masjid ini tidak hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan.
Tetapi, juga menarik minat para pengunjung untuk menjelajahi kejayaan islam masa lampau.
Ada apa saja hal menarik dibalik bangunan serba hijau putih ini? berikut ulasan menariknya dari West Sumatra 360,
Sejarah dan Tahun Pembangunan
Didirikan atas prakarsa ulama terkemuka bernama Syekh Muhammad Jamil El Khalidi pada tahun 1830 sampai 1928.
Menjadikan Masjid Raya Kota Pariaman sebagai bagian integral dari sejarah dan budaya Kota Pariaman sejak lama.
Pemerintah Indonesia juga telah menetapkannya sebagai cagar budaya di bawah Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumatera Barat.
Hal ini guna mengakui pentingnya warisan ini dalam mempertahankan identitas dan nilai-nilai lokal.
Sedangkan menurut catatan dari Kementerian Agama Republik Indonesia, pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1300 Hijriah (sekitar tahun 1882).
Sebelumnya, Syekh Muhammad Jamil El Khalidi telah mendirikan Surau Anjuang sebagai tempat pengajaran agama, yang kemudian berkembang menjadi Masjid Raya Pariaman.
Pembangunan Masjid Raya Kota Pariaman
Proses pembangunannya dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Pariaman di bawah arahan seorang tukang bernama Sutan Tundun.
Masjid ini juga menjadi masjid pertama dengan bahan batu sebagai bahan utama pembangunan masjid.
Sebelum adanya Masjid Raya Kota Pariaman, Nagari Pasar Pariaman masa itu hanya memiliki masjid yang terbuat dari bahan kayu.
Diperkirakan, masjid kayu tersebut berdiri sekitar tahun 1829, bersamaan dengan Masjid Raya Badano dan Masjid Raya Padusunan di Nagari IV Angkek Padusunan.
Arsitektur Bangunan
Arsitektur dan desain ketiga masjid tersebut menunjukkan persamaan, karena dirancang oleh arsitek yang sama.
Masjid Raya Kota Pariaman tampak mencolok dengan arsitektur yang megah dan mengesankan.
Dengan dominasi warna putih dan hijau, serta ornamen-ornamen yang indah, masjid ini menonjol di antara bangunan-bangunan di sekitarnya.
Kubahnya yang besar dan dua menara yang menjulang tinggi menjadi ciri khas yang mudah dikenali.
Bahkan selama peristiwa gempa bumi Padang Panjang pada tahun 1926 dan gempa bumi pada tahun 2009.
Masjid Raya Kota Pariaman tetap utuh tanpa retak sama sekali, menegaskan kekuatan dan kekokohan konstruksinya.
Struktur Bangunan Masjid Raya Kota Pariaman
Masjid Raya Pariaman menonjol dengan arsitektur berlantai dua yang megah, ditambah dengan lima atap tumpeng yang menambah estetik bangunan.
Bagian dasar bangunan memiliki ukuran 21 x 21 meter, sementara lantai kedua memiliki ukuran 9,5 x 9,5 meter.
Meskipun terlihat sebagai bangunan berlantai satu dari luar, saat memasuki bangunan terlihat adanya loteng yang dapat diakses melalui tangga di bagian belakang.
Loteng yang terbuat dari kayu, menyatu dengan kerangka atap dan plafon, walaupun terbuat dari kayu namun loteng tersebut cukup kokoh.
Bagian inti dari bangunan ini dibangun dengan menggunakan bata berplester.
Di ruang utama masjid, terdapat sembilan tiang, dengan satu di antaranya menjadi soko guru yang berada di tengah bangunan.
Tiang-tiang pada saf depan dihubungkan dengan lengkungan, yang membedakan antara saf pertama dengan yang ada di belakangnya.
Atap masjid awalnya menggunakan bahan ijuk, tetapi kemudian diganti dengan seng pada tahun 1992 melalui upaya restorasi yang dilakukan oleh pengurus masjid.
Baca Juga 7 Fakta Menarik Tentang Kota Pariaman Yang Wajib Kamu Ketahui
Tujuan di Balik Pembangunan Masjid
Pembangunan Masjid Raya Kota Pariaman bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan ibadah, tetapi juga memiliki makna kultural yang dalam.
Keberadaan Masjid Raya Kota Pariaman juga menjadi pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan.
Seperti didirikannya sekolah agama bernama Madrasatul Falah di kompleks masjid pada tahun 1925 oleh Dja’afar, putra Syekh Muhammad Jamil El Khalidi.
Masjid ini juga menjadi tempat yang penting bagi komunitas muslim di Pariaman.
Selain itu, pembangunannya juga mencerminkan semangat toleransi dan persatuan antarumat beragama yang telah lama menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.
Bangunan Pendukung
Di sebelah Masjid Raya Kota Pariaman, terdapat Makam Syekh Mohammad Jamil, yang dimakamkan pada 10 Februari 1928.
Selain itu, terdapat Surau Pasar yang beratap tumpang tiga dan terbuat dari kayu. Surau ini berfungsi sebagai tempat pengajaran dan pengajian islam.
Sebagai bagian warisan budaya islam, Masjid Raya Kota Pariaman terus merajut tradisi dan membawa harapan untuk masa depan yang lebih cerah.
Dengan menjaga keindahan dan keasliannya, masjid ini menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang sebuah kota dan komunitas yang berkembang di sekitarnya.
Lebih dari sekadar bangunan batu dan semen, Masjid Raya Kota Pariaman adalah simbol kebersamaan dan toleransi.
Sebagai penjaga sejarah dan kultural, masjid ini mengingatkan kita akan pentingnya merangkul keragaman dan menjaga persatuan dalam kehidupan sehari-hari.
Editor: Nanda Bismar