Walaupun telah menjadi ikon Kota Bukittinggi, Jam Gadang ternyata masih menyimpan beberapa fakta unik yang mungkin saja belum diketahui banyak orang.
Diresmikan pada 25 Juli 1927, menara setinggi 27 meter diberi nama “Jam Gadang”, yang berarti “jam besar” dalam bahasa Minangkabau.
Jam Gadang juga turut menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting, termasuk pengibaran bendera merah putih pada tahun 1945.
Saat ini, Jam Gadang telah bertransformasi menjadi destinasi wisata yang ikonik, dengan taman yang diperluas di sekitarnya.
Taman ini juga menjadi tempat interaksi sosial bagi masyarakat, baik pada hari-hari biasa maupun saat liburan.
Berbagai acara maupun perayaan juga sering digelar dipelataran jam gadang, sehingga menambah warna bagi kehidupan kota yang bersemangat.
Jam Gadang bukan hanya sekedar sebagai penunjuk waktu, tetapi juga menyimpan sejumlah fakta menarik sebagai berikut,
Sebagai Hadiah dari Ratu Belanda
Jam Gadang, memiliki cerita unik di balik asal-usulnya. Bermula dalam perjalanan jauh dari Rotterdam, Belanda, mesin jam tersebut tiba di Pelabuhan Teluk Bayur.
Sebagai Hadiah dari Ratu Belanda, Wilhelmina, jam ini menjadi bukti hubungan sejarah antara Belanda dan wilayah Nusantara.
Kisah ini semakin menarik ketika melihat penerima hadiah tersebut: Rook Maker, yaitu seorang sekretaris di Fort de Kock, yang kemudian dikenal sebagai Kota Bukittinggi.
Peran serta seseorang yang mungkin tidak terlalu dikenal oleh sejarah membuat cerita ini semakin menarik.
Dalam sejarahnya, hadiah ini bukan sekadar benda mati, melainkan juga sebuah simbol dari perjumpaan antara budaya Eropa dan Indonesia.
Sejak saat itu, Jam Gadang bukan hanya sekadar penanda waktu di Bukittinggi, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan bagi warga setempat dan daya tarik bagi wisatawan.
Dengan sejarah yang awal yang sarat akan makna, menjadikan jam gadang tidak hanya sebagai penanda waktu tetapi juga memiliki nilai yang kaya akan sejarah.
Mesin Jam Gadang, Hanya Ada Dua di Dunia
Jam yang ada di setiap sisi menara berukuran 80cm ini digerakkan oleh mesin yang menjadi kebanggaan tersendiri.
Mesin tersebut merupakan salah satu dari dua unit yang pernah dibuat di dunia, yang tidak hanya mengatur waktu di Jam Gadang, tetapi juga mesin yang sama pada Big Ben London, di Inggris.
Mesin Jam Gadang Buatan Jerman
Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam, Vortmann Relinghausen, mengisyaratkan asal-usul yang menarik dari jam tersebut.
Nama Vortmann merupakan nama belakang dari pembuat jam, Benhard Vortmann, sementara Recklinghausen adalah kota di Jerman tempat mesin jam ini diproduksi pada tahun 1892.
Keterangan tentang asal-usul pembuat jam ini memberikan wawasan tambahan tentang sejarah dan keahlian pembuatan jam.
Dengan mengetahui lebih lanjut tentang tempat di mana mesin jam tersebut dibuat, kita dapat lebih menghargai nilai sejarah dan ketelitian yang melekat pada setiap detik yang diukur oleh jam tersebut.
Pembangunan Tanpa Menggunakan Semen
Arsitektur menara Jam Gadang merupakan karya dari Yazid Rajo Mangkuto, yang memimpin desain dan konstruksi bangunan pada masanya.
Di samping itu, pembangunan Jam Gadang juga dikerjakan oleh Haji Moran dengan bantuan mandor, St. Gigi Ameh.
Menariknya, Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan besi peyangga dan adukan semen seperti bangunan modern pada umumnya.
Campuran bahan yang digunakan terdiri dari kapur, putih telur, dan pasir putih yang bertahan hingga saat ini.
Pemilihan kandungan bahan tersebut juga menunjukkan keahlian dan ketelitian para pembuatnya dalam menciptakan struktur yang kokoh dan tahan lama.
Pernah Mengalami Perubahan Tiga Kali
Sejak didirikan pada tahun 1927, menara jam gadang telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya.
Pada awalnya, pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap Jam Gadang memiliki bentuk bulat dengan patung ayam jantan pada bagian atas yang menghadap ke arah timur.
Namun, saat masa pemerintahan Jepang, atapnya diubah menjadi bentuk pagoda yang sangat mencirikan budaya Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, atap Jam Gadang mengalami perubahan kembali, kali ini mengadopsi bentuk atap rumah adat Minangkabau, mencerminkan keberadaannya sebagai salah satu simbol di tanah Minang.
Demikianlah beberapa fakta unik dan menarik mengenai Jam Gadang yang mungkin saja belum banyak diketahui oleh banyak orang.
Terus ikuti kami untuk informasi menarik lainnya seputar Sumatera Barat.
Editor: Nanda Bismar