Dengan mayoritas penduduknya sebagai petani, maka tidak heran jika masyarakat Sumatera Barat memiliki tradisi yang kuat dalam bidang pertanian.
Beberapa tradisi tersebut telah menjadi bagian integral dalam kehidupan bermasyarakat.
Diantaranya terdapat tiga tradisi dalam pertanian yang paling terkenal yaitu baroncah, batobo dan baronde.
Ketiga tradisi tidak hanya mencerminkan cara bertani masyarakat Sumatra Barat.
Namun juga memiliki nilai-nilai gotong royong, kebersamaan, dan kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.
Penasaran dengan seluk beluk ketiga tradisi tersebut? yuk simak ulasan menariknya dari West Sumatra 360,
1. Baroncah
Baroncah merupakan tradisi menggemburkan tanah sawah dengan membiarkan kerbau menginjak-injak tanah seperti membajak sawah.
Tradisi ini diyakini telah berlangsung lama di Padang Sibusuk, Sijunjung, Sumatera Barat, tanpa diketahui kapan tepatnya dimulai.
Tahap pertama baroncah adalah memasukkan air ke sawah dan menutup saluran pembuangan agar sawah memiliki kadar air yang cukup.
Setelah itu, petani membuat persemaian dan menyemai benih padi berupa petak kecil khusus yang biasanya dipagari dengan bambu.
Baca Juga Tradisi Mairiak: Perayaan Panen Padi di Minangkabau
Kemudian pada tahap kedua, baroncah dilakukan ketika benih padi siap ditanam, dan sebelum itu, lahan disikat agar gembur.
Beberapa sawah, seperti sawah pulau dengan dasar yang dangkal, dironcah dua kali, sementara sawah lurah dengan dasar yang dalam hanya sekali untuk keselamatan petani dan kerbaunya.
Kerbau yang digunakan tidak hanya jantan tapi juga betina, kecuali yang masih kecil atau menyusu.
Jumlah kerbau yang digunakan dalam baroncah juga bervariasi tergantung besaran lahan sawah dan kemampuan sang pemilik sawah.
Uniknya, kerbau-kerbau dilepas dengan tidak menggunakan tali namun tidak ada kerbau yang menginjak pematang sawah.
Pemilik kerbau menggiring kerbau ke sawah sambil berdendang, dibantu oleh pemilik sawah yang disebut tukang alau.
Baroncah dilakukan dari dari jam 8 pagi hingga jam 2 siang, dengan istirahat untuk salat dan makan siang.
Gaya baroncah bisa melingkar atau zigzag, tergantung pada bentuk dan bidang sawah.
Walaupun teknologi mesin bajak sudah eksis, baroncah dengan kerbau masih bertahan karena beberapa jenis sawah lebih cocok digarap dengan kerbau.
2. Batobo
Batobo marupakan tradisi gotong royong yang berkembang di masyarakat kawasan Sijunjung, Sumatera Barat.
Sebagai daerah agraris, tradisi ini digunakan untuk berbagai pekerjaan seperti membersihkan ladang, mengolah sawah, hingga bercocok tanam.
Tradisi ini telah berlangsung sejak lama dan masih dipertahankan hingga kini oleh masyarakat di Sijunjung yang juga dikenal dengan nama arisan tani.
Batobo berfungsi sebagai wadah untuk berkumpul bagi masyarakat Sijunjung, khususnya di nagari Koto Padang Ranah dan Tanah Bato.
Salah satu tujuan dari batobo adalah membantu meringankan beban pekerjaan sekaligus menjadi forum untuk membahas berbagai isu sosial.
Dalam pelaksanaannya, batobo memiliki struktur organisasi yang terdiri dari penasehat, ninik mamak (pemimpin adat), ketua, tuo tobo, sekretaris, bendahara, anggota, dan pembuat jadwal atau giliran.
Rapat ini menentukan jenis dan pembagian pekerjaan, serta jadwal pelaksanaannya.
Lebih jauh, rapat batobo juga membahas batas wilayah pertanian dan mengajarkan etika serta cara bergaul.
Selain sebagai sarana tolong menolong, batobo juga menjadi tempat bersosialisasi bagi masyarakat Sijunjung.
Jika ada anggota yang tidak bisa berpartisipasi dalam tradisi batobo, mereka dapat menggantinya dengan sejumlah uang sesuai kesepakatan.
3. Baronde
Baronde berasal dari Nagari Batu Taba, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat,
Dikenal juga dengan memanen padi secara bergiliran, tradisi ini telah turun-temurun di kalangan petani pada saat musim panen tiba.
Mencerminkan kekompakan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pertanian di hamparan sawah yang luas.
Selama panen, para petani bergantian untuk bergotong-royong memanen padi di lahan masing-masing.
Tradisi ini masih dipertahankan hingga sekarang karena dapat membantu mengurangi biaya panen.
Selain itu, panen padi dengan baronde juga mempererat hubungan silaturahmi di antara para petani.
Baroncah, batobo, dan baronde bukan sekadar tradisi pertanian, tetapi juga simbol kearifan lokal dan identitas budaya masyarakat Sumatra Barat.
Melalui tradisi diatas, dapat diketahui tentang pentingnya nilai kebersamaan, gotong royong, dan tanggung jawab sosial.
Dengan menjaga dan melestarikannya, tidak hanya mempertahankan warisan budaya, tetapi juga mendukung keberlanjutan pertanian yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Sumatra Barat.
Editor: Nanda Bismar