Olahraga tradisional Pariaman biasanya ditemukan dalam bentuk permainan tradisional yang telah turun temurun dimainkan oleh masyarakat.
Bukan hanya sekedar aktivitas fisik, tetapi juga mengandung nilai-nilai sosial, seperti kerja sama, ketangkasan, disiplin, dan tentunya kebahagiaan bersama.
Beberapa olahraga tradisional tersebut bahkan masih sering dipertandingkan dalam momen-momen khusus seperti perayaan hari kemerdekaan atau pesta rakyat.
Yuk, kita kenali lebih dekat lima olahraga tradisional khas Pariaman yang tidak hanya seru, tapi juga sarat nilai budaya.
1. Pacu Upiah
Pacu Upiah adalah salah satu olahraga tradisional Minangkabau yang cukup populer di Kota Pariaman.
Dalam bahasa setempat, upiah adalah lembaran pelepah pohon pinang yang sudah tua dan dikeringkan yang dijadikan alat utama dalam permainan.
Permainan ini biasanya dimainkan oleh dua orang atau lebih yang membentuk tim untuk bertanding melawan tim lainnya.
Salah satu anggota tim duduk di atas upiah, sementara yang lainnya menariknya sekuat tenaga menuju garis finish.
Walaupun terlihat sederhana, permainan pacu upiah memerlukan kekuatan fisik, strategi, dan koordinasi yang baik antar pemain.
Menariknya, pacu upiah tak hanya jadi hiburan warga, tapi juga ajang untuk mempererat solidaritas antar komunitas.

2. Cak Bur
Cak Bur adalah permainan tradisional lainnya yang dianggap sebagai bentuk olahraga karena mengandalkan kecepatan, strategi, dan kelincahan.
Permainan ini dimainkan oleh dua tim, masing-masing terdiri dari minimal lima orang.
Cara mainnya sederhana, tim penjaga berdiri di garis kotak lapangan yang sudah digambar di tanah.
Sementara tim lawan harus berusaha melewati setiap garis tanpa tersentuh oleh penjaga.
Baca Juga Serunya Permainan Anak Tradisional Minangkabau Part 2
Pemain pertama memulai dengan teriakan “cak”, dan pemain terakhir yang berhasil lolos mengucapkan “bur” sebagai tanda kemenangan.
Cak Bur tidak hanya melatih kecepatan dan refleks, tapi juga menjadi sarana anak-anak untuk belajar sportivitas, kejujuran, dan kerja sama tim.

3. Giring/Lakak Ban
Siapa sangka ban bekas bisa jadi alat olahraga yang menyenangkan? tentu saja bisa dan sangat populer pada masanya.
Permainan giring atau lakak ban adalah salah satu bukti kreativitas anak-anak di Pariaman dalam memanfaatkan barang bekas untuk bermain.
Permainan bisa dimainkan secara individu atau kelompok, tergantung jumlah peserta yang bertanding.
Alatnya cukup sederhana, ban bekas dan sebatang bambu kecil untuk menggiringnya menuju garis finish.
Dibalik keseruannya, permainan ini melatih keseimbangan, fokus, dan kecepatan gerak.

4. Egrang
Egrang adalah permainan tradisional yang terbuat dari batang bambu atau kayu yang dibentuk seperti penyangga kaki.
Pemain berdiri diatas pijakan yang terletak sekitar 30–50 cm dari tanah dan berjalan menggunakan alat tersebut.
Permainan egrang bisa dilakukan secara individu maupun kelompok, dan biasanya dimainkan dalam bentuk balapan.
Bukan hanya keseimbangan yang dilatih, tapi juga koordinasi, keberanian, dan semangat untuk terus mencoba meskipun jatuh berkali-kali.
Egrang juga kerap dijadikan lomba saat acara besar di Pariaman, seperti peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia dan Festival Tabuik.

5. Estafet Balap Karung
Siapa yang tak kenal balap karung? di Pariaman, permainan ini sering dikombinasikan menjadi estafet, sehingga dimainkan secara berkelompok.
Setiap anggota tim akan bergantian melompat menggunakan karung menuju garis finish, lalu memberi giliran pada rekan satu timnya.
Selain melatih kecepatan dan keseimbangan, estafet balap karung juga mengajarkan pentingnya kekompakan dalam tim.
Karena tidak hanya cepat, pemain juga harus bisa menjaga ritme dan timing saat pergantian giliran.
Permainan ini identik dengan momen kebersamaan dan selalu mengundang tawa, apalagi jika salah satu peserta terpeleset saat melompat.
Menjaga Tradisi Lewat Olahraga
Olahraga tradisional seperti diatas tidak hanya penting sebagai bentuk aktivitas fisik, tapi juga bagian dari pelestarian budaya.
Ditengah derasnya arus permainan digital permainan seperti pacu upiah, cak bur, dan lainnya menandakan kesenangan bisa datang dari hal sederhana.
Kota Pariaman juga patut berbangga karena hingga kini masih banyak masyarakat yang melestarikan permainan-permainan tersebut.
Biasanya masih diselenggarakan secara resmi maupun kegiatan sehari-hari anak-anak di kampung.
Oleh karena itu, mendukung olahraga tradisional sebagai bagian dari identitas dan warisan budaya lokal, bisa jadi hal yang dibutuhkan saat ini.
Editor: Nanda Bismar