Close Menu

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    What's Hot

    Kedai Kopi Ming Hoa, Bakmi Goreng dan Kopi Susu Autentik Meriah di Padang

    13/06/2025

    9 Situs dan Bangunan Cagar Budaya di Batusangkar

    13/06/2025

    5 Studio Photo di Kota Bukitinggi untuk Abadikan Moment Spesial

    12/06/2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram
    West Sumatra 360
    Saturday, June 14 Login
    • Home
      • About
      • Privacy Policy
      • UMKM
    • Culture
    • To Do
    • Food
    • Travel Tips
    West Sumatra 360
    Home»Wisata»Budaya»Mengenal Tradisi Ikan Larangan di Sumatera Barat
    Budaya

    Mengenal Tradisi Ikan Larangan di Sumatera Barat

    Oki SaputraBy Oki Saputra16/11/2023
    Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
    Ikan Larangan - pelangiholidays.com
    Ikan Larangan - pelangiholidays.com
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Sumatera Barat memiliki beberapa tradisi unik yang masih dijaga hingga saat ini.

    Tradisi tersebut bertujuan untuk berbagai hal, salah satunya adalah menjaga kelestarian alam dan keberlangsungan makluk hidup.

    Salah satu tradisi kuno yang masih populer di Sumatera Barat adalah “Ikan Larangan”.

    Hingga saat ini setidaknya masih banyak daerah di Sumatera Barat yang masih melakukan praktik tradisi ini.

    Ikan Larangan dalam kepercayaan masyarakat Minangkabau menceritakan tentang larangan untuk menangkap atau memakan ikan tersebut.

    Karena diyakini akan menimbulkan musibah bagi yang melanggarnya, seperti sakit yang tidak biasa, perut membuncit, atau kesialan lainnya.

    Ikan ini hanya boleh dimakan pada hari-hari tertentu, seperti pada acara adat atau hari besar keagamaan, dengan cara ditangkap secara bersama-sama.

    Konon, larangan ini berasal dari cerita tentang seseorang yang memiliki kekuatan magis dan memberikan perlindungan pada ikan tersebut, sehingga tidak ada yang berani mencurinya.

    Hal ini membuat ikan larangan tetap terjaga, berkembang biak, dan lestari di sungai atau kolam sebagai habitat aslinya.

    Awal Mula Tradisi Ikan Larangan

    Tidak diketahui secara pasti kapan dan dimana tradisi Ikan larangan ini berkembang pada mulanya.

    Tetapi praktik tradisional dipercaya telah dipraktikkan sejak lama bahkan sejak zaman nenek moyang orang Minangkabau.

    Jika dilihat kembali dapat diartikan sebagai tradisi yang bertujuan untuk pengelolaan sumber daya alam berbasis kearifan lokal, untuk menjaga populasi ikan dan ekosistem perairan.

    Sejarah ikan larangan dapat ditelusuri ke masa lalu, dimana masyarakat setempat mengamati perlunya menjaga keseimbangan alam dan sumber daya ikan di perairan tertentu.

    Konsepnya adalah melarang penangkapan ikan dalam jangka waktu tertentu atau di lokasi tertentu, untuk memberikan kesempatan bagi populasi ikan untuk berkembang biak tanpa gangguan.

    Praktik ikan larangan tidak hanya sebagai cara menjaga populasi ikan tetapi juga sebagai bagian dari kearifan lokal yang terkait erat dengan kehidupan masyarakat setempat. ‘Kebijakan ini sering kali disesuaikan dengan siklus alam dan kebutuhan komunitas.

    Dimana periode penangkapan ikan diberlakukan sesuai dengan musim atau siklus reproduksi ikan di berbagai daerah.

    Selama bertahun-tahun, praktik ikan larangan telah diwariskan dari generasi ke generasi.

    Di Sumatera Barat, tradisi ikan larangan masih dijaga dan dipraktikkan dalam upaya menjaga keseimbangan ekosistem perairan serta menjadi daya tarik bagi pariwisata lokal.

    Orang Yang Melarang Ikan

    Orang yang melakukan larangan terhadap ikan disebut sebagai Datu (orang pandai atau orang pintar).

    Cara yang cukup populer dalam melarang ikan dengan menggunakan kumayan (kemenyan dalam bahasa indoesia) yang nanti akan di bakar di dibacakan doa-doa di sungai yang akan ditetapkan sebagai lokasi ikan larangan.

    Setelah dilakukan larangan, maka tidak seorang pun diperbolehkan untuk mengambil ikan pada lokasi yang telah ditentukan, hingga nanti dibuka kembali oleh Datu tersebut.

    Orang-orang Minang percaya bahwa siapapun yang melanggar hal tersebut akan bernasib sial dan hanya bisa diobati oleh datu atau orang pandai yang melarang ikan di tempat tersebut.

    Kepercayaan ini menyebabkan masyarakat setempat tidak berani mengganggu ekosistem dan perairan ikan yang telah di larang.

    Ikan Larangan - Jadesta
    Ikan Larangan Jadesta

    Sanksi Jika Melanggar

    Masyarakat mempercayai bahwa yang mengambil ikan larangan nantinya akan mendapatkan berbagai peristiwa magis seperti perut buncit, mendapatkan penyakit aneh bahkan hingga meninggal dunia.

    Namun hal tersebut tentu saja menjadi sebatas mitos yang dipercyai masyarakat setempat.

    Terdapat juga berbagai sanksi sosial seperti diejek atau dikucilkan oleh masyarakat dalam lingkungan sosial.

    Kemudian juga membayar denda ke nagari jika kedapatan mengambil ikan larangan, besaranya tergantung pada nagari yang bersangkutan.

    Hal Menarik Tentang Ikan Larangan

    Di hari-hari biasa, orang dilarang menangkap ikan tertentu. Melanggar aturan ini bisa berakibat pada sanksi sosial seperti ejekan dari penduduk sekitar.

    Namun, legenda mengenai kutukan bagi mereka yang melanggar larangan tersebut sebenarnya merupakan cerita dari mulut ke mulut.

    Hal ini bertujuan untuk mendorong tanggung jawab dan kehati-hatian dalam menjaga ikan tersebut.

    Mitos ini memberikan dampak positif dengan mendorong penduduk setempat untuk aktif menjaga kebersihan sungai dan irigasi.

    Larangan menangkap ikan juga berarti larangan membuang sampah atau mencemari perairan di sekitarnya.

    Hal ini menyebabkan pertumbuhan ikan yang cepat dan sehat, menjadikan ikan tersebut besar dan menggoda untuk ditangkap.

    Pembukaan Sungai Ikan Larangan

    Pada beberapa waktu dalam setahun, area ikan larangan dibuka untuk umum di Sumatera Barat.

    Saat itu, penduduk diperbolehkan menangkap ikan dengan menggunakan jala atau tangan kosong.

    Moment inilah yang ditunggu masyarakat dan bukan hanya masyarakat sekitar tetapi juga dari berbagai daerah.

    Terdapa dua sistem pengambilan ikan larangan, yang pertama untuk kalangan umum, artinya semua orang boleh mengambil dengan biaya yang telah ditentukan per orangnya.

    Kemudian sistem kelompok, dimana nantinya area Sungai ikan larangan akan dibagi menjadi milik kelompok A, kemudian area kelompok B dan seterusnya.

    Jika menggunakan sistem ini berarti area tertentu akan menjadi hak milik kelompok tersebut dalam jangka waktu biasanya 1-3 hari.

    Setelah jangka waktu tersebut habis maka areal sungai tersebut akan dilakukan larangan kembali.

    Hasil dari uang area Sungai ikan larangan nantinya akan digunakan untuk kepentingan bersama seperti perbaikan jalan desa atau pembangunan tempat ibadah.

    Tentunya acara ini menjadi atraksi unik yang menarik bagi wisatawan, dengan banyaknya orang berduyun-duyun ke air untuk menangkap ikan dengan tangan kosong, jala, pancing ataupun senapan ikan.

    Ikan Larangan Dijadikan Sebagai Objek Wisata

    Di beberapa lokasi, Ikan larangan dijadikan sebagai salah satu objek wisata.

    Misalnya seperti ikan larangan Lubuak Landua (Pasaman Barat), Ikan Larangan Aur Begelung (Pesisir Selatan), Ikan Larangan Kubu Koto Bimo (Padang Pariaman), Ikan larangan Lubuak Minturun (Padang) dan masih banyak lainnya.

    Biasanya wisatawan menyukai objek wisata ikan larangan karena dapat mandi atau melakukan aktivitas air lainnya bersama dengan ikan yang berenang bebas di dalam sungai.

    Jadi bagaimana pendapat mu tentang aturan ikan larangan yang ada di Sumatera Barat? Sangat menarik bukan?

    300*250

    Penting untuk tetap menjaga kelestarian alam dan makluk hidup yang tentu saja bermanfaat untuk kepentingan masa depan.

    Ikuti terus kami untuk mengungkap berbagai tradisi menarik lainnya di Sumatera Barat!

    Editor : Nanda Bismar
    Ikan Larangan lubuak landua sungai janiah
    Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram LinkedIn Copy Link
    Oki Saputra
    • Website
    • Instagram

    Related Posts

    3 Alat Pertanian Tradisional Asal Sumatera Barat

    10/06/2025

    5 Kosakata Keseharian yang Identik dengan Orang Pariaman

    08/06/2025

    Mengenal 3 Gelar dan Penghargaan bagi Laki-Laki di Pariaman

    08/06/2025
    Add A Comment

    Comments are closed.

    Top Posts

    Kedai Kopi Ming Hoa, Bakmi Goreng dan Kopi Susu Autentik Meriah di Padang

    13/06/2025

    Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

    01/12/2022

    5 Things To Do in Mentawai Islands

    03/12/2022

    5 Kebun Satwa di Sumatera Barat yang Wajib Kamu Kunjungi

    04/12/2022

    6 Cafe Dengan Pemandangan Samudera Hindia di Kota Padang

    05/12/2022

    Subscribe to Updates

    Get the latest tech news from FooBar about tech, design and biz.

    Search hotels and more...

    Destination

    Check-in date

    Fri 13 Jun 2025

    Check-out date

    Sat 14 Jun 2025
    Booking.com
    Most Popular

    Kedai Kopi Ming Hoa, Bakmi Goreng dan Kopi Susu Autentik Meriah di Padang

    13/06/2025

    Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

    01/12/2022

    5 Things To Do in Mentawai Islands

    03/12/2022
    Our Picks

    Kedai Kopi Ming Hoa, Bakmi Goreng dan Kopi Susu Autentik Meriah di Padang

    13/06/2025

    9 Situs dan Bangunan Cagar Budaya di Batusangkar

    13/06/2025

    5 Studio Photo di Kota Bukitinggi untuk Abadikan Moment Spesial

    12/06/2025

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    Search hotels and more...

    Destination

    Check-in date

    Fri 13 Jun 2025

    Check-out date

    Sat 14 Jun 2025
    Booking.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • About
    • Privacy Policy
    • Our Team
    © 2025 WestSumatra360.com. Designed by Hendri Simon.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

    Sign In or Register

    Welcome Back!

    Login to your account below.

    Lost password?