Tradisi mamanggia adalah suatu kebiasaan untuk mengundang seseorang ke dalam acara adat atau suatu kegiatan resmi yang akan diadakan oleh masyarakat Minangkabau.
Namun, tahukah kamu bahwa tradisi mamanggia memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing di setiap daerah.
Walaupun secara umum disebut dengan mamanggia oleh masyarakat Sumatera Barat.
Mamanggia biasanya dilakukan untuk mengundang orang lain pada saat akan melaksanakan acara seperti pernikahan, turun mandi, mendoa dan lainnya.
Penasaran dengan keunikan tradisi klasik Minangkabau yang satu ini? yuk simak ulasan menariknya dari West Sumatra 360,
Baca Juga 7 Fakta Menarik Tentang Kota Pariaman Yang Wajib Kamu Ketahui
Mamanggia di Minangkabau
Tradisi mamanggia, merupakan praktik yang sudah berlangsung lama di kalangan masyarakat Minangkabau.
Mamanggia telah menjadi suatu kebiasaan yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tradisi ini menjadi bagian penting dalam kegiatan atau acara adat, dimana penyelenggara acara menggunakan tradisi mamanggia sebagai upaya untuk mengundang tamu.
Dalam melaksanakan tradisi mamanggia, awalnya menggunakan simbol seperti sirih dan rokok yang di gulung dengan selembar kain.
Kedua simbol itu identik sekali dengan tradisi mamanggia yang mana rokok untuk kalangan pria dan siriah untuk wanita.
Nantinya pemilik acara akan berkunjung dari rumah ke rumah tetangga di kampung atau kenalan, kemudian akan memberitahukan kapan kegiatan atau acara dilaksanakan.
Untuk menambah keintiman sembari mengobrol maka orang yang memanggil/mamanggia akan memberi rokok kepada tuan rumah pria, dan siriah untuk wanita.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman, terjadi perubahan kecil dalam pemilihan simbol.
Simbol tradisional seperti sirih dan rokok mulai digantikan oleh gulo-gulo (permen), kertas undangan, dan media elektronik, yang diintegrasikan oleh pihak penyelenggara baralek (pesta).
Ada juga beberapa daerah yang sekarang dalam tradisi mamanggia sudah tidak menggunakan simbol lagi.
Walaupun tidak diketahui pasti kapan tradisi ini bermula, namun mamanggia masih dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Minangkabau.
Tradisi ini dianggap mencerminkan nilai-nilai yang dihargai dan menunjukkan kepedulian antar sesama masyarakat di Minangkabau.
Oleh karena itu, meskipun ada sedikit perubahan dalam simbol yang digunakan, tradisi mamanggia tetap menjadi suatu ritual yang diterima dan dihargai dalam kehidupan bermasyarakat.
Beberapa Contoh Tradisi Mamanggia di Minangkabau
1. Tradisi Mamanggia Bako Pada Ritual Kematian Kecamatan Rambatan Tanah Datar.
Tradisi yang masih dipegang teguh dan terus dijalankan oleh masyarakat Minangkabau hingga kini adalah ritual kematian yang diselenggarakan di Nagari III Koto, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, yang dikenal sebagai Mamanggia Bako.
Ritual mamanggia ini mencerminkan upaya manusia sebagai makhluk beragama dan berbudaya dalam menjalankan serangkaian tindakan sesuai dengan adat-istiadat atau agama.
Khususnya dalam mengurus dan memberikan bantuan kepada keluarga atau individu yang telah meninggal dunia.
Di Nagari III Koto, Kecamatan Rambatan, tradisi Mamanggia Bako dilaksanakan ketika ada kematian.
Ritual ini memiliki tiga tahapan utama, yaitu memberitahukan kepada bako, merundingkan tempat pemakaman, dan melaksanakan kadarek (mendo’a).
Ketika seseorang meninggal, keluarga yang pertama kali yang wajib diberitahu adalah keluarga bapak (bako).
Setelah pemberitahuan tersebut, keluarga bako harus datang ke tempat duka untuk merundingkan lokasi pemakaman.
Dalam tahap ini, hanya laki-laki yang boleh ikut serta, termasuk pihak bako, keluarga dari ibu, dan anak laki-laki yang sudah berkeluarga.
Keluarga bako membawa perlengkapan seperti beras, sabun, dan kain kafan, namun hanya perempuan yang boleh membawa barang-barang tersebut.
Setelah pemakaman, keesokan harinya dilaksanakan kadarek (mendo’a).
Dalam prosesi ini, pihak bako ikut serta dengan membawa sejumlah bahan makanan seperti beras, pisang, batiah, telur, dan kue telur.
Setelah selesai, bako meninggalkan rumah duka dengan membawa sebagian dari bahan yang mereka bawa, kecuali beras dan telur.
Rangkaian kegiatan diatas dapat dirangkum sebagai berikut:
- Memberitahukan kepada bako
- Merundingkan tempat pemakaman
- Kadarek
- Memberitahukan kepada bako
- Merundingkan tempat pemakaman
- Kadarek
- Manjujuang pariyuak (membawa pulang sebagian bahan makanan setelah selesai kadarek).
Baca Juga Mengenal Tradisi Malamang di Sumatera Barat
2. Tradisi Mamanggia Pernikahan di Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Pelaksanaan tradisi mamanggia di Kelurahan Gunung Sarik, Kecamatan Kuranji, telah berlangsung lama bahkan hingga saat ini.
Meskipun ada beberapa perubahan dalam simbol yang digunakan, namun esensi dan substansi dari adat tradisi mamanggia tidak berubah sepenuhnya.
Faktor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan pada tradisi mamanggia adalah perkembangan zaman.
Terlebih di kuranji yang termasuk kawasan perkotaan di Sumatra Barat yaitu Kota Padang.
Namun caranya masih tetap sama, yaitu dengan mengajak masyarakat menghadiri acara pernikahan.
Kemudian nanti juga akan disertai informasi kapan untuk masak bersama dan prosesi lainnya hingga ke pesta pernikahan.
Biasanya untuk mamanggia itu dilakukan seminggu sebelum acara berlangsung, supaya yang dipanggia bisa mengosongkan waktunya.
Para undangan biasanya hadir dan membantu prosesi yang akan dilakukan, seperti mengundang, namun melalui interaksi langsung dan juga secara lisan.
3. Tradisi Mamanggia di Pasaman Barat
Di Pasaman Barat tradisi mamanggia biasanya dilakukan di berbagai acara baik itu acara adat, kemalangan dan lainnya.
Misalnya di Nagari Lubuak Landua, dalam prosesi mamanggia dilakukan di acara turun mandi, mandoa, manujuah hari, pesta pernikahan dan lainnya.
Karena masih termasuk daerah yang belum terlalu tergerus modernisasi, di Lubuak Landua segala pesta atau kegiatan masih dilakukan bersama-sama.
Di saat mamanggia diberitahukan waktu memasak bersama untuk kaum ibu-ibu.
Kemudian yang laki-laki akan membantu pendirian tenda, mencari kayu dan lainnya.
Prosesi ini menjadikan hubungan masyarakat erat dan terjalinya komunikasi yang baik dengan tetangga, masyarakat kampung dan sanak family.
Demikianlah beberapa tradisi mamanggia yang hingga saat ini masih eksis di Sumatera Barat.
Walaupun mengalami beberapa perubahan pada simbol, namun inti dari tradisi yaitu mengajak orang lain untuk terlibat dalam sebuah acara merupakan esensi yang masih dipertahankan.
Terus ikuti kami untuk informasi menarik lainnya seputar Sumatera Barat.