AA Navis merupakan penulis terkenal dengan karyanya “Robohnya Surau Kami”, dikenal sebagai sosok yang kritis dalam menggambarkan kehidupan bermasyarakat.
Untuk merayakan 100 tahun AA Navis, seorang sastrawan asal Sumatera Barat, digelar sebuah pagelaran seni bertajuk “Minangkabau dalam Kemarau”
Semangat dan pandangan Navis kini dihidupkan kembali melalui pertunjukan seni yang menggali isu-isu sosial budaya kekinian di Sumatera Barat.
Tidak hanya sekadar memperingati sosok AA Navis, tetapi juga menjadi ruang bagi seniman lintas disiplin untuk menyuarakan keresahan.
Mengenai tema “kemarau” dianggap relevan dengan yang terjadi di ranah seni tradisional Minangkabau di era modern belakangan.
Diselenggarakan pada Jumat, 15 November 2024, di Medan Nan Balinduang, SMK N 7 Padang, mulai pukul 17.30 hingga 21.30 WIB.
“Minangkabau dalam Kemarau” akan menghadirkan berbagai pergelaran karya dari seniman-seniman berbakat Sumatra Barat.
Mulai dari pertunjukan tari, pemutaran film dokumenter, hingga peluncuran buku, yang bisa menjadi pengingat dan inspirasi bagi masyarakat.
Menggambarkan “Kemarau” di Dunia Seni dan Sosial Sumatra Barat
Tema “kemarau” diangkat sebagai simbol untuk menggambarkan kekeringan yang dirasakan di dunia seni dan kehidupan sosial di Sumatra Barat.
Pergeseran budaya, modernisasi, dan minimnya perhatian pada seni tradisional menciptakan kondisi kebudayaan asli Minangkabau seolah “kering”.
Para seniman akan mengajak penonton untuk merenung tentang apa yang bisa dilakukan agar kesenian Minangkabau tidak hilang ditelan waktu.
Dalam acara ini, para seniman lintas disiplin akan menyuguhkan interpretasi mereka tentang bagaimana kemarau melanda dunia seni Minangkabau.
Mereka juga menawarkan langkah-langkah nyata yang perlu diambil untuk menyelamatkan dan melestarikan seni tradisional Minangkabau.
Pergelaran Seni Beragam dan Penuh Makna
“Minangkabau dalam Kemarau” menghadirkan beragam karya seni yang digarap oleh seniman-seniman berbakat dari berbagai latar belakang.
Berikut adalah rangkaian acara dan pergelaran seni yang akan ditampilkan:
1. Peluncuran Buku dan Pemutaran Film Dokumenter “Marka”
Acara ini akan dibuka dengan peluncuran buku dan pemutaran film dokumenter “Marka” dari Gazp Official dan Ruang Sarga.
Film dokumenter tersebut menggali sisi lain dari kebudayaan Minangkabau dan menghadirkan perspektif baru tentang kekayaan budaya yang dimiliki Sumatra Barat.
“Marka” mencoba menangkap berbagai ekspresi seni dan perjalanan budaya yang sering kali tersembunyi dari pandangan publik.
Melalui buku dan film, penonton akan mendapatkan wawasan mendalam mengenai warisan budaya yang ada di Minangkabau.
2. Pemutaran Film Dokumenter “Tari Piriang Balenggek” dari Willy Pangeran
Film dokumenter mengangkat Tari Piriang Balenggek, salah satu tarian tradisional khas Minangkabau yang semakin langka dan terancam hilang.
Willy Pangeran, berusaha menampilkan keindahan sekaligus kekayaan simbolis yang terkandung dalam tarian.
Tari Piriang Balenggek adalah bentuk tari piring yang memiliki gerakan dan ritme unik, serta kaya akan filosofi budaya Minangkabau.
Pemutaran dokumenter akan mengajak penonton untuk memahami keunikan tari tradisional yang hampir terlupakan.
3. Recital #8 oleh Sendi Orysal
Sendi Orysal akan menampilkan karya recital terbarunya, yaitu Recital #8.
Recital merupakan perpaduan antara musik, puisi, dan gerakan yang mengekspresikan keresahan seniman terhadap kondisi sosial dan budaya.
Sendi Orysal, seorang seniman multidisiplin, mencoba menangkap esensi dari “kemarau” budaya dan seni untuk menyuarakan kepedulian serta harapan.
4. Pertunjukan Tari “Pitaruah Darah” oleh Joni Andra
Joni Andra, seorang koreografer dan seniman tari, akan menampilkan pertunjukan tari bertajuk “Pitaruah Darah”.
Pertunjukan ini mengangkat nilai-nilai dan pesan yang diwariskan oleh leluhur Minangkabau.
Melalui gerakan yang dinamis dan penuh emosi, Joni Andra menggambarkan bagaimana seni tradisional adalah warisan darah yang harus dijaga dan dihargai.
“Pitaruah Darah” menjadi metafora bagi keinginan untuk melestarikan budaya Minangkabau di tengah arus modernisasi yang semakin kuat.
Baca Juga 9 Sastra Lisan Asal Sumatra Barat Yang Terancam Punah
5. Impressa Dance Company
Impressa Dance Company, merupakan grup tari kontemporer asal Sumatra Barat, memadukan gerakan silat, wushu, hip-hop, dan breakdance.
Dengan berbasis pada gerakan seni bela diri tradisional seperti silat, Impressa Dance Company membawa konsep baru dalam dunia tari di Sumatra Barat.
Mereka menciptakan koreografi yang mencerminkan semangat muda namun tetap menjaga akar budaya Minangkabau.
Penampilan ini menggambarkan bahwa seni tradisional bisa beradaptasi dan tetap hidup dalam bentuk baru yang lebih modern.
Informasi Tiket dan Akses
Bagi yang tertarik untuk menghadiri acara pagelaran seni diatas, informasi tiket bisa didapatkan melalui akun Instagram resmi @gazp.official.
Mengingat antusiasme yang besar terhadap acara ini, disarankan untuk memesan tiket lebih awal agar tidak kehabisan.
Lokasi acara di Medan Nan Balinduang, SMK N 7 Padang juga mudah diakses dan memiliki fasilitas yang memadai untuk menampung para pengunjung.
“Minangkabau dalam Kemarau” tidak hanya mengenang sosok AA Navis, tetapi juga membawa pesan penting tentang pelestarian budaya.
Melalui pergelaran seni lintas disiplin yang melibatkan seniman-seniman berbakat, diharapkan mampu membangkitkan kesadaran akan kondisi seni tradisional.
Editor: Nanda Bismar