Pasambahan
Orang Minang memiliki satu budaya yang unik sebelum memulai upacara-upacara penting bahkan sekedar untuk menikmati sajian makan bersama.
Budaya tersebut disebut dengan pidato pasambahan atau kerap kali disebut dengan pasambahan.
Tidak ada defenisi yang benar-benar menjelaskan mengenai makna pasambahan, namun beberapa diantaranya menjelaskan bahwa pasambahan merupakan dialek antara dua orang yang saling berkaitan.
Sekilas Pasambahan mirip dengan petatah petitih yang sambung menyambung hingga selesai, barulah upacara atau acara adat dimulai.
Biasanya pasambahan kerap kali dilakukan ketika upacara adat seperti pernikahan, turun mandi, batagak pangulu dan lainnya.
Tradisi Mandoa, Menyatukan Budaya dan Agama di Minangkabau
Pidato Pasambahan
Pasambahan berasal dari kata “sambah” yang diberikan imbuhan pa-an. Sambah sendiri dalam bahasa Indonesia berarti “sembah” yaitu bentuk penghormatan pada orang lain atau perkataan yang menunjukkan rasa hormat.
Secara lengkap Pasambahan adalah dialog antara antara dua pihak yaitu “sipangka” yang menunjukkan tuan rumah dan “sialek” yang menunjukkan tamu yang datang.
Kata-kata dalam Pasambahan biasanya disesuaikan dengan acara yang akan dihelat, misalnya pesta perkawinan, acara makan bersama, upacara kematian, batagak pangulu dan lainnya.
Pada praktiknya masing-masing pihak yaitu tuan rumah (si pangka) dan tamu (si alek) memiliki perwakilan juru bicara yang telah ditentukan sebelumnya.
Juru bicara tersebut disebut sebagai juru sambah yang sudah memahami dan fasih dalam berkata-kata serta bertugas menyampaikan dan menjadi jembatan antara kedua belah pihak.
Dialog yang tersaji dalam tradisi pasambahan biasanya disampaikan secara halus dan terkesan puitis dengan tujuan saling menghormati, atau istilahnya lawan bicara adalah raja sendiri yang harus dihormati.
Pasambahan juga sarat dengan nilai sopan santun, misalnya ketika ingin memulai satu acara makan bersama yang disebut dengan tradisi makan bajamba.
Maka kedua belah pihak yang sedang melakukan pasambahan harus mencapai kesepakatan terlebih dahuliu dan tidak gegabah dalam memulai acara makan bersama.
Nilai Yang Terkandung di Dalamnya
Banyak nilai yang terkandung di dalam tradisi lisan Pasambahan, misalnya setiap petatah petitih yang dikeluarkan oleh juru bicara merupakan hasil musyawarah mufakat kedua belah pihak.
Nilai yang bisa didapat bukan hanya itu saja tetapi juga kerendahan hati, ketelitian dan kecermatan serta taat pada adat istiadat.
Satu lagi misalnya pasambahan yang berisi nasihat, seperti pasambahan pitaruah marapulai yang masih eksis di Nagari Kayutanam hingga saat ini.
Pasambahan pitaruah marapulai adalah semacam nasihat yang diberikan kepada calon mempelai pria sebelum memulai hidup baru dengan mempelai wanita.
Nasihat tersebut disampaikan ketika acara pernikahan dimulai dengan memperhatikan perkataan yang halus dan tidak menyinggung.
Menarik sekali bukan ulasan mengenai budaya pasambahan yang ada di Minangkabau, walaupun sekarang ini budaya tersebut perlahan tergerus, namun masih cukup banyak daerah di Sumatera Barat yang masih menjaga tradisi tersebut.
Semoga ulasan diatas dapat semakin menambah wawasan kamu mengenai budaya Minangkabau dan tunggu informasi menarik lainnya dari West Sumatra 360!