Jauh sebelum adanya badut pada era modern, masyarakat di Minangkabau telah akrab dengan sosok Si Muntu yang juga bertujuan untuk menghibur masyarakat pada hari perayaan tertentu.
Jika badut atapun kesenian kostum modern menggunakan riasan dan kostum yang berwarna warni, pada sosok Si Muntu biasanya dikenakan kostum dengan bahan yang terbuat dari jerami atau ijuk dan tambahan beberapa aksesoris.
Setelah semua kostum lengkap, Si Muntu akan berjalanan keliling kampung sembari diiringi musik tradisional untuk menghibur masyarakat setempat.
Awal Munculnya Sosok Si Muntu
Si Muntu atau cimuntu (orang buruk) adalah salah satu peninggalan sejarah yang awalnya berasal dari Pagaruyung, Kabupaten Tanah Datar.
Sebelum akhirnya menyebar ke berbagai penjuru di Sumatera Barat seperti salah satunya daerah Koto Malintang.
Konon dahulunya pada Kerajaan Pagaruyung menghadirkan sosok Si Muntu untuk meminta sumbangan dalam mengangkat kegiatan alek Nagari.
Dengan mendatangi rumah masyarakat satu persatu diiringi alunan musik talempong.
Menjadi hiburan yang digemari, Si Muntu sukses memainkan peran sambil bergoyang menunggu sumbangan dari pemilik rumah mengisi kantong yang mereka bawa.
Pada saat itu Si Muntu sukses menjadi salah satu objek atau media hiburan sekaligus menghimpun dana untuk kegiatan yang ada di suatu Nagari.
Tidak hanya menari dari rumah ke rumah, Si Muntu belakangan ini juga dihadirkan pada saat perayaan hari besar seperti hari raya Idul Fitri.
Salah satunya di daerah Koto Kaciak, Kec. Tanjung Raya, dimana masyarakat sekitar akan dihibur dengan arak-arakan Si Muntu usai melaksanakan sholat hari raya Idul Fitri.
Kehadiran Si Muntu juga kerap dipertontonkan pada beberapa tempat wisata yang ramai pengunjung, pada perayaan hari kemerdekaan hingga penyambutan tamu-tamu kehormatan.
Selain menjadi ajang untuk menghimpun dana dari masyarakat, Si Muntu juga memiliki beberapa nilai filosofis seperti alat pencerminan angan-angan kolektif, sarana pendidikan bagi anak, sebagai alat pengawasan norma-norma hingga sebagai hiburan dan media kreativitas masyarakat setempat.
Sosok Si Muntu
Secara lebih spesifik sosok Si Muntu biasanya diperankan oleh lelaki dengan memakai kostum yang memanfaatkan tanaman sekitar yang ada, biasanya terbuat dari jerami, ijuk atau pelepah pisang hingga dedaunan lainnya.
Beberapa orang menganggap bahwa karakter Si Muntu dengan kostum tersebut terlihat menyeramkan, namun hal tersebut adalah bagian dari kreativitas masyarakat setempat untuk membentuk kostum semenarik mungkin.
Biasanya di bagian kepala menggunakan topeng yang bisa terbuat dari berbagai bahan alami seperti upiahpohon pinang atau bahan daur ulang lain seperti plastik atau kertas karton.
Tradisi Mandoa, Menyatukan Budaya dan Agama di Minangkabau
Lahirnya Tarian Si Muntu
Sosok Si Muntu juga menjadi inspirasi lahirnya satu kesenian tari tradisional yang dikenal dengan tarian Si Muntu yang biasanya dimainkan di beberapa daerah seperti Padang, Pasaman, Agam, dan Tanah Datar.
Biasanya tarian Si Muntu dibawakan oleh kaum perempuan lengkap dengan kostum khas Si Muntu yang terbuat dari jerami, ijuk maupun pelepah pisang.
Selain dari sosok Si Muntu, tarian Si Muntu juga terinspirasi oleh perjuangan perang Paderi pada tahun 1830-an di Minangkabau.
Tarian Si Muntu memiliki makna kamuflase dari serangan musuh pada saat perang Paderi, tentunya dengan kostum yang menyerupai kondisi alam sekitar.
Nilai Luhur
Dewasa ini, sosok Si Muntu tidak lagi populer dikalangan masyarakat Minangkabau atapun Sumatera Barat pada umumnya.
Adanya kesenian baru dan sepinya peminat yang menyaksikan atraksi Si Muntu bisa menjadi penyebab redupnya kesenian ini.
Walaupun begitu, masih terdapat sebagian kecil dari nagari di Sumatera Barat yang masih menghadirkan sosok Si Muntu sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat.
Sebagai kesenian yang pernah eksis pada masanya, Si Muntu layak untuk tetap dilestarikan karena memberikan nilai makna yang luhur seperti mempererat tali persaudaraan, kebersamaan, gotong royong hingga menjaga kerukunan antar masyarakat di Minangkabau.
Adanya pengetahuan mengenai sosok Si Muntu diharapkan menambah wawasan mengenai sejarah dan budaya Minangkabau yang beragam.
Selain menjadi sarana hiburan masyarakat masa itu, Si Muntu juga erat kaitannya dengan perjuangan masyarakat Minang dalam menghadapi pendudukan pemerintahan Belanda.
Semoga ulasan mengenai Si Muntu dapat menambah referensi budaya dan kesenian tradisional kamu ya, tunggu informasi menarik lainnya dari West Sumatra 360!