Close Menu

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    What's Hot

    8 Destinasi Wisata Populer dan Hits di Kota Pariaman

    May 16, 2025

    7 Fakta Menarik Padang Mangateh, “New Zealand” ala Sumatera Barat

    May 15, 2025

    Mengulik Tradisi “Gadai Anak” Di Minangkabau

    May 15, 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram
    West Sumatra 360
    Friday, May 16 Login
    • Home
      • About
      • Privacy Policy
      • UMKM
    • Culture
    • To Do
    • Food
    • Travel Tips
    West Sumatra 360
    Home»Wisata»Edukasi»Siti Manggopoh: Pejuang Perempuan dari Tanah Agam
    Edukasi

    Siti Manggopoh: Pejuang Perempuan dari Tanah Agam

    Oki SaputraBy Oki SaputraJune 3, 2023
    Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
    Monumen Siti Manggopoh
    Tugu Siti Manggopoh - Photo www.piamanexplore.com
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email
    www.PrivateJetFinder.com

    Diantara banyak tokoh dan pejuang laki-laki pada masanya seperti Moh. Yamin, Bung Hatta hingga Tuanku Imam Bonjol, ternyata Sumatera Barat juga memiliki pejuang wanita yang Tangguh seperti Siti Manggopoh.

    Walaupun sebagai perempuan yang pada masa itu dianggap sebagai kaum yang lemah, namun Siti membuktikan kontribusinya berjuang bersama rakyat dalam melawan kebijakan pemerintah Belanda.

    Siti Manggopoh terkenal dengan kecerdasannya meracik strategi perang serta gigih dalam memperjuangkan hak-hak orang Minang masa itu.

    Berkat kemampuannya tersebut dia pun dijuluki sebagai “Singa Betina dari Manggopoh”.

    Siti Manggopoh amat terkenal dalam perang belasting dan beberapa perang lainnya di tanah Minang, seperti apa profil dan kisahnya, yuk kita menyelami masa lampau,

    Perang Belasting

    Awal mula perang Belasting disebabkan karena pemerintah kolonial Belanda menerapkan belasting (pajak) yang menurut rakyat pada masanya sangat mencekik dan sulit untuk dibayar.

    Belanda menarik banyak pajak dari berbagai sumber seperti pajak tanah, rumah, tembakau hingga barang rumah tangga yang tentu saja sangat memberatkan karena kehidupan dan ekonomi rakyat Minangkabau yang berada dalam masa sulit.

    Baca Juga 9 Museum Yang Wajib Kamu Kunjungi di Sumatera Barat

    Beberapa orang yang tidak sepakat dengan penerapan pajak oleh Belanda mulai menggelar rapat secara sembunyi-sembunyi untuk membuat perencanaan perlawanan.

    Sayangnya rencana tersebut diketahui oleh pihak Belanda hingga pada tanggal 22 Maret 1908 para penghulu andiko (datuak kampuang Sumatra Barat) ditangkap dan dijebloskan ke penjara.

    Perlakuan Belanda tersebut langsung memancing kemarahan rakyat yang semakin memuncak sehingga munculah aksi protes besar-besaran.

    Puncaknya terjadi pada tanggal 15-16 Juni 1908 dimana rakyat daerah kamang, Sumatra Barat melakukan perlawanan dengan berbekal senjata seadanya.

    Jumlah rakyat yang melakukan perlawanan mencapai ribuan dan dalam pertempuran itu tokoh Kamang yaitu H. Abdul Manan gugur di medan pertempuran.

    Setelah pertempuran terjadi di Kamang, selanjutnya perlawanan yang dimotori oleh Siti Manggopoh juga terjadi di daerah Manggopoh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

    Dalam pertempuran hebat tersebut strategi Siti yang menyerbu benteng Belanda mampu menewaskan sebanyak 53 orang serdadu Belanda.

    Siti Manggopoh

    Profil Siti Manggopoh

    Siti Manggopoh lahir 01 Mei 1880 di daerah Manggopoh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

    Dia dikenal sebagai salah seorang tokoh yang memimpin perlawanan di Manggopoh terhadap peraturan pajak yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda.

    300*250

    Perang ini juga merupakan bagian dari Perang Belasting yang terjadi di Sumatra Barat.

    Perempuan yang berjuluk singa betina dari Manggopoh ini marah kepada Belanda karena mengeluarkan peraturan pajak atas tanah yang dimiliki secara turun-temurun oleh masyarakat Minang.

    Dan sangat sangat jelas itu bertentangan dengan adat istiadat setempat, sekaligus dianggap menginjak harga diri orang Minangkabau.

    Ditambah dengan aturan sistem tanam paksa yang harus dilakukan masyarakat sesuai dengan kemauan Pemerintah Belanda pada Maret 1908.

    Dengan berbagai aturan yang memberatkan, membuat Siti bersama masyarakat mengadakan rapat penyusunan strategi hingga pecah perang Manggopoh pada tanggal 15-18 Juni 1908.

    Siti Manggopoh atau lebih dikenal dengan sebutan Mandeh Siti menyerang sebuah markas atau benteng Belanda pada saat malam hari dimana terdapat sebuah acara jamuan makan malam di dalam markas.

    Dengan kecerdikannya, dia memberi tanda dan mematikan sumber lampu lalu para pejuang yang berada di luar langsung menyerbu masuk markas tersebut.

    Penyerangan malam itu mampu menewaskan 53 dari 55 orang serdadu Belanda. Dua orang yang selamat kemudian berhasil kabur ke Lubuk Basung dan meminta bala bantuan kepada tentara Belanda yang berada di Bukittinggi dan Padang Pariaman.

    Berkat bala bantuan yang datang lebih banyak dari tentara Belanda, perang esok harinya kembali pecah di Manggopoh dan mampu menewaskan banyak pejuang Manggopoh yang kewalahan menghadapi serangan dari Belanda.

    Mendengar hal tersebut Siti Manggopoh marah besar namun hatinya berkecamuk antara ikut berperang dengan merawat anaknya yang belum genap satu tahun.

    Ditengah kondisi perang batin tersebut, Mandeh Siti akhirnya mengambil keputusan ikut berperang melawan Belanda dan kembali melakukan penyerangan bersama rakyat.

    Setelah melakukan penyerangan, Siti kembali ke rumahnya lalu membawa anaknya yang bernama Dalima kabur masuk dalam hutan selama 17 hari sebelum akhirnya ditangkap oleh Pemerintah Belanda.

    Suaminya juga ikut ditangkap dan dibuang ke daerah Manado, sementara Mandeh Siti dijebloskan ke penjara Lubuk Basung selama 14 Bulan, sebelum akhirnya dipindahkan ke Pariaman selama 16 bulan dan Padang 12 bulan.

    Kemudian akhirnya dibebaskan dengan alasan kemanusiaan karena memiliki anak kecil, akhirnya Mandeh Siti wafat Ketika berusia 85 tahun pada 20 Agustus 1965 di Gasan, Padang Pariaman dan dimakamkan di taman makam pahlawan Kusumanegara, Lolong, Padang.

    Perjuangan Mandeh Siti bukan tanpa bekas, terdapat beberapa saksi dan monument perlawanan yang masih berdiri hingga saat ini seperti Masjid Siti Manggopoh di Nagari Manggopoh, Agam. Sumatera Barat.

    Di halaman masjid juga tempat dimakamkan para pejuang yang gugur pada perang manggopoh sebanyak 17 orang.

    Pada masanya Mande Siti juga membuat semacam dewan perang yang beranggotakan sebanyak 14 orang, diantaranya adalah Siti, Rasyid (suami siti) Majo Ali, Marah Sulaiman, Sidi Marah, Rahman Sidi Rajo dan lainnya.

    Monument lain untuk mengenang jasa Mande Siti adalah dibangunnya tugu Siti Manggopoh yang terletak di Simpang Gudang, Lubuk Basung, Agam, lalu terdapat beberapa nama jalan yang juga diabadikan dengan nama Siti Manggopoh.

    Walaupun hingga saat ini Siti Manggopoh belum masuk dalam daftar pahlawan nasional yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.

    Setidaknya jasa Mande Siti dalam mengobarkan semangat melawan penjajajah dapat memberikan insipirasi bagi semua orang, khusunya kaum perempuan yang mampu berbuat lebih banyak.

    Ketahui sejarah lokal Sumatera Barat yang beragam dan dapat menambah wawasan bersama West Sumatra 360!

    Pahlawan Wanita Siti Manggopoh
    Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram LinkedIn Copy Link
    Oki Saputra
    • Website
    • Instagram

    Related Posts

    7 Fakta Menarik Padang Mangateh, “New Zealand” ala Sumatera Barat

    May 15, 2025

    Mengenal 7 Pelabuhan Laut di Sumatera Barat, Pernah Jaya pada Masanya

    May 15, 2025

    Mengenal Jenis-Jenis Urang Sumando di Minangkabau

    May 13, 2025
    Add A Comment

    Comments are closed.

    Top Posts

    8 Destinasi Wisata Populer dan Hits di Kota Pariaman

    May 16, 2025

    Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

    December 1, 2022

    5 Things To Do in Mentawai Islands

    December 3, 2022

    5 Kebun Satwa di Sumatera Barat yang Wajib Kamu Kunjungi

    December 4, 2022

    6 Cafe Dengan Pemandangan Samudera Hindia di Kota Padang

    December 5, 2022

    Subscribe to Updates

    Get the latest tech news from FooBar about tech, design and biz.

    Search hotels and more...

    Destination

    Check-in date

    Fri 16 May 2025

    Check-out date

    Sat 17 May 2025
    Booking.com
    Most Popular

    8 Destinasi Wisata Populer dan Hits di Kota Pariaman

    May 16, 2025

    Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

    December 1, 2022

    5 Things To Do in Mentawai Islands

    December 3, 2022
    Our Picks

    8 Destinasi Wisata Populer dan Hits di Kota Pariaman

    May 16, 2025

    7 Fakta Menarik Padang Mangateh, “New Zealand” ala Sumatera Barat

    May 15, 2025

    Mengulik Tradisi “Gadai Anak” Di Minangkabau

    May 15, 2025

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    Search hotels and more...

    Destination

    Check-in date

    Fri 16 May 2025

    Check-out date

    Sat 17 May 2025
    Booking.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • About
    • Privacy Policy
    • Our Team
    © 2025 WestSumatra360.com. Designed by Hendri Simon.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

    Sign In or Register

    Welcome Back!

    Login to your account below.

    Lost password?