Close Menu

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    What's Hot

    Tradisi Juadah: Antaran Khas Pengantin dari Padang Pariaman

    June 5, 2025

    Mengenal 6 Spesies Primata Endemik Kepulauan Mentawai

    June 5, 2025

    5 Cafe Baru di Padang, Cocok Buat Healing, Ngopi, atau Nugas

    June 5, 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram
    West Sumatra 360
    Saturday, June 7 Login
    • Home
      • About
      • Privacy Policy
      • UMKM
    • Culture
    • To Do
    • Food
    • Travel Tips
    West Sumatra 360
    Home»Wisata»Budaya»Sunaik Rasul: Antara Agama & Tradisi Adat di Minangkabau
    Budaya

    Sunaik Rasul: Antara Agama & Tradisi Adat di Minangkabau

    Oki SaputraBy Oki SaputraMay 16, 2025
    Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
    Sunaik Rasul, Antara Agama Dan Tradisi Adat Orang Minangkabau
    Tradisi Sunaik Rasul - Photo Instagram @minangsatu
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Sunaik Rasul atau yang lebih dikenal dengan istilah khitan, merupakan salah satu bentuk budaya Minangkabau yang mencerminkan nilai agama dan adat istiadat.

    Sebagai bagian dari syariat Islam, khitan menjadi tanda kedewasaan seorang anak laki-laki dan simbol kesiapan memasuki fase kehidupan yang lebih bertanggung jawab.

    Namun, di Minangkabau prosesi ini tidak hanya bersifat religius, melainkan juga sarat dengan nilai-nilai budaya dan sosial yang diwariskan secara turun-temurun.

    Yuk, simak penjelasan menarik tentang “sunaik rasul” sebagai tradisi dalam budaya minang.

    Makna dan Tujuan Sunaik Rasul

    Dalam konteks Islam, khitan merupakan sunnah yang dianjurkan bagi setiap laki-laki muslim sebagai bentuk penyucian diri dan ketaatan kepada ajaran Nabi Muhammad SAW.

    Sedangkan di Minangkabau, pelaksanaan sunat rasul juga memiliki makna sosial yang mendalam.

    Khitan dianggap sebagai penanda bahwa seorang anak telah memasuki usia akil baligh dan siap memikul tanggung jawab sebagai anggota masyarakat.

    Tradisi ini juga menjadi momen penting untuk mempererat hubungan kekeluargaan dan memperkuat ikatan sosial di lingkungan masyarakat sekitar.

    Sunaik Rasul, Antara Agama Dan Tradisi Adat Orang Minangkabau
    Sunaik Rasul Photo ANTARA PHOTORahmadfoc15

    Proses dan Rangkaian Upacara

    Pelaksanaan sunat rasul di Minangkabau umumnya dilakukan saat anak laki-laki berusia antara 8 hingga 12 tahun.

    Prosesi dimulai dengan musyawarah keluarga, terutama antara orang tua, mamak (paman dari pihak ibu), dan bako (paman dari pihak ayah), untuk menentukan waktu dan persiapan acara.

    Pada hari pelaksanaan, anak yang akan dikhitan diantar ke rumah bako dan kemudian diarak dengan iringan alat musik tradisional seperti talempong dan rebana.

    300*250

    Arak-arakan ini melambangkan penghormatan dan doa restu dari keluarga besar yang disebut juga sebagai prosesi maarak anak pisang.

    Sesampainya di rumah ibu, anak disambut dengan upacara adat yang dipimpin oleh ninik mamak dan tokoh masyarakat.

    Sebelum khitan, terlebih dahulu mengenakan pakaian adat lengkap sebagai simbol kesiapan menjalani prosesi khitan.

    Sebelum khitan dilakukan, anak laki-laki biasanya diminta untuk berendam di sungai atau kolam selama kurang lebih 1 jam.

    Hal ini dilakukan supaya kulit anak yang akan di khitan lunak dan mudah untuk dilakukan proses khitan.

    Setelah itu, prosesi khitan dilaksanakan oleh seorang ahli, yang dahulu dikenal sebagai “mantari”, dan kini umumnya dilakukan oleh tenaga medis.

    Setelah prosesi khitan selesai biasanya pada malam harinya akan dihelat tradisi mando’a sunaik rasul dengan tujuan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

    Baca Juga Mengulik Tradisi “Gadai Anak” Di Minangkabau

    Perlengkapan & Simbolis

    Dalam upacara sunat rasul, terdapat berbagai perlengkapan yang memiliki makna simbolis, antara lain:

    • Kain sarung: Melambangkan kesucian dan kesiapan anak menjalani kehidupan baru.
    • Batang pisang dan abu dapur: Digunakan sebagai tempat duduk saat khitan dan memiliki makna penyucian serta perlindungan.
    • Beras dan carano bertutup: Simbol doa dan harapan agar anak mendapatkan rezeki yang berkah. Tamu undangan biasanya memberikan sumbangan berupa uang yang diletakkan dalam carano tertutup sebagai bentuk dukungan dan partisipasi dalam acara tersebut.

    Pantangan

    Sebelum dan pasca khitan, terdapat beberapa pantangan yang harus dipatuhi oleh anak yang berkhitan:

    • Tidah boleh makan ampela ayam sebelum sunat, mitosnya akan membuat daging yang akan di sunat menjadi keras.
    • Tidak boleh melangkahi sapu, sebagai simbol menjaga kebersihan dan etika.
    • Menghindari konsumsi ikan, telur, dan makanan pedas untuk mencegah infeksi.
    • Tidak tidur miring agar luka cepat sembuh.

    Pantangan-pantangan ini sebenarnya berfungsi sebagai sarana edukasi bagi anak untuk belajar disiplin dan menjaga diri.

    Kesenian dan Hiburan

    Tradisi sunat rasul di Minangkabau juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan kesenian tradisional seperti randai, saluang, dan dikia baruda.

    Dikia baruda, misalnya, adalah pertunjukan musik dan vokal yang melantunkan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

    Pertunjukan ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana dakwah dan penguatan nilai-nilai keagamaan dalam masyarakat.

    Pada hari esoknya biasanya juga diadakan pesta, namun pesta ini bersifat kondisional tergantung keluarga yang ingin mengadakanya.

    Berdasarkan ulasan diatas jelas bahwa sunat rasul dalam budaya Minangkabau lebih dari sekadar prosesi keagamaan.

    Tetapi juga manifestasi dari nilai-nilai adat, sosial, dan spiritual yang menyatu dalam kehidupan masyarakat.

    Melalui tradisi tersebut, anak laki-laki di Minang diajarkan tentang pentingnya kebersihan, tanggung jawab, dan penghormatan terhadap adat serta agama.

    Editor: Nanda Bismar
    Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram LinkedIn Copy Link
    Oki Saputra
    • Website
    • Instagram

    Related Posts

    Tradisi Juadah: Antaran Khas Pengantin dari Padang Pariaman

    June 5, 2025

    7 Warisan Budaya Tak Benda Dari Pesisir Selatan

    June 4, 2025

    Pacu Kuda di Sumatera Barat: Berawal dari Tradisi Budaya ke Pentas Nasional

    June 4, 2025
    Add A Comment

    Comments are closed.

    Top Posts

    Tradisi Juadah: Antaran Khas Pengantin dari Padang Pariaman

    June 5, 2025

    Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

    December 1, 2022

    5 Things To Do in Mentawai Islands

    December 3, 2022

    5 Kebun Satwa di Sumatera Barat yang Wajib Kamu Kunjungi

    December 4, 2022

    6 Cafe Dengan Pemandangan Samudera Hindia di Kota Padang

    December 5, 2022

    Subscribe to Updates

    Get the latest tech news from FooBar about tech, design and biz.

    Search hotels and more...

    Destination

    Check-in date

    Fri 06 Jun 2025

    Check-out date

    Sat 07 Jun 2025
    Booking.com
    Most Popular

    Tradisi Juadah: Antaran Khas Pengantin dari Padang Pariaman

    June 5, 2025

    Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

    December 1, 2022

    5 Things To Do in Mentawai Islands

    December 3, 2022
    Our Picks

    Tradisi Juadah: Antaran Khas Pengantin dari Padang Pariaman

    June 5, 2025

    Mengenal 6 Spesies Primata Endemik Kepulauan Mentawai

    June 5, 2025

    5 Cafe Baru di Padang, Cocok Buat Healing, Ngopi, atau Nugas

    June 5, 2025

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    Search hotels and more...

    Destination

    Check-in date

    Fri 06 Jun 2025

    Check-out date

    Sat 07 Jun 2025
    Booking.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • About
    • Privacy Policy
    • Our Team
    © 2025 WestSumatra360.com. Designed by Hendri Simon.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

    Sign In or Register

    Welcome Back!

    Login to your account below.

    Lost password?