Koto Gadang adalah sebuah Nagari yang terletak di Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Secara bentang alam, Nagari Koto Gadang berada persis di kaki Gunung Singgalang dan di atas Ngarai Sianok yang terkenal.
Kondisi ini kemudian membuat alam Koto Gadang menjadi unik dan menarik.
Topografi yang demikian juga membuat Koto Gadang menjadi sebuah nagari yang sangat elok dan kaya akan peninggalan budaya dan sejarah.
Sejarah Koto Gadang
Orang Koto Gadang meyakini leluhur mereka berasal dari Nagari Tuo Pariangan di lereng Gunung Marapi, Tanah Datar.
Sekitar akhir abad ke–17, nenek moyang orang Koto Gadang diyakini bermigrasi dari daerah asalnya dengan tujuan mencari wilayah baru untuk berladang dan bermukim.
Setelah mengembara menempuh perjalanan dengan menuruni lembah dan menaiki bukit, akhirnya tibalah mereka disebuah tempat yang disebut dengan Bukik Kapanehan di kaki Gunung Singgalang.
Di Bukik Kapanehan inilah kemudian leluhur orang Koto Gadang yang terdiri dari beberapa kaum tersebut, membangun sebuah peradaban baru dengan tidak melepaskan cara, adat, serta kebiasaan daerah asalnya.
Mereka membangun permukiman yang kemudian berkembang menjadi perkampungan. Kemudian berkembang lagi menjadi nagari.
Disinilah leluhur orang Koto Gadang mengembangkan keturunannya. Kaum–kaum yang datang ini, juga bermufakat membuat taratak, manaruko sawah, dan berladang.
Mereka juga bergotong royong membangun rumah–rumah gadang beratap gonjong.
Hingga, sebelum tahun 1879 telah berdiri ratusan rumah gadang yang terbilang bagus dan megah, lengkap dengan lumbungnya (rangkiang).
Karena terus berkembang, lama kelamaan anak kemenakan kian bertambah banyak. Sehingga tanah untuk bersawah dan berladang tak lagi mencukupi.
Oleh para pemimpin kaum disana saat itu, dibuatlah empat buah koto (kampung) sebagai bentuk pembagian wilayah kelola. Dimana dua Penghulu pergi ke Sianok.
12 Penghulu dan empat orang tua, pergi ke Guguak. Enam Penghulu pergi ke Tabek Sarojo. Sisanya, 24 Penghulu tetap tinggal di Bukik Kapanehan.
Karena penghulu terbanyak tinggal di koto yang masih menjadi wilayah Bukik Kapanehan, maka dinamakanlah kampung atau koto tersebut dengan Koto Gadang (kota besar).
Menjadi Pusat Kebudayaan Minangkabau
Menurut catatan sejarah, di rentang waktu antara tahun 1879 dan 1880 terjadi kebakaran besar yang memusnahkan perumahan adat megah di perkampungan yang sekarang disebut dengan Koto Gadang.
Pasca kebakaran hebat yang melanda, masyarakat adat Koto Gadang kala itu, kemudian membangun ulang rumah gadang mereka yang telah musnah dilalap api.
Namun, saat terjadi Perang Paderi di rentang waktu tahun 1803 hingga 1837, rumah – rumah adat berbentuk gonjong tersebut kembali terbakar.
Pasca berakhirnya Perang Paderi, Pemerintahan Kolonial Belanda pun menguasai Bukittinggi. Koto Gadang ikut mulai memasuki fase baru dalam hal peradaban budaya.
Masyarakat Koto Gadang kemudian tak lagi membangun ulang perumahan dan rumah gadang di perkampungan mereka dengan rumah – rumah berbentuk gonjong.
Melainkan menggantinya dengan arsitektur yang lebih modern bergaya eropa mulai dari bentuk semi permanen hingga permanen.
Hal ini karena pada waktu itu masyarakat Koto Gadang terbuka dengan pemerintah Kolonial.
Mereka juga terbuka dengan sistem pendidikan modern yang dibentuk dan dibangun oleh Pemerintahan Belanda.
Di era itu, pendidikan generasi muda Koto Gadang boleh dibilang sudah sangat tinggi.
Banyak pelajar asal Koto Gadang yang kemudian menempuh pendidikan profesi seperti dokter dan pengacara, hingga ke negeri Belanda.
Mereka memanfaatkan program beasiswa yang diberikan Pemerintahan Belanda yang menerapkan “Politik Etis” kepada rakyat bumiputera (Indonesia), sebagai bentuk balas budi, setelah sebelumnya sekian tahun lamanya menderita akibat penerapan politik “Tanam Paksa”.
Baca Juga 7 Wisata Unggulan Kota Padang Panjang
Tak heran, bila kemudian Koto Gadang juga dikenal sebagai negeri yang telah melahirkan 1.000 dokter, selain itu Koto Gadang juga dikenal sebagai tempat lahirnya tokoh pejuang bangsa dan para diplomat unggul.
Sebut saja KH. Agus Salim. Diplomat yang ikut mewakili Indonesia dalam sidang umum Resolusi Dewan Keamanan PBB di New York, Amerika Serikat, bersama Sutan Sjahrir.
Selain menjadi pusat peradaban baru Minangkabau di masa kolonial Belanda, Koto gadang juga menjadi sentra penghasil kerajinan budaya yang memiliki nilai seni tinggi.
Seperti: Kerajinan Perak, Kerajinan Selendang dengan sulaman khas yang biasa disebut dengan “Selendang Koto Gadang”, serta pencetus trend fashion Baju Kuruang.
Semua hasil kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi ini, diprakarsai oleh seorang tokoh perempuan, yang juga merupakan tokoh jurnalis perempuan pertama Sumatera Barat, yaitu Roehana Koedus.
Cara Menikmati Wisata di Koto Gadang
Tak sulit untuk menjangkau Koto Gadang dari pusat Kota Bukittinggi. Cukup dengan menempuh perjalanan beberapa menit saja menuruni Ngarai Sianok ke arah Gunung Singgalang, kita akan segera tiba di pusat kanagarian Koto Gadang.
Untuk bisa merasakan suasana peradaban baru dan modern pada masa lampau di Koto Gadang, wisatawan disarankan untuk staycation atau bermalam.
Wisatawan bisa menginap dan bermalam di rumah gaya modern peninggalan para bangsawan Koto Gadang jaman dulu.
Sementara, untuk bisa berkeliling melihat lihat peninggalan budaya sambil menggali sejarah kejayaan Nagari Koto Gadang, terdapat kegiatan Walking Tour yang dijalankan oleh KAGE Sumbar.
Melalui aktivitas Walking Tour ini, wisatawan akan diajak mengunjungi beberapa tempat bersejarah seperti, Museum Kerajinan Amai Setia yang dibangun Roehana Koedus.
Mengunjungi rumah kelahiran KH. Agus Salim, berkeliling perkampungan modern masa lampau, menikmati kuliner khas Koto Gadang tentunya, serta aktivitas menarik lainnya.
Dijamin aktivitas wisata di Koto Gadang sangat otentik! berkunjung dan staycation disini, para wisatawan akan mendapatkan pengalaman yang berkesan dan menyenangkan.
Semua aktivitas wisata di Koto Gadang, saat ini di kelola oleh sebuah komunitas bernama KAGE Sumbar.
Selain menjalankan aktivitas wisata, fokus KAGE Sumbar juga untuk mengenalkan dan mempromosikan Koto Gadang sebagai salah satu destinasi atau tujuan wisata Warisan Budaya yang memiliki nilai konservasi tinggi.
Terdapat beberapa alternatif yang bisa dipilih dalam kegiatan Walking Tour ini. Pengunjung bisa mengikutinya dengan One Day Trip, atau apabila ingin mengenal Koto Gadang Heritage lebih dekat lagi dan merasakan suasana modern pada masa lampau itu, menginaplah beberapa malam.
Tersedia berbagai penginapan yang juga dikelola oleh KAGE Sumbar, sangat menarik bukan? segera jadwalkan keberangkatan kamu ke Koto Gadang ya!