Siapa yang tak kenal dengan Mentawai, sebuah kepulauan dengan sejuta pesona destinasi wisata dan budayanya yang memukau.
Termasuk juga kawasan favorit bagi para peselancar di seluruh dunia. Selain memiliki garis pantai yang memukau dan ombak yang menantang.
Pulau Mentawai juga menyimpan pesona budaya yang tidak kalah menarik.
Dari berbagai macam budaya dan kebiasaan unik suku setempat, terdapat satu tempat yang sangat ikonik yaitu rumah suku asli Mentawai.
Rumah tradisional itu disebut dengan Uma, sebagai sebuah perwujudan kebudayaan dan kehidupan sosial masyarakat setempat.
Untuk mengetahuinya lebih lanjut berikut adalah ulasan menariknya dari West Sumatra 360,
Uma
Uma, atau lebih dikenal sebagai rumah bagi suku asli Mentawai, bukan sekadar tempat tinggal.
Bangunan tersebut adalah perwujudan kebudayan yang mencerminkan kehidupan khas suku Mentawai.
Bukan hanya sekedar tempat untuk berteduh, tetapi seperti jantung dalam kehidupan keluarga.
Tempat dengan berbagai keunikan dan memiliki fungsi sosial yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan struktur sosial masyarakat setempat.
Sehingga tak heran jika Uma memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial suku asli Mentawai.
Uma, biasanya ditinggali lima hingga tujuh keluarga dari keturunan yang sama.
Salah satu diantaranya adalah seorang Sikerei (tetua dalam suku mentawai yang dipercayai memiliki kekuatan magis).
Uma tidak hanya sebagai rumah, tetapi juga berperan sebagai pusat kehidupan bagi suku Mentawai.
Di mana mereka tinggal, mengadakan pertemuan, dan melaksanakan berbagai acara adat, termasuk upacara pernikahan.
Tak hanya sebagai balai pertemuan, Uma juga menjadi pusat penyembuhan bagi anggota keluarga yang sedang sakit.
Di sana, dengan sentuhan kehangatan keluarga dan pengetahuan tradisional, mereka menciptakan ruang kesembuhan yang unik.
Selain itu pada bagian atau kolong rumah juga menjadi tempat pemeliharaan ternak, seperti babi, oleh masyarakat suku Mentawai.
Baca Juga Empat Tradisi Unik Suku Mentawai, Sumatera Barat
Gaya Arsitektur
Pada sebuah rumah besar menjulang tinggi, terbuat dari kayu kokoh, menjadi pusat kehidupan bagi suku Mentawai.
Sikerei, yang dihormati sebagai tetua, mendiami salah satu bagian rumah itu dengan kebijaksanaannya.
Bangunan tradisional Uma memiliki struktur yang unik, mirip atap tenda panjang yang didukung oleh tiang-tiang.
Atapnya terbuat dari daun rumbia yang menjulur hingga hampir menyentuh lantai.
Rumbia atau sagu, tumbuh di rawa atau pantai, digunakan sebagai bahan atap karena memberikan tampilan alami, suasana yang segar, ringan, dan terjangkau secara ekonomis.
Meskipun memiliki kelebihan tersebut, atap rumbia memiliki kekurangan, seperti daya tahan yang terbatas hingga 4 tahun, sulit diperbaiki atau diganti, dan rawan bocor saat hujan lebat.
Kerangka bangunan Uma terdiri dari lima konstruksi utama, yaitu tonggak-tonggak, balok-balok, dan tiang-tiang penopang atap.
Konstruksi ini berjejer melintang ke belakang dan saling terhubung dengan balok memanjang, memberikan kekuatan struktural.
Teknik ikat, tusuk, dan sambung digunakan untuk menciptakan kekuatan dalam struktur, dengan bahan yang berasal dari alam sekitar dengan kualitas terbaik.
Uma memiliki luas rumah standar, dengan panjang rata-rata 31 meter, lebar 10 meter, dan tinggi 7 meter.
Pembagian ruangan sederhana, dengan serambi terbuka di bagian depan sebagai tempat untuk menerima tamu, sedangkan bagian dalam digunakan sebagai ruang tidur keluarga.
Di dalam ruangan tersebut terdapat perapian untuk memasak, sesuai dengan kebiasaan di mana laki-laki menghabiskan waktu di ladang atau hutan sementara perempuan bertugas di kebun halaman dan dapur.
Bangunan Uma dibagi menjadi dua bagian besar, dengan beranda luas di bagian depan tanpa dinding, berfungsi sebagai ruang tamu dan tempat berkumpul keluarga.
Di bagian belakangnya, ruangan berdinding menjadi ruang tidur dan dapur tanpa sekat.
Sisi depan rumah ditutup dengan dinding atap rumbia yang menjulur hingga sekitar satu meter dari lantai.
Dinding di atas tempat masuk diperkokoh dengan papan yang dihiasi dengan gambar atau ukiran, sementara sisi lainnya disebut serambi depan tanpa dinding.
Bagian Bangunan Uma
Secara umum, konstruksi Uma dibuat tanpa menggunakan paku. Bangunan ini dibuat dengan menyambungkan kayu secara bersilang menggunakan sistem takik.
Selain bangunan utama, juga terdapat beberapa bagian bangunan lainnya, yaitu:
- Lalep: Tempat tinggal yang diperuntukkan bagi suami dan istri yang pernikahannya dianggap sah menurut adat. Lazimnya, lalep terletak di dalam Uma.
- Rusuk: Tempat menginap khusus, diperuntukkan bagi anak muda, para janda, dan orang yang diusir dari kampung atau diasingkan karena melanggar aturan adat.
- Panggung: Di depan rumah terdapat panggung yang terbuat dari papan kasar. Panggung ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai perkakas seperti batu pengasah, kapak, dan pisau. Ada juga bumbung bambu besar yang digunakan oleh wanita dan anak-anak untuk mengambil air dari anak sungai di dekat rumah. Pada siang hari, para pria menggunakan panggung ini sebagai tempat untuk bekerja dan merawat perkakas.
- Serambi Depan: Serambi depan merupakan tempat berkumpul dan tempat tidur bagi pria. Di sisi kanan dan kiri serambi terdapat bangku kayu untuk menerima tamu.
- Ruang Dalam Pertama: Ruangan ini biasanya digunakan untuk menjamu tamu dan sebagai tempat untuk mengadakan pertemuan dan upacara adat.
- Ruang Dalam Kedua: Ruangan ini dibatasi dengan sekat kayu yang memisahkan ruang utama. Di lantai depannya terdapat perapian yang lebarnya mencakup seluruh lorong tengah tempat masuk saat perayaan. Di sebelah kanan, terdapat konstruksi balok melintang yang digunakan untuk menggantungkan bejana-bejana sajian selama upacara memohon keberhasilan dalam berburu. Di lorong tengah, antara perapian dan dinding belakang bangsal, lantainya terbuat dari papan lebar yang halus dan digunakan sebagai tempat untuk menari.
Penutup
Dengan desain yang memperlihatkan harmoni antara fungsionalitas dan kearifan lokal.
Rumah tradisional Mentawai tidak hanya mencerminkan keindahan arsitektur.
Tetapi juga menjadi saksi nyata dari warisan budaya dan kehidupan suku asli Mentawai yang berlangsung selama bertahun-tahun.
Rumah ini bukan sekadar tempat tinggal, melainkan pula panggung bagi berbagai upacara adat dan aktivitas sehari-hari, yang terus memperkaya kisah-kisah kehidupan masyarakat Mentawai.
Semoga bermanfaat ya, dan tunggu informasi menarik lainya hanya di West Sumatra 360!