Perjalanan darat dari Padang menuju Sawahlunto bukan hanya sekadar menyusuri dan melintasi jalur Lintas Sumatera yang terkenal dengan penuh tikungan, tanjakan, dan turunan curam.
Tetapi juga terdapat beberapa spot foto yang menawan, sehingga tidak heran jika jalur ini kerap disebut sebagai salah satu rute darat paling cantik di Sumatera Barat.
Bagi para traveler, fotografer, backpacker maupun wisatawan yang gemar berburu spot estetik, perjalanan ini layaknya sebuah “galeri terbuka” sekaligus bisa menjadi “album perjalanan”.
Dengan berbagai latar belakang foto mulai dari panorama alam, landmark modern, hingga situs bersejarah.
Berikut lima spot ikonik yang wajib disinggahi sepanjang jalur Padang – Sawahlunto via Solok yang siap memanjakan mata sekaligus menghidupkan imajinasi
1. Panorama 2 Sitinjau Lauik: Gerbang Langit Minangkabau
Siapa yang tak mengenal Sitinjau Lauik? Jalur berliku dengan tanjakan ekstrem, penghubung utama Kota Padang dan daerah Solok, telah menjadi salah satu ikon rute yang ekstrem.
Sitinjau Lauik juga menjadi pintu masuk menuju kota Padang dari sisi timur Sumatera Barat, yang menghubungkan Kota Padang dengan propinsi tetangga seperti Riau dan Jambi.
Terdapat Panorama 2 Sitinjau Lauik, sebuah spot perhentian yang sangat populer di kalangan traveler.
Dari ketinggian Panorama tidak hanya bisa melihat Kota Padang secara keseluruhan, tetapi juga bisa menyaksikan hamparan Samudera Hindia yang biru membentang di kejauhan.
Di sisi lainnya, bukit-bukit kecil menghijau membentuk lanskap yang dramatis Kota Padang dari ketinggian.
Bagi pengendara yang menempuh perjalanan panjang, Panorama 2 Sitinjau Lauik adalah tempat sempurna untuk beristirahat sejenak.
Terdapat warung – warung sederhana yang menjual kopi panas, teh talua, dan gorengan yang masih hangat sebagai camilan.
Menyeruput kopi sambil menikmati embusan angin bukit barisan dengan latar samudra biru tentu menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Pagi hari dan adalah waktu terbaik untuk menangkap cahaya keemasan matahari yang perlahan menyinari.
Sementara sore hari menghadirkan siluet dramatis dengan langit jingga yang memantul ke permukaan laut.

2. Monumen Buah: Penanda Perbatasan Padang – Solok
Melanjutkan perjalanan menanjak melewati Sitinjau Lauik, kita akan menemukan sebuah landmark unik di perbatasan Kota Padang dan Kabupaten Solok yaitu Monumen Buah.
Monumen ini berupa replika raksasa dari buah bengkoang dan markisa yang disusun dalam bentuk tugu.
Keberadaannya menjadi simbol kekayaan hasil bumi Kabupaten Solok dengan markisanya yang terkenal dan Kota Padang yang juga terkenal dengan bengkoang yang telah melegenda.
Walaupun sederhana, monumen ini memiliki daya tarik tersendiri sebagai spot foto, sehingga banyak wisatawan yang berhenti sebentar untuk berpose depan gerbang tersebut.
Bahkan pada waktu tertentu pengunjung bisa menikmati hangatnya jagung bakar sambal memandangi truk – truk berbagai bentuk, keluar masuk menuju dan dari Kota Padang.
Jadi, selain berfoto, singgah di sini juga bisa menjadi pengalaman kuliner otentik yang semakin melengkapi perjalanan kamu.

3. Landmark “Sawah Solok”: Hamparan Hijau yang Menyihir
Memasuki Kota Solok, kamu akan disambut oleh sebuah landmark ikonik bertuliskan “Sawah Solok” yang berdiri megah di tengah hamparan persawahan luas.
Spot ini seolah menjadi kartu nama bagi kota yang memang dikenal sebagai lumbung padi Sumatera Barat dengan “Bareh Solok” nya.
Pemandangan di sekitar landmark begitu memesona, hamparan sawah dengan latar belakang perbukitan yang diselimuti kabut tipis di pagi hari.
Pada musim tanam, hamparan sawah hijau terlihat segar dan menyejukkan mata, sementara saat panen, warna keemasan padi menciptakan lanskap yang dramatis.
Banyak pengunjung yang berpose di depannya dengan latar belakang sawah yang membentang tanpa batas.
Tidak jarang pula banyak para fotografer profesional menjadikannya sebagai lokasi pemotretan prewedding.
Waktu terbaik untuk datang ke sini adalah menjelang sore, ketika sinar matahari condong ke barat dan memantulkan cahaya keemasan ke permukaan sawah.
Panorama ini menghadirkan nuansa romantis sekaligus eksotis yang sulit dilupakan.

4. Landmark “Sawahlunto” di Silungkang: Gerbang Menuju Kota Tambang
Perjalanan berlanjut ke arah timur, meninggalkan Kota Solok menuju wilayah Silungkang, sebuah kawasan yang juga terkenal sebagai sentra tenun songket Minangkabau selain Pandai Sikek.
Di sini berdiri megah landmark bertuliskan “Sawahlunto”, yang menandai perbatasan Kabupaten Solok dengan Kota Sawahlunto.
Landmark ini didirikan bukan hanya sekadar penanda wilayah, melainkan juga sebagai simbol kebangkitan pariwisata Sawahlunto.
Kota kecil yang dahulu berjaya sebagai pusat tambang batu bara, kini bertransformasi menjadi kota wisata sejarah dan budaya.
Baca Juga Tujuh Lokasi Spot Foto Instagramable di Kota Padang
Sebagai spot foto, landmark ini kerap menjadi favorit para pelancong dan perantau yang pulang kampung melintasi jalur tengah Lintas Sumatera.
Wisatawan yang baru pertama kali datang pun tak jarang berhenti sebentar hanya untuk mengabadikan momen di depan tulisan besar “Sawahlunto” sebelum melanjutkan perjalanan.
Setelah melewati landmark, pengunjung bisa singgah ke galeri tenun songket Silungkang di dekat Pasar Silungkang.
Melihat langsung para penenun bekerja dengan alat tradisional adalah pengalaman unik yang memperkaya perjalanan, sekaligus menjadi kesempatan membeli cendera mata khas.

5. Masjid Raya Tua Silungkang: Jejak Sejarah dan Spiritualitas
Spot terakhir yang tak boleh dilewatkan sebelum memasuki jantung Kota Sawahlunto adalah Masjid Raya Tua Silungkang.
Masjid ini merupakan salah satu masjid bersejarah di Silungkang yang telah sejak masa kolonial.
Pada awal berdirinya, Mesjid Raya Silungkang memiliki bentuk yang mirip dengan Mesjid Raya Ganting di Padang.
Namun, bangunan yang ada sekarang merupakan hasil perombakan yang dilakukan pada tahun 1987.
Sebagai pusat ibadah masyarakat Silungkang, masjid ini juga menjadi saksi perjalanan sejarah perkembangan Islam di Minangkabau.
Dimana dulunya masjid ini adalah sebuah “Surau Gadang” dan eksis sebagai salah satu pusat Pendidikan Islam di Minangkabau pada akhir abad ke – 19.
Disini, Muhammad Saleh alias Syekh Barau mengajar ribuan murid yang datang dari berbagai penjuru nagari di Minangkabau.
Semakin menarik di sekitar masjid, kita bisa melihat perkampungan lama yang masih mempertahankan nuansa tradisional.
Bagi pecinta fotografi, masjid ini bisa menjadi lokasi yang sangat menarik dengan detail ukiran kayu, suasana teduh halaman, hingga pemandangan bukit sebagai latar belakang.
Selain itu, bagi wisatawan Muslim, singgah sejenak untuk beribadah di masjid tua ini tentu menambah kesan spiritual dalam perjalanan.
Jadi bagi kamu yang merencanakan liburan ke Sumatera Barat, sempatkanlah menempuh jalur Padang – Sawahlunti via Solok melalui jalur darat.
Biarkan kamera Anda menangkap setiap sudutnya dan biarkan hati Anda menyimpan kisah-kisahnya, karena dibalik setiap foto tersimpan cerita perjalanan yang akan selalu dikenang.
Editor: Nanda Bismar