Di Sumatera Barat, dapur adalah ruang berdenyutnya tradisi, tempat berkumpulnya rasa, cerita, dan kehangatan keluarga.
Dibalik kelezatan masakan Minang yang menggugah selera, terdapat peralatan memasak tradisional yang memainkan peranan penting.
Peralatan yang tidak hanya fungsional, tetapi juga menyimpan nilai-nilai kearifan lokal yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Walaupun zaman terus bergulir dan alat-alat modern merambah dapur, peralatan tradisional masih digunakan hingga kini, sekalipun di dapur modern.
Bukan karena keterbatasan, tetapi karena diyakini mampu menghadirkan cita rasa masakan yang lebih autentik dengan aroma yang khas.
Berikut adalah 7 peralatan memasak tradisional khas Sumatera Barat yang menjadi saksi bisu lahirnya beragam masakan legendaris Minangkabau.
1. Tungku
Tungku adalah peralatan utama dalam dapur tradisional Minangkabau, yang bisa dikatakan sebagai dasar alat memasak.
Biasanya terbuat dari batu bata atau tanah liat yang disusun membentuk lubang untuk kayu bakar.
Tungku tradisional memiliki tiga kaki atau sudut penyangga untuk menopang wadah masak seperti kuali atau balango.
Memasak menggunakan tungku dipercaya menghasilkan rasa masakan yang lebih sedap, terutama saat memasak rendang yang memerlukan proses lebih lama.
Suara kayu yang terbakar, asap yang tipis membumbung, serta aroma bumbu yang menyatu di udara menjadikan tungku bukan sekadar alat masak biasa.
2. Pariuak
Pariuak adalah panci logam yang biasanya digunakan untuk merebus air, memasak sayur, atau membuat santan.
Berbentuk bulat dan agak cekung, pariuak terbuat dari aluminium atau besi yang kuat dan tahan panas.
Dalam budaya Minang, pariuak digunakan hampir setiap hari dan telah menjadi saksi pembuatan berbagai macam olahan makanan.
Mulai dari menanak nasi, memasak aneka bubur yang lezat, hingga memasak bahan lainnya dengan volume yang lebih besar.
Ukuran pariuak bervariasi, tergantung kebutuhan rumah tangga atau jumlah anggota keluarga.
Baca Juga Tujuh Alat Musik Tradisional Khas Minangkabau
3. Balango
Balango adalah panci besar yang bentuknya bulat dengan bagian atas terbuka, bagian bawah dan bagian atas biasanya sama besar.
Digunakan khusus untuk memasak masakan berkuah atau yang membutuhkan waktu lama di atas tungku.
Biasanya terbuat dari tanah liat sehingga balango memiliki daya tahan panas tinggi, bahkan semakin sering digunakan, Balango semakin tahan lama.
4. Kuali
Kuali adalah alat memasak yang tak kalah penting, biasanya terbuat dari besi atau logam lainnya, bentuknya menyerupai wajan dengan dasar cekung dan bibir lebar.
Kuali digunakan untuk menumis bumbu, menggoreng, atau membuat lauk pauk untuk dimakan sehari-hari.
Kelebihan kuali adalah kemampuannya menghantarkan panas dengan cepat dan merata.
Di kebanyakan dapur orang Minang, kuali menjadi alat wajib untuk memulai hampir semua masakan.
Bahkan, kuali ukuran besar juga digunakan dalam kegiatan memasak massal, seperti saat gotong royong atau kenduri.

5. Batu Lado
Tidak lengkap rasanya dapur Minang tanpa batu lado, sejenis lesung batu untuk mengulek cabai dan bumbu.
Batu lado terdiri dari dua bagian, wadah batu berbentuk cekung dan alu batu yang digunakan untuk menumbuk.
Teksturnya kasar, membuat hasil ulekan lebih halus dan bumbu lebih meresap.
Batu lado diyakini mampu menghasilkan sambal dengan aroma dan rasa yang lebih tajam dibanding blender modern.
Inilah salah satu rahasia mengapa sambalado merah atau sambalado hijau buatan orang Minang begitu membekas di lidah.

6. Kukuran
Kukuran adalah alat untuk memarut kelapa, salah satu bahan utama dalam hampir semua masakan Minang.
Biasanya terbuat dari besi bergerigi yang ditancapkan pada papan kayu dengan leher besi panjang.
Proses memarut kelapa dilakukan secara manual, dengan posisi duduk dan kelapa ditekan ke permukaan besi.
Walaupun terlihat sederhana, kukuran menghasilkan parutan kelapa yang lembut dan segar, berbeda dengan hasil parutan mesin.
Itulah mengapa banyak dapur Minang tetap mempertahankan kukuran, terutama saat memasak dalam jumlah kecil.

7. Niru
Niru adalah wadah datar berbentuk bundar yang terbuat dari anyaman bamb dengan berbagai macam kegunaan.
Fungsinya bermacam-macam mulai dari menampi beras, menyaring santan, hingga menjemur bumbu dapur.
Niru digunakan dalam proses awal memasak, terutama saat membersihkan dan memilih bahan.
Selain fungsional, bentuknya yang alami dan cara pembuatannya yang tradisional menjadikan niru sebagai simbol dari keahlian tangan masyarakat.
Peralatan memasak tradisional di Sumatera Barat bukan hanya alat bantu memasak, tetapi juga cerminan budaya, kearifan lokal, dan filosofi hidup orang Minang.
Sejatinya, rasa otentik dari masakan Minang bukan hanya dari bumbu dan teknik, tapi juga dari alat yang digunakan disetai keahlian menggunakannya.
Editor: Nanda Bismar