Sebagai penganut agama yang mayoritas adalah Islam, tidak heran jika rumah ibadah seperti masjid banyak dibangun bahkan beberapa memiliki sejarahnya sendiri di Sumatera Barat.
Pada zaman dahulu, masjid tidak hanya sekadar menjadi tempat ibadah, melainkan juga pusat pembelajaran ilmu pengetahuan hingga beladiri.
Mengingat peran yang cukup sentral, menjadikan masjid sebagai salah satu instrumen kemajuan budaya dan keilmuan masyarakat Minangkabau.
Sejalan dengan perkembangan Islam yang telah mengakar, beberapa bangunan masjid di Sumatera Barat ternyata memiliki sejarah yang unik dan menarik.
Berikut adalah ulasan ketiga mesjid kayu yang kaya akan sejarah di Sumatera Barat versi West Sumatra 360,
![Masjid Asasi - Photo Hendri Simon - West Sumatra 360 Ukiran Mesjid Kayu](https://westsumatra360.com/wp-content/uploads/2024/03/Masjid-Asasi-Photo-Hendri-Simon-18-300x225.jpg)
1. Masjid Asasi
Masjid Asasi, dulunya dikenal sebagai Surau Gadang, berlokasi di Kelurahan Sigando, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat.
Diperkirakan berdiri sejak abad ke-17, masjid ini sekaligus menjadi yang tertua di Padang Panjang.
Keunikan selanjutnya masjid ini terletak pada bentuk arsitekturnya yang mengikuti gaya tradisional Minangkabau.
Tidak hanya itu, struktur bangunan masjid juga mampu bertahan dari bencana gempa bumi yang beberapa kali melanda Sumatera Barat.
Awalnya, masjid ini berasal dari surau kaum Datuk Kayo Suku Koto Nan Baranam, lalu berkembang menjadi pusat ibadah bagi penduduk beberapa nagari, sehingga dijuluki Surau Gadang.
Pembangunan mesjid kayu ini dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat setempat, arsitektur masjid ini mencerminkan konsep tradisional Minangkabau, terlihat dari bentuk atap yang meruncing dan ukiran yang melekat di dindingnya.
Kubahnya, dengan atap limas bertingkat tiga, melambangkan tiga unsur yang menguasai Nagari Gunung yaitu agama, adat, dan pemerintahan.
Saat ini mesjid kayu ini tidak hanya digunakan untuk shalat lima waktu dan Jumat, tetapi juga sebagai tempat TPA untuk anak-anak dan remaja, serta untuk kegiatan agama lainnya.
Hingga kini, Masjid Asasi Nagari Gunung tetap kokoh berdiri sebagai bagian dari warisan budaya dan spiritual masyarakat padang panjang.
![Masjid Kayu Jao- Photo Yurianda Syahputra Pane - West Sumatra 360 Mesjid Kayu Jao- Photo Yurianda Syahputra Pane](https://westsumatra360.com/wp-content/uploads/2024/03/Masjid-Kayu-jao-Photo-@Yurianda-Syahputra-Pane-300x169.jpg)
2. Masjid Tuo Kayu Jao
Mesjid Tuo Kayu Jao adalah bukti nyata dari kemajuan peradaban Islam di Sumatera Barat, hal ini terlihat dari keberadaan beberapa bangunan mesjid tuo yang masih terjaga hingga saat ini.
Sejarah mencatat bahwa Islam mulai memasuki Sumatera Barat sekitar abad ke-7 Masehi dan cepat menyebar ke berbagai lapisan masyarakat Minangkabau.
Salah satu contoh mesjid tertua yang masih berdiri tegak di Sumatera Barat adalah Mesjid Nurul Islam Koto Kayu Jao di Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok.
Berdasarkan beberapa literatur, Mesjid Tuo Kayu Jao didirikan pada abad ke-17 Masehi, menjadikannya salah satu mesjid tertua di Sumatra Barat.
Keunikan Arsitektur Mesjid Tuo Kayu Jao dipengaruhi oleh kebudayaan Minangkabau, terlihat dari struktur atap tiga tingkat yang terbuat dari ijuk dan bertekstur cekung, serta limas pada bagian puncak.
Keberadaan mesjid yang tetap kokoh hingga kini menunjukkan kualitas bahan bangunan yang digunakan pada masa pembangunan.
Asimilasi antara arsitektur dan budaya Minangkabau menjadi daya tarik tersendiri yang menunjukkan kuatnya pengaruh budaya pada masa itu.
Mimbar kayu yang dihiasi dengan ukiran, menambah pesona estetika pada bagian dalam masjid.
Dominasi warna hitam di dalam mesjid menambah kesan sakral yang terpancar dari bangunan tersebut.
Meskipun terlihat agak usang karena usia, di dalam mesjid tetap terasa sejuk dan nyaman karena lokasinya sekitar yang juga masih asri.
![Masjid Syekh Burhanudiin - Photo Wikipedia - West Sumatra 360 Mesjid Kayu](https://westsumatra360.com/wp-content/uploads/2024/03/Masjid-Syekh-Burhanudiin-photo-@wikipedia-300x220.jpg)
3. Masjid Raya Syekh Burhanuddin
Masjid Raya Syekh Burhanuddin merupakan salah satu masjid tertua di Sumatera Barat yang terletak di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman.
Masjid ini memiliki sejarah yang cukup panjang sejak tahun 1670 Masehi sebagai pusat perkembangan agama Islam.
Baca Juga Wisata Religi: 5 Mesjid Termegah di Kota Padang
Sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Sumatera Barat, masjid ini memainkan peran penting dalam mendidik para santri yang kemudian menyebarkan dakwah ke seluruh penjuru tanah Minangkabau.
Dulunya, tanah tempat dibangunnya masjid ini merupakan wakaf pemberian seorang bangsawan bernama Tuangku Kampung Ibrahim.
Awalnya berukuran hanya 15 m x 15 m persegi, kini masjid ini telah berkembang menjadi bangunan berbentuk persegi dengan teras 3 × 40 meter persegi, menggabungkan arsitektur Timur Tengah dan Minangkabau.
Dua menara di sisi kanan dan kiri masjid menjadi simbol kejayaan Islam, sementara warna biru pada atap dan dinding mencerminkan sinergi dengan lingkungan sekitar.
Selain sebagai tempat ibadah dan pengajaran agama Islam, Masjid Raya Syekh Burhanuddin juga berfungsi sebagai lokasi evakuasi saat terjadi alam seperti gempa bumi.
Kini, masjid ini telah diakui sebagai bangunan cagar budaya yang penting dalam sejarah dan kehidupan masyarakat Padang Pariaman.
Demikianlah ulasan mengenai beberapa masjid yang memiliki nilai sejarah dalam perkembangan agama Islam di Sumatera Barat.
Tidak hanya kaya akan sejarah, tetapi bangunan masjid tersebut juga memiliki nilai dan arti penting dalam kehidupan bermasyarakat orang Minang.
Semoga informasi diatas dapat menambah wawasan khasanah budaya kamu dan terus ikuti kami untuk informasi menarik lainnya.
Editor: Nanda Bismar