Rabab merupakan salah satu instrumen musik tradisional khas Minangkabau yang pada bagian tengah terbuat dari tempurung kelapa.
Secara kasat mata, bentuk rabab mirip dengan biola. Namun, ketika digunakan, gesekan pada rabab menghasilkan suara yang unik dan khas.
Ciri khas lainnya adalah narasi atau cerita dari berbagai kisah klasik, yang disebut dengan kaba juga mengiringi setiap alunan rabab.
Selain itu, kesenian rabab juga menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Sumatera Barat yang kaya dan memukau.
Alat musik Rabab secara keseluruhan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu badan, tangkai, dan kepala.
Melalui melodi yang indah dengan irama yang mengalun, menjadi simbol kekayaan seni dan kebudayaan Minangkabau.
Untuk lebih memahami sejarah, dan bagaimana rabab menjadi bagian penting bagi kesenian Minangkabau, berikut ulasan menariknya dari West Sumatra 360,
Sejarah Rabab
Rabab diperkirakan memiliki asal-usul dari budaya Persia-Arab, dimana alat musik gesek ini juga digunakan oleh pedagang Arab sebagai salah satu alat untuk menyebarkan ajaran Islam.
Oleh karena itu, alat musik semacam rabab juga tersebar di beberapa daerah di Indonesia.
Adapun beberapa nama seperti rabab di Sumatera Barat, rebab di Pulau Jawa, hereubab di Aceh, dan gesok-gesok di Sulawesi Selatan.
Pada awalnya, bentuk alat musik rabab tidaklah sama dengan biola seperti yang kita kenal saat ini.
Namun, seiring waktu alat musik rabab mulai menyesuaikan diri dengan biola yang dibawa oleh bangsa Eropa yang datang ke Indonesia.
Oleh karena itu, cara memainkannya juga berbeda, karena rabab dimainkan sambil duduk bersila, tidak seperti biola yang dimainkan dengan dipundak.
Peran dalam Kebudayaan Minangkabau
Kesenian rabab tidak hanya sekadar alat musik, tetapi juga merupakan bagian integral dari kehidupan dan budaya masyarakat Minangkabau.
Rabab sering dimainkan dalam berbagai acara adat, seperti pernikahan, pertunjukan randai, dan upacara adat lainnya.
Selain itu, rabab juga menjadi alat penyalur ekspresi seni bagi para seniman Minangkabau.
Ditambah dengan menyampaikan kisah-kisah legendaris, cerita-cerita cinta, maupun ungkapan perasaan hingga isu sosial.
Beberapa seniman rabab legendaris di Sumatera Barat adalah, Oyon Khan, Pirin, Asmaran, dan Hasan Basri yang telah dikenal masyarakat luas.
Teknik dan Materi Pembuatan
Proses pembuatan rabab melibatkan keterampilan tinggi dan pemilihan bahan-bahan yang berkualitas.
Rangka rabab umumnya terbuat dari kayu, seperti kayu jati atau kayu mahoni, yang dipilih dengan teliti untuk mendapatkan resonansi suara yang maksimal.
Senar rabab tradisional dibuat dari serat-serrat tali atau dari dawai tembaga yang dirajut dengan cermat untuk menghasilkan suara yang khas dan merdu.
Selain itu, teknik pembuatan dan perawatan rabab juga diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Baca Juga Tujuh Alat Musik Tradisional Khas Minangkabau
Perjuangan Pelestarian
Pelestarian kesenian rabab di tengah arus modernisasi dan globalisasi bukanlah hal yang mudah.
Dibutuhkan komitmen kuat dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga budaya, dan masyarakat, untuk menjaga agar rabab tetap hidup dan berkembang.
Program-program pendidikan musik tradisional, workshop, dan pertunjukan seni menjadi salah satu upaya yang dilakukan untuk melestarikan kesenian rabab dan mewariskannya kepada generasi mendatang.
Tonton video alat musik rabab disini.
Inovasi dan Kolaborasi
Pada era digital, rabab tidak hanya terbatas pada pertunjukan-pertunjukan tradisional, tapi juga ikut dalam ranah digital.
Banyak musisi dan seniman muda Sumatera Barat yang menggunakan platform online untuk memperkenalkan musik rabab ke khalayak yang lebih luas.
Mereka membuat konten-konten kreatif seperti video musik, kolaborasi dengan musisi dari genre lain, hingga tutorial bermain rabab.
Salah satu yang bisa kita dengar bersama-sama adalah Rabab Minang Maimbau, dibawakan oleh Mul Leo, May Vallen, dan Amelda Lesty.
Pentingnya Pendidikan Musik Tradisional
Pendidikan musik tradisional, termasuk pembelajaran tentang rabab, memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan kesenian ini.
Melalui program-program pendidikan formal dan informal, para generasi muda dapat belajar mengenai sejarah, teknik bermain, dan nilai-nilai kultural yang terkandung dalam rabab.
Selain itu, upaya kolaborasi antara lembaga pendidikan, komunitas seni, dan pemangku kepentingan lainnya juga semakin memperkuat eksistensi rabab.
Promosi Wisata Budaya
Kesenian rabab juga memiliki potensi besar sebagai daya tarik pariwisata budaya.
Berbagai festival musik tradisional dan pertunjukan seni diadakan secara rutin di Sumatera Barat untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Dengan memadukan keindahan alam, dan keunikan kesenian Rabab, Sumatera Barat dapat menjadi destinasi wisata budaya yang menarik.
Kegiatan yang baru-baru ini dilakukan adalah Festival Kesenian Tradisi Nusantara dilaksanakan pada 20 April 2024 di kampus STITNU Sakinah Dharmasraya di Koto Baru, Dharmasraya.
Kesenian rabab juga menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya dan sejarah masyarakat Minangkabau.
Dengan mengapresiasi dan mendukung kesenian rabab, generasi muda juga berperan dalam melestarikan kekayaan budaya seperti rabab di Minangkabau.
Editor: Nanda Bismar