Bendi menjadi seperti warisan yang tidak lekang oleh waktu dan masih eksis hingga sekarang di Sumatera Barat.
Kendaraan beroda dua yang ditarik oleh kuda ini bukan sekadar alat transportasi, melainkan simbol perjalanan masa lalu yang penuh sejarah.
Pernah menjadi moda utama masyarakat untuk bepergian ke pasar, berkunjung ke kerabat, hingga berwisata di masa lampau, bendi kini menjadi transportasi wisata.
Walaupun perannya tergeser sejak hadirnya kendaraan bermotor di era 80-an, pesonanya tetap memikat, terutama bagi wisatawan.
Sejarah Singkat Bendi
Bendi mulai populer di Sumatera Barat pada masa kolonial Belanda, kalai itu menjadi alternatif transportasi yang cepat dan praktis.
Dengan memanfaatkan tenaga kuda untuk mengantar penumpang melintasi jalan-jalan kota maupun perdesaan.
Dulu, keberadaan bendi bisa dengan mudah ditemukan di setiap sudut kota, mengangkut hasil panen, barang dagangan, atau menjadi sarana bepergian.
Keberadaannya mulai surut ketika bemo atau becak bermotor dan angkutan kota mulai menjamur, yang menawarkan kecepatan dan kapasitas lebih besar.
Dari Transportasi Harian ke Ikon Wisata
Seiring berjalannya waktu, bendi bertransformasi dari alat transportasi umum menjadi daya tarik wisata.
Perubahan ini tidak lepas dari pergeseran pola hidup masyarakat yang kini lebih memilih kendaraan bermotor.
Namun, bagi wisatawan, justru transformasi inilah yang menjadikan bendi semakin unik.
Bendi wisata biasanya didesain lebih menarik dan dihiasi ornamen warna-warni, serta beberapa lampu hias.
Menariknya, terdapat musik yang mengiringi perjalanan, membuatnya menjadi pengalaman berkeliling yang menyenangkan.
Tempat-Tempat untuk Menemukan Bendi di Sumatera Barat
Jika ingin merasakan sensasi naik bendi, terdapat beberapa lokasi ikonik di Sumatera Barat yang masih mempertahankan keberadaannya:
1. Jam Gadang, Bukittinggi
Kawasan wisata legendaris ini menjadi salah satu spot paling populer untuk menemukan bendi.
Penumpang bisa berkeliling kota Bukittinggi, melewati jalan-jalan bersejarah, hingga mampir ke Pasar Atas.
Pemandangan kota yang asri ditambah udara sejuk Bukittinggi membuat perjalanan dengan bendi semakin menyenangkan.
2. Pantai Gandoriah, Pariaman
Di tepi pantai yang terkenal dengan pemandangan matahari terbenamnya, bendi menjadi salah satu atraksi yang diminati wisatawan.
Rute perjalanan biasanya membawa penumpang menyusuri jalan di sekitar pantai sambil menikmati semilir angin laut.
3. Pasar Raya, Padang
Walaupun berada di pusat keramaian, bendi masih bisa ditemui di sekitar Pasar Raya. Wisatawan bisa berkeliling pusat kota, melewati bangunan-bangunan tua peninggalan kolonial, hingga menuju kawasan pantai Padang.
4. Pasar Pusat, Padang Panjang
Kota kecil yang dikenal sebagai “Kota Hujan” ini juga menjaga tradisi bendi. Penumpang dapat berkeliling sambil menikmati suasana kota yang sejuk dan bersih.
Baca Juga 3 Transportasi Tradisional Sumatera Barat Nan Ikonik
Tarif dan Pengalaman Naik Bendi
Naik bendi bukan hanya soal berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, tetapi juga soal menikmati perjalanan itu sendiri.
Tarifnya cukup terjangkau mulai dari Rp. 30.000 per perjalanan dengan kapasitas tiga hingga empat penumpang tergantung negosiasi.
Penumpang bisa memilih rute wisata yang ditawarkan atau menentukan tujuan sendiri.
Sepanjang perjalanan, kusir bendi biasanya ramah bercerita tentang sejarah kota, objek wisata, hingga kisah pribadi yang membuat pengalaman semakin hangat.
Pesona dan Tantangan Melestarikan Bendi
Bendi memiliki nilai budaya yang tinggi sehingga menjadi bagian dari identitas masyarakat Sumatera Barat.
Namun, tantangan dalam melestarikannya cukup besar seperti biaya perawatan kuda, perbaikan bendi, hingga keterbatasan lahan untuk beroperasi.
Dukungan pemerintah daerah dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga warisan budaya menjadi kunci agar bendi tetap hidup di tengah arus modernisasi.
Bukan hanya sekadar kendaraan tradisional, bendi adalah saksi bisu perjalanan waktu di Sumatera Barat.
Setiap dentingan tapak kuda di jalan seperti membawa kembali ke masa lampau, mengingatkan bahwa dibalik kemajuan terdapat tradisi yang harus dijaga.
Jika suatu hari berkesempatan mengunjungi Bukittinggi, Pariaman, Padang, atau Padang Panjang, sempatkanlah untuk naik bendi untuk bernostalgia.
Editor: Nanda Bismar