Samba lado khas Minangkabau menjadi salah satu hidangan populer yang wajib dicoba ketika kamu berada di Ranah Minang.
Bukan hanya tentang rendang, dendeng dan gulai yang telah melegenda, tetapi samba lado menjadi hidangan pelengkap semuanya.
Bagi orang Minang, sambal bukan sekadar pelengkap makanan, melainkan adalah ruh, jiwa dan rasa dari setiap hidangan.
Hidangan yang diracik oleh tangan–tangan terampil menjadi penanda identitas, dan simbol kehangatan dalam setiap hidangan, yang membuat nasi hangat jadi terasa makin nikmat.
Di ranah Minang, sambal disebut dengan samba lado (dari kata samba berarti lauk, dan lado berarti cabai).
Tidak hanya satu jenis saja, hampir setiap daerah di Minangkabau, memiliki jenis samba lado yang berbeda dengan banyak variasi.
Masing–masing punya ciri dan rasa yang khas, mulai dari yang samba lado mentah, ditanak, hingga digoreng bersama lauk, semuanya menghadirkan filosofi sederhana.
Berikut beberapa jenis samba lado khas Minangkabau yang terkenal dengan cita rasa uniknya dan hanya bisa ditemukan di ranah Minang.
1. Samba Lado Mudo – Cabai Hijau yang Segar dan Wangi
Samba Lado Mudo adalah ikon sambal Minang paling terkenal, warna hijaunya yang menggoda berasal dari cabai hijau muda dan tomat hijau yang digoreng sebentar, lalu ditumbuk kasar.
Rasanya pedas, segar dan tidak terlalu tajam — cocok dipadukan dengan ayam pop, ayam panggang, atau dendeng batokok.
Aroma bawang merah dan minyak kelapa membuat sambal ini makin menggugah selera! Coba perhatikan di setiap rumah makan Padang, hampir semua terdapat sambal lado hijau.

2. Samba Lado Tanak – Pedas Gurih dari Santan dan Rempah
Kalau kamu suka sambal yang lebih kompleks, samba lado tanak wajib dicoba, dimasak lama bersama santan, cabai, bawang, dan rempah hingga mengental dan berminyak.
Proses memasaknya memakan waktu yang cukup lama hingga berjam-jam, tapi hasilnya luar biasa! Rasa gurih pedasnya begitu dalam dan aromatik.
Hidangan ini biasanya dicampur dengan ikan teri, udang, jengkol, atau petai sebagai pelengkap rasa dan menambah kelezatan,
Samba lado tanak berasal dari beberapa daerah yang populer seperti, daerah Solok dan Tanah Datar, yang masih disajikan terutama saat pesta adat atau kenduri.
Baca Juga 5 Olahan Jengkol Khas Sumatera Barat
3. Samba Lado Merah Goreng – Renyah, Harum, dan Tahan Lama
Bisa dikatakan, masyarakat Minang tidak bisa lepas dari samba lado yang satu ini, bahkan samba lado merah goreng juga menjadi sajian wajib di setiap rumah makan Padang.
Begitu pula di setiap rumah orang Minang, selalu jadi pelengkap lauk pauk, membuatnya pun tak begitu sulit.
Sediakan cabe merah rawit dan keriting secukupnya, ditambah 1 buah tomat, beberapa siung bawang merah dan putih, daun jeruk secukupnya serta garam.
Apabila ingin menambah rasa, tambahkan juga kaldu bubuk, pertama, giling cabe merah rawit dan keriting tidak perlu sampai halus, lalu tambahkan daun jeruk.
Hasilnya adalah sambal dengan tekstur renyah, gurih dan tahan lama, sehingga sangat Cocok dibawa jadi bekal perjalanan.
Rasanya pedas gurih dengan sedikit manis alami dari bawang, tidak heran sambal ini jadi favorit para perantau Minang yang rindu rasa kampung halaman.
Rekomendasi Sambalado Olahan yang bisa dijadikan untuk oleh–oleh dari Padang adalah: Sambalado SABAI.

4. Samba Lado Uok – Pedas Cita Rasa Klasik
Disebut samba lado uwok karena cara memasaknya adalah dengan dikukus (diuwok) di atas nasi yang sedang dimasak.
Jika dimakan dengan pucuk ubi rebus atau uwok pucuk ubi akan semakin menambah nikmatnya makan.
Cabe yang digunakan untuk samba lado uwok dapat menggunakan cabe merah atau hijau sesuai dengan selera masing-masing.
Setelah dikukus di atas nasi, giling cabe dan tambahkan garam, irisan bawang merah dan putih, serta tambahkan teri yang sudah disangrai.
Rasanya pedas gurih dengan cita rasa unik, sambal tradisional yang menggambarkan kedekatan masyarakat Minang dengan alam dan hasil bumi mereka.
Dahulunya, samba lado Uok ini merupakan bekal yang dibawa para petani ke sawah saat musim membajak tiba.
5. Samba Lado Baluik – Gurihnya Belut, Pedasnya Menggoda
Sambalado ini berbahan dasar Belut (baluik) yang digoreng kering kemudian dicampur dengan sambal merah giling kasar, menciptakan perpaduan tekstur renyah dan rasa pedas nikmat.
Samba lado baluik sering disajikan dalam acara adat atau sebagai lauk istimewa, khususnya di daerah Solok Selatan, Tanah Datar dan Limapuluh Kota.
Kandungan proteinnya tinggi dan cita rasanya sangat khas — gurih, pedas, dan sedikit berlemak dari daging belut.
Teksturnya renyah diluar, lembut di dalam, dan rasanya pedas gurih luar biasa sehingga sering jadi menu istimewa dalam jamuan adat karena dianggap mewah dan bergizi tinggi.
Sangat cocok dimakan dengan nasi panas dan daun singkong rebus, dijamin ketagihan!
6. Samba Lado Taruang – Pedas Lembut dari Terung
Sambal ini berbahan dasar terung ungu atau hijau yang direbus atau digoreng, lalu dilumuri sambal cabai merah.
Rasanya pedas gurih dengan tekstur lembut dari terung, sangat pas untuk dijadikan lauk sederhana sehari-hari.
Samba lado taruang dikenal sebagai sambal rakyat — murah, mudah dibuat, tapi rasanya luar biasa, menjadi sajian favorit di rumah – rumah masyarakat Minang, terutama untuk makan siang.
7. Samba Lado Patai dan Ikan Asin – Duo Pedas Gurih yang Tak Tertandingi
Kombinasi petai dan ikan asin dalam sambal ini benar-benar menggugah selera, cabai merah, bawang merah, dan tomat ditumis hingga harum, lalu ditambahkan petai dan ikan asin goreng.
Rasanya pedas, asin, dan aromanya khas — perpaduan sempurna untuk menemani nasi putih hangat.
Sambal ini sangat populer di daerah pesisir Sumatera Barat, satu suapan sambal ini bisa membuat kamu menambah nasi berkali-kali.
Pedas yang Punya Cerita
Setiap jenis samba lado Minang bukan hanya soal rasa, tetapijuga tentang budaya dan filosofi hidup orang Minangkabau.
Filosofi seperti “alam takambang jadi guru”, dengan bahan-bahan lokal hingga cara memasak tradisional, semuanya mencerminkan kearifan dan kehangatan khas ranah Minang.
Jadi, kalau kamu berkunjung ke Sumatera Barat, jangan cuma cari rendang — cicipilah berbagai jenis samba lado Minang yang pedasnya membuat jatuh cinta!
Editor: Nanda Bismar
 
									 
					