Kota Payakumbuh atau banyak disebut dengan Payokumbuah oleh masyarakat Sumatra Barat, merupakan salah satu kota yang ada di Provinsi Sumatra Barat.
Kota Payakumbuh terletak di daerah bukit barisan, tepatnya di hamparan kaki Gunung Sago.
Memiliki bentang alam dengan ketinggian yang beragam serta kekayaan alam yang memukau, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke kota ini.
Namun, tahukah kamu, ternyata Payakumbuh memiliki cerita menarik dibalik asal usul nama kotanya. Berikut adalah ulasan menariknya dari West Sumatra 360,
Asal Mula Nama Payakumbuh
Kota Payakumbuh konon berasal dari istilah “Payau Nan Kumbuah,” yang seiring waktu berubah menjadi “Payau Kumbuah” dan kemudian disingkat menjadi “Payakumbuh”.
Dalam bahasa setempat, “Payau” merujuk kepada rawa-rawa, sementara “Kumbuah” merujuk kepada tanaman mensiang yang digunakan untuk membuat berbagai anyaman.
Oleh karena itu, “Payau Nan Kumbuah” menggambarkan rawa-rawa yang ditumbuhi tanaman mensiang.
Pada masa lalu, sebagian besar wilayah Payakumbuh merupakan rawa-rawa yang subur dengan tanaman mensiang.
Bahkan hingga saat ini, tanaman mensiang yang dikenal sebagai “Kumbuah” masih dapat ditemukan di daerah-daerah yang memiliki rawa, seperti Komplek Balai Kota Payakumbuh.
Pendapat mengenai lokasi pasti “Payau Nan Kumbuah” terdapat perbedaan di kalangan penduduk Payakumbuh.
Sebagian masyarakat, seperti adat Nagari Koto Nan Gadang, Kecamatan Payakumbuh Utara, meyakini bahwa lokasi sebenarnya berada di Balai Cacang, Nagari Koto Nan Gadang.
Di lokasi tersebut dahulu terdapat sebuah istana yang ditempati oleh nenek-moyang Payakumbuh bernama Barabih Nasi.
Meskipun lokasi ini kini mulai terlupakan, Payakumbuh telah mengambil langkah-langkah untuk melestarikan warisan budayanya.
Sejarah Singkat Kota Payakumbuh
Kota Payakumbuh, terutama pusatnya dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Awalnya, daerah ini digunakan sebagai tempat penyimpanan kopi setelah keterlibatan Belanda dalam Perang Padri.
Seiring berjalannya waktu, daerah ini berkembang menjadi salah satu distrik administratif pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Menurut sejarahnya, di dalam kota ini terdapat nagari tertua, yaitu nagari Aia Tabik.
Pada tahun 1840, Belanda membangun jembatan batu untuk menghubungkan nagari Aia Tabik dengan pusat kota, yang sekarang dikenal dengan nama Jembatan Ratapan Ibu.
Sejak zaman sebelum kemerdekaan, Payakumbuh telah menjadi pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan, dan pendidikan, terutama bagi wilayah Luhak Limo Puluah.
Pada saat pemerintahan Belanda, Payakumbuh menjadi tempat kedudukan asisten residen yang mengawasi wilayah Luhak Limo Puluah.
Hingga saat pemerintahan Jepang, Payakumbuh menjadi pusat pemerintahan wilayah Luhak Limo Puluah.
Kemudian, pada tanggal 17 Desember 1970, Kota Payakumbuh ditetapkan sebagai kotamadya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 08 Tahun 1970.
Peresmian ini dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri, Amir Machmud, dengan penunjukan Soetan Usman sebagai Walikota Payakumbuh yang pertama oleh Gubernur Sumatera Barat, Harun Zain.
Baca Juga Must-See Tourist Attractions: 9 Things to Do in Payakumbuh
Kedudukan Kota Payakumbuh
Kota Payakumbuh bukan hanya pusat pemerintahan, tetapi juga pusat kegiatan ekonomi untuk dua daerah, yaitu Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota.
Ini mengakibatkan pembatasan-pembatasan baru bagi kabupaten tersebut, terutama dalam hal perekonomian dan pasar yang menjadi fokus perhatian.
Kedudukan Kota Payakumbuh sebagai pusat pemerintahan otonom memiliki dampak yang signifikan sebagai pusat ekonomi bagi penduduk di sekitarnya.
Meskipun administratif terpisah, Kota Payakumbuh tetap menarik Kabupaten Lima Puluh Kota, terutama dalam sektor ekonomi.
Meskipun pertumbuhan fisik Kota Payakumbuh tidak terjadi dengan cepat.
Namun potensi perkembangan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang memberikan nilai tambah, seperti hadirnya pasar Ibuh di Payakumbuh.
Pemerintah Kota Payakumbuh menyadari pentingnya pasar sebagai elemen kunci dalam memajukan ekonomi kota.
Pembangunan Kota Payakumbuh
Pembangunan kota merupakan hasil dari pertumbuhan ekonomi, sosial, politik, budaya, sejarah, dan geografis yang menjadikan Payakumbuh sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan distribusi barang serta jasa di Sumatera Barat.
Kota Payakumbuh memiliki dua pasar terbesar, yaitu pasar utama yang terletak di pusat Kota Payakumbuh dan Pasar Ibuh.
Yang merupakan pusat perdagangan untuk kebutuhan rumah tangga dan hasil pertanian masyarakat Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota.
Perkembangan ini diiringi dengan pembangunan pasar tradisional Ibuh Barat dan Ibuh Timur, yang semakin memperkuat peran pasar dalam ekonomi kota.
Pasar Payakumbuh bukan hanya tempat jual-beli, tetapi juga jantung ekonomi bagi warga Kota Payakumbuh dan sekitarnya.
Ini menjadi destinasi utama bagi masyarakat untuk berbelanja dan menjadi wisata perbelanjaan, termasuk hasil pertanian, kerajinan, kosmetik, dan banyak lagi.
Pasar Payakumbuh tidak hanya merupakan pusat perdagangan, tetapi juga warisan berharga dalam kehidupan ekonomi dan budaya kota Paykumbuh.
Demikianlah penjelasan singkat tentang sejarah dan perkembangan Kota Payakumbuh. Cerita kota mana lagi nih yang ingin kamu ketahui?
Yuk tulis di kolom komentar dibawah, dan tunggu informasi menarik lainnya hanya di West Sumatra360!
Editor: Nanda Bismar