Kesenian tradisional Debus yang mengandalkan kekebalan tubuh dari senjata tajam ternyata juga berkembang pesat di Sumatera Barat, khususnya di Padang Pariaman.
Debus dikenal dengan nama Dabuih Piaman, sebuah atraksi ekstrem yang menonjolkan kemampuan fisik manusia dalam menghadapi berbagai benda tajam dan panas tanpa terluka.
Dabuih Piaman bukan sekadar atraksi hiburan semata, melainkan juga memiliki akar religius dan sejarah panjang dalam penyebaran agama Islam di Nusantara.
Sejarah mencatat bahwa Dabuih diyakini sebagai warisan dari para pengikut Nabi Ibrahim AS.
Seni ini dibawa oleh para ulama dari kawasan Asia Barat sebagai bagian dari misi menyebarkan agama Islam di Indonesia.
Seiring dengan berkembangnya penyebaran agama di pesisir barat Pulau Sumatera, khususnya Minangkabau, kesenian Dabuih juga turut mewarnai kehidupan masyarakat setempat.
Kesenian Dabuih dipercaya memadukan kekuatan spiritual dan fisik, dimana pemainnya mampu menahan rasa sakit dari senjata tajam serta benda-benda berbahaya lainnya.
Dabuih dan Filosofinya
Dalam bahasa Arab, kata “Dabuih” atau “Debus” mengacu pada senjata tajam yang terbuat dari besi dengan ujung runcing dan berbentuk bundar.
Senjata inilah yang digunakan dalam atraksi untuk melukai tubuh para pemain.
Namun, keajaiban terjadi ketika Dabuih yang dipukulkan atau ditusukkan ke badan tidak menimbulkan luka, seolah tubuh para pemain memiliki kekebalan yang luar biasa.
Filosofi dibalik atraksi jelas mengandung nilai-nilai spiritual, dimana kesabaran, pengendalian diri, dan keyakinan yang kuat kepada Tuhan dianggap sebagai kunci dari kemampuan luar biasa tersebut.
Atraksi Dabuih Piaman tidak hanya terbatas pada penggunaan senjata tajam, melainkan juga menampilkan berbagai aksi ekstrem lainnya.
Misalnya, pemain akan menusuk perut mereka dengan tombak, mengiris tubuh dengan golok, tidur di atas bara api, hingga memasukkan jarum panjang ke dalam lidah, kulit, atau pipi tanpa menimbulkan luka.
Dalam beberapa pertunjukan, para pemain bahkan melilitkan rantai besi panas di tubuh mereka, sebuah atraksi yang tak jarang membuat penonton takjub.
Baca Juga 7 Fakta Menarik Tentang Kota Pariaman Yang Wajib Kamu Ketahui
Sejarah Perkembangan Dabuih di Nusantara
Kesenian Dabuih Piaman masuk ke Nusantara melalui jalur perdagangan dan penyebaran agama Islam dari wilayah Aceh, Minangkabau, dan Banten.
Aceh menjadi salah satu titik masuk penting, dimana seni bela diri dan spiritual seperti Dabuih mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat pesisir.
Setelah itu, Dabuih menyebar ke Minangkabau di Sumatera Barat dan menjadi bagian dari tradisi masyarakat Padang Pariaman.
Dari Minangkabau, seni ini kemudian menyebar ke Banten, dimana Debus menjadi salah satu kesenian tradisional yang terkenal hingga hari ini.
Tonton video Dabuih Piaman disini.
Di Padang Pariaman, Dabuih tidak hanya sekadar dipertontonkan dalam acara-acara adat atau festival.
Kesenian ini juga memiliki fungsi spiritual yang mendalam karena digunakan sebagai bagian dari ritual keagamaan atau upacara adat.
Beberapa kelompok atau perguruan seringkali menyertakan latihan-latihan spiritual bagi anggotanya, dimana meditasi, dzikir, dan pengendalian diri menjadi bagian penting dari pelatihan.
Atraksi Ekstrem yang Ditampilkan
Salah satu daya tarik utama dari Dabuih Piaman adalah atraksi kekebalan tubuh yang terkesan melampaui batasan fisik manusia.
Atraksi ini meliputi berbagai aksi ekstrem yang menunjukkan bagaimana tubuh pemain tidak terpengaruh oleh senjata tajam ataupun api.
Beberapa atraksi yang paling sering ditampilkan diantaranya adalah menusuk perut dengan tombak, mengiris tubuh dengan golok, tidur dan makan bara api.
Selain itu juga memasukkan jarum panjang ke lidah, kulit, dan pipi, serta melilitkan rantai besi panas.
Atraksi-atraksi tersebut, walaupun terlihat berbahaya, dilakukan dengan persiapan spiritual yang matang.
Para pemain biasanya telah melalui berbagai latihan fisik dan mental yang mendalam, termasuk meditasi dan doa, untuk mencapai tingkat kekebalan ini.
Nilai Religius dan Spiritualitas dalam Dabuih
Sebagai bagian dari syi’ar agama Islam, Dabuih mengajarkan para pemainnya untuk memiliki iman yang kuat, kesabaran, serta keteguhan dalam menghadapi bahaya.
Latihan spiritual menjadi inti dari kekuatan yang dimiliki oleh para pemain sehingga tetap tenang dalam setiap atraksi.
Sebelum melakukan atraksi, biasanya dilakukan doa bersama dan zikir untuk memohon perlindungan dan kekuatan dari Tuhan.
Dalam pandangan masyarakat setempat, kekuatan yang dimiliki oleh para pemain bukanlah hasil dari kemampuan fisik semata, melainkan pemberian dari Tuhan.
Oleh karena itu, Dabuih sering dianggap sebagai bentuk pengabdian dan perwujudan dari keimanan yang mendalam.
Sejarah panjang dan persebaran Dabuih di Nusantara menunjukkan bahwa seni ini telah menjadi bagian penting dari kebudayaan Islam di Indonesia.
Bagi masyarakat Minangkabau dan Padang Pariaman khususnya, Dabuih bukan sekadar seni pertunjukan, tetapi juga cerminan dari kekuatan spiritual yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Editor: Nanda Bismar