Gasiang Tangkurak atau gasing tengkorak merupakan satu kepercayaan magis yang masih berkembang di Sumatera Barat bahkan hingga saat ini.
Kemampuan Gasing dipercaya digunakan oleh dukun yang memiliki kemampuan magis untuk menyakiti dan menganiaya orang lain secara spiritual dari jarak jauh.
Gasing ini terbuat dari bahan yang tidak lazim, yakni tengkorak manusia yang diolah melalui ritual-ritual khusus.
Lalu bagaimana sebenarnya misteri ini bisa berkembang di tengah masyarakat Minangkabau?
Untuk mengungkapnya, berikut ulasan menarik dari West Sumatra 360,
Teror Gasiang Tangkurak
Gasiang Tangkurak, merupakan sebuah fenomena magis yang biasanya meneror seseorang pada malam hari, mempertemukan kekuatan gaib dengan hasrat manusia.
Sebagai jenis gasiang yang berbeda, gasiang tangkurak menjadi senjata para dukun untuk menyakiti dan menganiaya orang dengan cara magis.
Bentuknya mirip dengan gasing pada umumnya yang pipih, namun bahannya dipercaya berasal dari tengkorak manusia, sehingga memberikan dimensi kegelapan pada praktik ini.
Pada malam hari, dukun membawa gasiang tangkurak sambil memutar dan membacakan mantra-mantra dan mampu menyakiti siapun yang dia kehendaki.
Sehingga dahulunya masyarakat menjadi was-was akan praktik ilmu magis yang satu ini.
Efek Gasiang Tangkurak
Penggunaan gasiang tangkurak biasanya oleh dukun atau datuak (sebutan orang pandai di minangkabau) memiliki efek yang buruk bagi para korban.
Sang dukun akan memainkan gasing sambil membaca mantra-mantra.
Efeknya dipercaya terasa bagi korban, seperti mereka merasakan sakit, gelisah, dan terdorong untuk melakukan tindakan-tindakan aneh seperti berteriak, menarik rambut, atau bahkan memanjat dinding.
Penyakit magis yang disebabkan oleh gasing tangkurak disebut sebagai dengan Sijundai.
Ilmu jahat ini diyakini melibatkan persekutuan dengan setan, dan berkembang luas di beberapa wilayah di Minangkabau.
Bahkan, lagu “Gasiang Tangkurak” yang dinyanyikan oleh Elly Kasim mencerminkan popularitas dan keberadaan fenomena gasing ini.
Penggunaan Gasiang Tangkurak
Gasiang tangkurak seringkali digunakan sebagai alat balas dendam ataupun sengaja ingin menyakiti orang lain secara magis.
Seseorang yang datang kepada dukun, bertujuan untuk menyakiti orang lain dengan imbalan emas.
Dukun akan meminta emas sebagai tanda, bukan upah, dan akan dikembalikan jika tugasnya gagal.
Jika berhasil, emas tersebut menjadi milik dukun, dan pemesan harus menambahinya dengan uang jasa.
Namun, tidak semua pengguna gasiang tangkurak berpraktik kejam; beberapa menggunakan kekuatan magisnya untuk mengobati penyakit atau bahkan memikat hati orang lain, praktik yang dikenal sebagai Pitunang.
Bahan gasing tangkurak juga memiliki perbedaan sesuai dengan kepercayaan masing-masing dukun.
Seperti beberapa daerah lebih memilih tengkorak dari orang yang mati berdarah.
Sementara daerah lain percaya bahwa tengkorak orang dengan ilmu batin tinggi lebih efektif, atau bahkan dari wanita yang meninggal saat melahirkan.
Informasi mengenai penggunaan tengkorak anak-anak dalam pembuatan gasing juga menambah aura kelam pada praktik ini.
Baca Juga 7 Fakta Unik & Menarik Seputar Kabupaten Pasaman Barat
Pembuatan Gasiang Tangkurak
Pembuatan gasing tangkurak melibatkan ritual pengambilan tengkorak dari kuburan, khususnya pada saat ada yang meninggal di kampung tempat pembuat gasing berdomisili.
Lubang pada tengkorak, yang diyakini memiliki kekuatan magis. Gasing yang dihasilkan kemudian digunakan untuk tujuan tertentu, baik itu untuk kebaikan atau kejahatan, dengan perhitungan waktu dan tata cara yang berbeda.
Proses pembuatan gasiang tangkurak melibatkan pembacaan mantra khusus saat mengambil tengkorak, dengan fokus pada bagian jidat yang dipercaya memiliki kekuatan magis manusia yang meninggal.
Benang pincono atau benang tujuh ragam dimasukkan ke dalam lubang di tengkorak, diperlakukan secara khusus sambil memantrai gasiang.
Ada juga jenis gasiang lain yang terbuat dari limau puruik (sejenis jeruk) dan memiliki fungsi serupa.
Meskipun kisah gasiang tangkurak penuh dengan keanehan dan ketakutan, fenomena ini tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya mistis di Minangkabau, menciptakan garis tipis antara dunia nyata dan spiritual yang misterius.
Demikianlah fenomena gasiang tangkurak yang hingga saat ini masih dipercaya di beberapa wilayah di Sumatera Barat.
Bahkan terdapat beberapa wilayah yang mungkin masih dipercaya adanya praktik ini sehingga orang dari luar daerah menjadi takut untuk memasuki wilayah tersebut.
Terlepas dari kebenaran kisah mistis ini, gasiang tangkurak telah menjadi bagian sendiri dari tradisi dan kepercayaan mistik yang berkembang di Minangkabau.
Editor: Nanda Bismar