Close Menu
  • Home
    • About
    • Privacy Policy
    • UMKM
  • Culture
  • To Do
  • Food
  • Travel Tips
  • Services

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

5 Sate Ini Lagi Viral di Bukittinggi; Sudah Coba Belum?

08/10/2025

Tips & Checklist Liburan Eco Friendly ke Sumatera Barat

07/10/2025

5 Restoran Lokal untuk Pecinta Pizza di Padang: Cita Rasa Otentik Khas Italia

06/10/2025
Facebook X (Twitter) Instagram
Facebook X (Twitter) Instagram
West Sumatra 360
Wednesday, October 8 Login
  • Home
    • About
    • Privacy Policy
    • UMKM
  • Culture
  • To Do
  • Food
  • Travel Tips
  • Services
West Sumatra 360
Home»Wisata»Budaya»Gatik Tulak Bala: Tradisi Adat Piaman untuk Memohon Perlindungan dari Bala Bencana
Budaya

Gatik Tulak Bala: Tradisi Adat Piaman untuk Memohon Perlindungan dari Bala Bencana

Yoga PrasetyoBy Yoga Prasetyo05/12/2024
Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
Gatik Tulak Bala: Tradisi Spirutual Piaman Memohon Perlindungan dari Bala Bencana
Tradisi Gatik Tulak Bala - Ilustrasi Oleh Genta Andalas
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Gatik tulak bala menjadi salah satu ritual adat di Pariaman yang bermakna memohon perlindungan dari bala bencana.

Tradisi tersebut hingga saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Pariaman yang sarat makna doa dan harapan.

Gatik Tulak Bala adalah bentuk puji-pujian dan doa kepada Allah SWT agar terhindar dari bala bencana, baik yang menimpa manusia maupun hasil tani.

Dilakukan secara kolektif oleh masyarakat, yang mengajarkan nilai kebersamaan sekaligus mengingatkan pentingnya hubungan manusia dengan Sang Pencipta.

Makna Gatik Tulak Bala

Secara harfiah, kata “Gatik” berarti doa atau puji-pujian kepada Allah SWT.

Dalam konteks Gatik Tulak Bala, doa ini bertujuan untuk memohon perlindungan dari berbagai bencana dan marabahaya.

Bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi wujud syukur kepada Allah atas karunia-Nya, terutama hasil panen yang melimpah.

Gatik Tulak Bala dilaksanakan oleh masyarakat Piaman setelah musim tanam padi, ketika umur padi berada di kisaran 25 hingga 60 hari.

Selain bertujuan untuk menjaga tanaman padi dari serangan hama atau penyakit, tradisi juga dimaksudkan untuk menolak bala yang mungkin mengancam hasil tani.

Pelaksanaan Gatik Tulak Bala

Tradisi ini melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari Alim Ulama, Umara, Tuanku Mudo, hingga warga desa yang memiliki ladang atau sawah.

Ritual biasanya dimulai dengan warga yang membawa obor minyak tanah dari bambu dan berjalan berkeliling kampung.

Sambil membawa obor, mereka mengumandangkan kalimat tauhid, takbir, dan tahlil dengan penuh kekhusyukan.

Suasana malam yang hening menjadi saksi betapa masyarakat Piaman berserah diri kepada Allah SWT.

Elemen penting dalam tradisi yaitu Paureh yang terdiri dari tanaman dan bahan alami seperti katidiang hitam, cikarau, cikumpai, umbuik pinang, jeruk nipis, dan air.

Paureh disiapkan sebagai simbol perlindungan untuk tanaman padi.

Setelah prosesi berkeliling kampung, air dari Paureh kemudian disiramkan ke tanaman padi oleh para petani.

Langkah ini diyakini dapat mengusir hama, penyakit, atau hewan pengerat yang kerap menjadi musuh tanaman padi.

Tradisi Makan Bersama di Pematang Sawah

Salah satu bagian yang tak terpisahkan dari Gatik Tulak Bala adalah makan bersama di pematang sawah.

Warga membawa makanan dari rumah masing-masing untuk dinikmati bersama tetua adat dan sesama warga di lokasi ritual.

Klook.com

Sehingga menciptakan suasana kebersamaan yang hangat dan mempererat hubungan antar warga desa.

Makan bersama juga menjadi simbol syukur atas hasil panen yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Selain itu, momen gatik menjadi sarana untuk berdiskusi dan berbagi cerita antarpetani mengenai kondisi pertanian mereka.

Gatik Tulak Bala: Tradisi Spirutual Piaman Memohon Perlindungan dari Bala Bencana
Ilustrasi Makan Bersama

Nilai Religius dalam Gatik Tulak Bala

Sebagai tradisi yang bersifat ritual, Gatik Tulak Bala sarat dengan nilai-nilai keagamaan.

Doa dan dzikir yang dikumandangkan mengingatkan warga akan pentingnya bergantung kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan, termasuk pertanian.

Ritual juga mengajarkan pentingnya rasa syukur atas segala karunia yang telah diberikan.

Dimana dalam bacaan doa atau dzikir, terdapat tiga elemen penting yang sering diucapkan yaitu tauhid, takbir, dan tahlil.

Keterlibatan ulama dan tokoh agama dalam tradisi ini juga menunjukkan betapa pentingnya peran agama dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.

Baca Juga: Dabuih Piaman, Atraksi Kekebalan Tubuh dari Senjata Tajam

Keunikan Gatik Tulak Bala

Keunikan dari Gatik Tulak Bala terletak pada kolaborasi antara aspek keagamaan dan tradisi lokal.

Ritual ini bukan hanya berfokus pada hasil panen, tetapi juga menyatukan warga desa dalam sebuah prosesi yang penuh makna.

Obor yang dibawa berkeliling kampung memberikan kesan visual yang indah, sementara lantunan doa menciptakan suasana yang khusyuk dan menenangkan.

Selain itu, makan bersama di pematang sawah menambahkan nilai kebersamaan yang semakin memperkaya makna dari Gatik Tulak Bala.

Gatik Tulak Bala adalah tradisi tahunan yang menjadi simbol hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Dengan melibatkan seluruh warga desa, ritual ini mencerminkan pentingnya kebersamaan dan rasa syukur dalam menjalani kehidupan.

Gatik Tulak Bala juga menunjukkan betapa masyarakat Minangkabau menghormati adat istiadat dan nilai-nilai agama yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.

Melalui tradisi ini, masyarakat Piaman tidak hanya menjaga budaya mereka, tetapi juga memperkuat iman dan rasa syukur kepada Allah SWT.

Editor: Nanda Bismar
Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram LinkedIn Copy Link
Yoga Prasetyo
  • Website
  • Instagram

Related Posts

Nagari Ujung Gading: Menelusuri Jejak Suku Mandailing di Ranah Minang

18/09/2025

6 Wisata Budaya & Religi di Sijunjung yang Sarat Sejarah Minangkabau

24/08/2025

Sapo-Sapoan: Pengobatan Alternatif yang Unik dari Minangkabau

13/08/2025
Add A Comment

Comments are closed.

Top Posts

5 Sate Ini Lagi Viral di Bukittinggi; Sudah Coba Belum?

08/10/2025

Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

01/12/2022

5 Things To Do in Mentawai Islands

03/12/2022

5 Kebun Satwa di Sumatera Barat yang Wajib Kamu Kunjungi

04/12/2022

6 Cafe Dengan Pemandangan Samudera Hindia di Kota Padang

05/12/2022

Subscribe to Updates

Get the latest tech news from FooBar about tech, design and biz.

Most Popular

5 Sate Ini Lagi Viral di Bukittinggi; Sudah Coba Belum?

08/10/2025

Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

01/12/2022

5 Things To Do in Mentawai Islands

03/12/2022
Our Picks

5 Sate Ini Lagi Viral di Bukittinggi; Sudah Coba Belum?

08/10/2025

Tips & Checklist Liburan Eco Friendly ke Sumatera Barat

07/10/2025

5 Restoran Lokal untuk Pecinta Pizza di Padang: Cita Rasa Otentik Khas Italia

06/10/2025

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

Facebook X (Twitter) Instagram
  • About
  • Privacy Policy
  • Our Team
© 2025 WestSumatra360.com. Designed by Hendri Simon.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Sign In or Register

Welcome Back!

Login to your account below.

Lost password?