Close Menu

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    What's Hot

    Lubuk Tarok: Surga Wisata Budaya & Religi di Sijunjung

    13/09/2025

    Alahan Panjang Solok: Destinasi Agro Wisata Hits Sumbar

    12/09/2025

    Soto Padang: 8 Spot Pilihan Warga Lokal & Incaran Wisatawan

    11/09/2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram
    West Sumatra 360
    Sunday, September 14 Login
    • Home
      • About
      • Privacy Policy
      • UMKM
    • Culture
    • To Do
    • Food
    • Travel Tips
    West Sumatra 360
    Home»Wisata»Budaya»Gatik Tulak Bala: Tradisi Adat Piaman untuk Memohon Perlindungan dari Bala Bencana
    Budaya

    Gatik Tulak Bala: Tradisi Adat Piaman untuk Memohon Perlindungan dari Bala Bencana

    Yoga PrasetyoBy Yoga Prasetyo05/12/2024
    Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
    Gatik Tulak Bala: Tradisi Spirutual Piaman Memohon Perlindungan dari Bala Bencana
    Tradisi Gatik Tulak Bala - Ilustrasi Oleh Genta Andalas
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Gatik tulak bala menjadi salah satu ritual adat di Pariaman yang bermakna memohon perlindungan dari bala bencana.

    Tradisi tersebut hingga saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Pariaman yang sarat makna doa dan harapan.

    Gatik Tulak Bala adalah bentuk puji-pujian dan doa kepada Allah SWT agar terhindar dari bala bencana, baik yang menimpa manusia maupun hasil tani.

    Dilakukan secara kolektif oleh masyarakat, yang mengajarkan nilai kebersamaan sekaligus mengingatkan pentingnya hubungan manusia dengan Sang Pencipta.

    Makna Gatik Tulak Bala

    Secara harfiah, kata “Gatik” berarti doa atau puji-pujian kepada Allah SWT.

    Dalam konteks Gatik Tulak Bala, doa ini bertujuan untuk memohon perlindungan dari berbagai bencana dan marabahaya.

    Bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi wujud syukur kepada Allah atas karunia-Nya, terutama hasil panen yang melimpah.

    Gatik Tulak Bala dilaksanakan oleh masyarakat Piaman setelah musim tanam padi, ketika umur padi berada di kisaran 25 hingga 60 hari.

    Selain bertujuan untuk menjaga tanaman padi dari serangan hama atau penyakit, tradisi juga dimaksudkan untuk menolak bala yang mungkin mengancam hasil tani.

    Pelaksanaan Gatik Tulak Bala

    Tradisi ini melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari Alim Ulama, Umara, Tuanku Mudo, hingga warga desa yang memiliki ladang atau sawah.

    Ritual biasanya dimulai dengan warga yang membawa obor minyak tanah dari bambu dan berjalan berkeliling kampung.

    Sambil membawa obor, mereka mengumandangkan kalimat tauhid, takbir, dan tahlil dengan penuh kekhusyukan.

    Suasana malam yang hening menjadi saksi betapa masyarakat Piaman berserah diri kepada Allah SWT.

    Elemen penting dalam tradisi yaitu Paureh yang terdiri dari tanaman dan bahan alami seperti katidiang hitam, cikarau, cikumpai, umbuik pinang, jeruk nipis, dan air.

    Paureh disiapkan sebagai simbol perlindungan untuk tanaman padi.

    Setelah prosesi berkeliling kampung, air dari Paureh kemudian disiramkan ke tanaman padi oleh para petani.

    Langkah ini diyakini dapat mengusir hama, penyakit, atau hewan pengerat yang kerap menjadi musuh tanaman padi.

    Tradisi Makan Bersama di Pematang Sawah

    Salah satu bagian yang tak terpisahkan dari Gatik Tulak Bala adalah makan bersama di pematang sawah.

    Warga membawa makanan dari rumah masing-masing untuk dinikmati bersama tetua adat dan sesama warga di lokasi ritual.

    Sehingga menciptakan suasana kebersamaan yang hangat dan mempererat hubungan antar warga desa.

    Makan bersama juga menjadi simbol syukur atas hasil panen yang telah diberikan oleh Allah SWT.

    Selain itu, momen gatik menjadi sarana untuk berdiskusi dan berbagi cerita antarpetani mengenai kondisi pertanian mereka.

    Gatik Tulak Bala: Tradisi Spirutual Piaman Memohon Perlindungan dari Bala Bencana
    Ilustrasi Makan Bersama

    Nilai Religius dalam Gatik Tulak Bala

    Sebagai tradisi yang bersifat ritual, Gatik Tulak Bala sarat dengan nilai-nilai keagamaan.

    Doa dan dzikir yang dikumandangkan mengingatkan warga akan pentingnya bergantung kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan, termasuk pertanian.

    Ritual juga mengajarkan pentingnya rasa syukur atas segala karunia yang telah diberikan.

    Dimana dalam bacaan doa atau dzikir, terdapat tiga elemen penting yang sering diucapkan yaitu tauhid, takbir, dan tahlil.

    Keterlibatan ulama dan tokoh agama dalam tradisi ini juga menunjukkan betapa pentingnya peran agama dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.

    Baca Juga: Dabuih Piaman, Atraksi Kekebalan Tubuh dari Senjata Tajam

    Keunikan Gatik Tulak Bala

    Keunikan dari Gatik Tulak Bala terletak pada kolaborasi antara aspek keagamaan dan tradisi lokal.

    Ritual ini bukan hanya berfokus pada hasil panen, tetapi juga menyatukan warga desa dalam sebuah prosesi yang penuh makna.

    Obor yang dibawa berkeliling kampung memberikan kesan visual yang indah, sementara lantunan doa menciptakan suasana yang khusyuk dan menenangkan.

    Selain itu, makan bersama di pematang sawah menambahkan nilai kebersamaan yang semakin memperkaya makna dari Gatik Tulak Bala.

    Gatik Tulak Bala adalah tradisi tahunan yang menjadi simbol hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

    Dengan melibatkan seluruh warga desa, ritual ini mencerminkan pentingnya kebersamaan dan rasa syukur dalam menjalani kehidupan.

    Gatik Tulak Bala juga menunjukkan betapa masyarakat Minangkabau menghormati adat istiadat dan nilai-nilai agama yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.

    Melalui tradisi ini, masyarakat Piaman tidak hanya menjaga budaya mereka, tetapi juga memperkuat iman dan rasa syukur kepada Allah SWT.

    Editor: Nanda Bismar
    Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram LinkedIn Copy Link
    Yoga Prasetyo
    • Website
    • Instagram

    Related Posts

    6 Wisata Budaya & Religi di Sijunjung yang Sarat Sejarah Minangkabau

    24/08/2025

    Sapo-Sapoan: Pengobatan Alternatif yang Unik dari Minangkabau

    13/08/2025

    Badah Ayam: Tradisi Pengobatan Unik dari Minangkabau yang Masih Bertahan

    04/08/2025
    Add A Comment

    Comments are closed.

    Top Posts

    Lubuk Tarok: Surga Wisata Budaya & Religi di Sijunjung

    13/09/2025

    Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

    01/12/2022

    5 Things To Do in Mentawai Islands

    03/12/2022

    5 Kebun Satwa di Sumatera Barat yang Wajib Kamu Kunjungi

    04/12/2022

    6 Cafe Dengan Pemandangan Samudera Hindia di Kota Padang

    05/12/2022

    Subscribe to Updates

    Get the latest tech news from FooBar about tech, design and biz.

    Most Popular

    Lubuk Tarok: Surga Wisata Budaya & Religi di Sijunjung

    13/09/2025

    Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

    01/12/2022

    5 Things To Do in Mentawai Islands

    03/12/2022
    Our Picks

    Lubuk Tarok: Surga Wisata Budaya & Religi di Sijunjung

    13/09/2025

    Alahan Panjang Solok: Destinasi Agro Wisata Hits Sumbar

    12/09/2025

    Soto Padang: 8 Spot Pilihan Warga Lokal & Incaran Wisatawan

    11/09/2025

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    Facebook X (Twitter) Instagram
    • About
    • Privacy Policy
    • Our Team
    © 2025 WestSumatra360.com. Designed by Hendri Simon.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

    Sign In or Register

    Welcome Back!

    Login to your account below.

    Lost password?