Kerajaan Bukit Batu Patah merupakan salah satu kerajaan awal di Minangkabau yang berperan penting dalam pembentukan struktur sosial dan politik masyarakat Minangkabau.
Walaupun mungkin jarang terdengar di telinga, bahkan bisa jadi terasa asing bagi masyarakat Minang sekalipun.
Tentu saja tidak sepopuler Kerajaan Pagaruyuang, namun ternyata kerajaan ini memiliki sejarah yang kaya dan menarik, sehingga patut untuk ditelusuri, berikut ulasannya.
Asal-Usul dan Pendirian Kerajaan
Kerajaan Bukit Batu Patah merupakan kerajaan yang terbentuk setelah Kerajaan Pasumayan Koto Batu terletak di sebuah daerah yang sekarang dikenal dengan Kabupaten Tanah Datar.
Kerajaan ini awalnya didirikan oleh Sutan Nun Alam, yang masih memiliki hubungan kekeluarga dengan Yang Dipertuan Kerajaan Bungo Setangkai, Datuk Bandaro Putiah.
Sutan Nun Alam dikenal juga dengan nama Sinuhun Duato Rajo, memimpin rombongan dari Bungo Setangkai ke Bukit Batu Patah bersama tujuh pasangan laki-laki dan perempuan.
Struktur Pemerintahan
Pada masa Kerajaan Bukit Batu Patah, dibentuklah sistem pemerintahan yang dikenal sebagai Rajo Nan Duo Selo.
Terdiri dari dua jenis jabatan yaitu Rajo Alam yang berkedudukan di Bukit Batu Patah dan Rajo Adat yang berkedudukan di Bungo Setangkai.
Jabatan tersebut memiliki peran yang penting dalam kemajuan di pemerintahan yang mengurusi sentral dan adat di pemerintahan.
Sementara itu, terdapat juga istilah Basa Ampek Balai yang merupakan pimpinan wilayah pada masa itu daerah sekitar dan pesemakmuran kerajaan.
Orang-orang tersebut terdiri dari Bandaro di Sungai Tarab, Makhudum di Sumanik, Indomo di Saruaso, dan Tuan Gadang di Batipuh.
Struktur pemerintahan ini mencerminkan pemerintahan yang sudah mumpuni pada masa itu dan secara bersama-sama dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan pemerintahan.
Dalam kehidupan adat dan istiadat di Minangkabay juga dikenal sebagai musyawarah untuk mufakat.

Perkembangan dan Pengaruh Islam
Setelah Sutan Nun Alam wafat, estafet kepemimpinan kerajaan dilanjutkan oleh Run Pitualo, kemudian selanjutnya digantikan oleh Maharajo Indo.
Pada masa pemerintahan Maharajo Indo, pusat kerajaan dipindahkan ke kaki Bukit Batu Patah, di sekitar Nagari Pagaruyuang sekarang.
Kemudian pada masa ini pula, agama Islam mulai masuk ke wilayah Minangkabau termasuk ke Kerajaan Bukit Patah.
Maharajo Indo kemudian digantikan oleh Yang Dipertuan Sati, dimana pada masa pemerintahannya struktur dilengkapi dengan Rajo Ibadat, menjadi Rajo Nan Tigo Selo.
Penambahan Rajo Ibadat menunjukkan pengaruh Islam yang semakin kuat dalam struktur pemerintahan dan kehidupan masyarakat.
Hubungan dengan Kerajaan Pagaruyuang
Kerajaan Bukit Batu Patah memiliki peran penting dalam pembentukan Kerajaan Pagaruyuang.
Struktur pemerintahan Rajo Nan Tigo Selo dan Basa Ampek Balai kemudian diadopsi oleh Kerajaan Pagaruyuang.
Selain itu, pusat pemerintahan yang dipindahkan ke sekitar Nagari Pagaruyuang menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Pagaruyuang.
Baca Juga Eksplorasi 7 Cagar Alam Menakjubkan di Sumatera Barat
Warisan Budaya dan Sejarah
Meskipun Kerajaan Bukit Batu Patah tidak sepopuler Kerajaan Pagaruyuang, warisan budaya dan sejarahnya tetap hidup dalam masyarakat Minangkabau.
Struktur pemerintahan kolektif, nilai-nilai musyawarah, dan adat istiadat yang berkembang di masa kerajaan ini masih menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.
Salah satu peninggalan sejarah terkait Kerajaan Bukit Batu Patah adalah Batu Batikam, sebuah batu berlubang yang terletak di Jorong Dusun Tuo, Nagari Limo Kaum, Kabupaten Tanah Datar.
Menurut legenda, lubang pada batu tersebut dibuat oleh Datuk Parpatih Nan Sabatang sebagai simbol perdamaian dan musyawarah dalam masyarakat Minangkabau.
Hal ini membuktikan eksistensi kerajaan ini menjadi tonggak penting dalam perkembangan kerajaan dan kehidupan masyarakat di Minangkabau.
Kerajaan Bukit Batu Patah merupakan bagian penting dari sejarah Minangkabau yang memberikan kontribusi besar dalam pembentukan struktur sosial, politik, bahkan budaya.
Walaupun tidak banyak dikenal, kerajaan ini memiliki peran yang signifikan dalam perkembangan peradaban Minangkabau.
Terutama dalam pembentukan Kerajaan Pagaruyuang dan penyebaran Islam di wilayah Minangkabau.
Melestarikan dan mempelajari sejarah Kerajaan Bukit Batu Patah adalah langkah penting untuk memahami akar budaya dan identitas masyarakat Minangkabau.
Dengan demikian, generasi muda dapat menghargai dan menjaga warisan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Editor: Nanda Bismar