Sebagian besar masyarakat Sumatra Barat menggantungkan sumber kehidupan dengan bertani dan berladang.
Sebagai petani tentunya momen yang paling ditunggu-tunggu adalah masa panen dan merayakannya dengan berbagai kesenangan.
Untuk merayakan masa panen, masyarakat Sumatera Barat biasanya memiliki berbagai tradisi yang unik dan menarik.
Pesta dan tradisi ini bukan hanya untuk merayakan hasil panen, tetapi juga sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan rezeki yang diterima.
Nah kali ini, West Sumatra 360 akan membahas beberapa tradisi unik ketika musim panen di berbagai daerah Sumatra Barat. Berikut ulasan menariknya,
1. Mairiak
Dalam masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, mereka memiliki tradisi lama yang berfokus pada tolong-menolong dalam mengolah lahan pertanian.
Salah satu kegiatan tolong-menolong ini terjadi saat memisahkan bulir padi dari tangkainya dengan menggunakan kaki, yang disebut “mairiak”.
Ketika padi sudah siap dipanen, pemilik lahan biasanya merencanakan kapan mereka akan melakukan “mairiak” dengan memberi tahu keluarga dan tetangga dekat.
Mairiak adalah proses melepaskan bulir padi dari tangkainya dengan menggunakan kaki manusia dan biasanya dilakukan bersama-sama oleh kaum laki-laki.
Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan masyarakat Minangkabau.
Proses tradisi mairiak ini bisa dibagi menjadi tiga bagian: Pra Mairiak, Mairiak, dan Pasca Mairiak.
Fase Pra Mairiak dimulai ketika padi sudah siap dipanen dan berlangsung hingga pembuatan “lungguak” (tumpukan batang padi yang akan diiriak).
Tahapannya mencakup musyawarah keluarga, memberitahukan kaum kerabat, menyabit padi, membuat lungguak, dan menyiapkan peralatan.
Tradisi Mairiak ini adalah bagian penting dari budaya Minangkabau, yang melibatkan keluarga dan kerabat dalam proses “mairiak” untuk membantu agar proses pemisahan padi dari tangkainya berjalan dengan lancar.
Tradisi ini mulai ditinggalkan karena penggunaan mesin penggiling padi yang lebih cepat dan tidak memerlukan banyak tenaga manusia.
Baca Juga Must-See Tourist Attractions: 9 Things to Do in Payakumbuh
2. Ma’isi Sasuduik (Padang Pariaman)
Ma’isi Sasuduik merupakan perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di daerah Padang Pariaman dalam memperingati panen padi yang melimpah.
Ma’isi sasuduik memiliki makna Ma’isi berarti Panen, dan Sasuduik berarti Syukur.
Tradisi Ma’isi Sasuduik adalah warisan dari nenek moyang Minangkabau yang telah terjaga selama beberapa generasi.
Ini adalah simbol penting dari budaya dan identitas masyarakat Minangkabau yang masih kuat hingga saat ini.
Ma’isi Sasuduik memiliki makna mendalam bagi masyarakat Minangkabau, bukan sekadar upacara panen biasa.
Ini adalah peristiwa yang sarat dengan simbolisme dan pesan yang dalam bertujuan untuk mempromosikan dan menjaga budaya lokal Minangkabau.
Tradisi Ma’isi Sasuduik melibatkan banyak aspek budaya, termasuk tarian tradisional, musik, pakaian adat, dan unsur-unsur budaya lainnya.
Bukan hanya tentang panen, tetapi juga sebuah perayaan dengan serangkaian tahapan penting, yaitu:
- Proses Menyemai Padi: Ritual dimulai dengan menanam benih padi sebagai awal dari siklus panen. Ini melibatkan banyak anggota komunitas, terutama petani, yang bersama-sama menyiapkan lahan pertanian untuk menanam padi.
- Proses Panen Padi: Ketika padi sudah tumbuh dan siap dipanen, seluruh komunitas berkumpul untuk panen bersama-sama. Ini adalah momen yang sangat dinanti-nanti, di mana semua orang aktif dalam mengumpulkan hasil panen.
- Proses Pengajian dan Berdoa Bersama: Setelah panen selesai, masyarakat Minangkabau mengadakan pengajian dan berdoa bersama sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Ini adalah momen spiritual yang penting dalam tradisi Ma’isi Sasuduik.
- Proses Upacara Adat: Tradisi ini juga melibatkan upacara dengan pakaian adat khas Minangkabau. Para peserta mengenakan baju tradisional yang indah dan berwarna-warni, seperti baju bodo.
- Tarian dan Musik: Ma’isi Sasuduik juga diramaikan dengan tarian dan musik tradisional Minangkabau, seperti Tari Piring dan Tari Pasambahan.
3. Baronde (Nagari Batu Taba, Kecamatan Batipuh)
Para petani selalu menantikan musim panen dengan harapan mendapatkan hasil panen yang melimpah karena hasil bumi ini sangat penting bagi perekonomian mereka.
Di Nagari Batu Taba, sebuah daerah di Sumatera Barat, ada tradisi unik yang disebut “baronde” yang dilakukan saat panen padi.
Tradisi ini telah diwariskan turun-temurun di kalangan petani dan memiliki makna kekompakan masyarakat dalam aktivitas pertanian mereka.
Saat musim panen, petani di Nagari Batu Taba melakukan “Baronde,” yaitu memanen padi secara bergantian dan bergotong-royong di lahan-lahan milik petani.
Tradisi ini masih dilestarikan hingga saat ini, selain membantu mengurangi biaya panen, tradisi “baronde” juga mempererat hubungan sosial antara para petani.
4. Pacu Jawi (Nagari Tuo Pariangan, Tanah Datar)
Pacu Jawi adalah permainan tradisional yang menghibur, dimana sepasang sapi digunakan untuk menarik bajak sawah yang ditanami padi.
Awalnya, tradisi ini dimulai di desa tua bernama Pariangan di Kabupaten Tanah Datar.
Tujuannya adalah untuk membantu petani mencari cara yang baik untuk membajak sawah, karena pada masa itu belum terdapat alat atau mesin bajak modern seperti sekarang.
Penemu Pacu Jawi adalah seorang tokoh bijaksana bernama Datuak Tantejo Gurhano.
Caranya adalah dengan menggunakan jawi (alat bajak yang ditarik oleh sapi).
Datuak Tantejo Gurhano mengajak keponakannya sebagai joki untuk mengendalikan jawi, dan dua orang lainnya untuk membantu mengarahkan jawi dan mengontrol tali jawi yang terdapat di mulut jawi.
Bajak sawah dengan jawi membuat tanah menjadi gembur dan subur, karena kotoran sapi tersebut memperkaya unsur hara tanah.
Hasilnya, panen padi menjadi melimpah.
Keberhasilan Datuak Tantejo Gurhano dalam membajak sawah dengan metode ini menyebar ke lingkungan sekitar dan daerah lain.
Sehingga masyarakat lain ingin mengikuti cara ini untuk mendapatkan tanah yang subur, hasil panen yang melimpah, dan sawah yang mudah ditanami.
Jadi, Pacu Jawi merupakan salah satu alek nagari yang dilakukan setiap usai panen padi.
Salah satu bentuk rasa Syukur panen yang berlimpah, bukan hanya itu pacu jawi sekarang juga dijadikan sebagai salah satu tujuan destinasi wisata atraksi yang unik di Sumatra Barat.
5. Makan Bajamba (Nagari Sumpur Kudus, Sijunjung)
Di Nagari Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, terdapat sebuah tradisi yang dilakukan saat musim panen padi tiba.
Tradisi ini disebut “makan bajamba,” di mana seluruh warga berkumpul di persawahan untuk makan bersama.
Mereka menikmati hidangan sambil mendengarkan musik talempong dan menyanyikan lagu-lagu khas daerah Ranah Minang.
Tradisi makan bajamba ini berasal dari nenek moyang orang Minang dan tetap dijaga hingga saat ini.
Bahkan, tradisi ini sekarang menjadi daya tarik bagi wisatawan karena selain makanan yang lezat dan beragam.
Pengunjung juga dapat melihat ibu-ibu membawa dulang di atas kepala dengan nasi dan lauk-pauk yang akan disantap.
Tradisi panen yang kaya makna dan kebersamaan ini terus dijaga dilestarikan sebagai warisan budaya berharga bagi generasi mendatang.
Kamu bisa mengikuti salah satu tradisi diatas dan larut dalam kegembiraan masa panen bersama masyarakat setempat.
Ikuti terus kami untuk artikel menarik lainnya seputar Sumatera Barat ya!
Editor: Nanda Bismar