Berbagai daerah di Indonesia memiliki tradisi dan keunikan masing-masing dalam menyambut hari lebaran, setiap daerah seperti memiliki ciri khasnya sendiri. Tidak terkecuali di Sumatera Barat yang tradisinya berasal dari budaya Minangkabau. Terdapat beberapa keseruan khas masyarakat Minang yang biasanya dilakukan dalam rangka menyambut hari lebaran. Berikut adalah ulasan mengenai beberapa tradisi tersebut,
1. Tradisi Menyusun Tempurung – Maligi, Kabupaten Pasaman Barat
Jorong Maligi memiliki satu tradisi yang unik dan biasanya dilakukan ketika menyambut penghujung Ramadhan, lebih tepatnya pada malam 27 yang disebut dengan tradisi managak tampuruang/tempurung. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dalam rangka menyambut datangnya malam lailatul qadar dan penghujung bulan Ramadhan.
Proses tradisi managak tampuruang biasanya diawali dengan melubangi tempurung, kemudian dijemur hingga kering lalu menyusunnya pada sebuah bilah yang telah ditancapkan ke dalam tanah. Ketika malam datang, tempurung yang sudah disusun tersebut lalu dibakar secara bersama-sama. Tradisi ini digelar hampir disetiap rumah di Maligi, sehingga akan tercipta pemandangan yang indah berasal dari cahaya tempurung yang dibakar secara bersamaan. Tradisi managak tampuruang memiliki makna bahwa masyarakat setempat bersuka cita dalam menyambut malam lailatul qadar di penghujung Ramadhan.
2. Tradisi Malam Palito – Maligi, Kabupaten Pasaman Barat
Hampir sama dengan tradisi managak tampuruang di Maligi, tradisi malam palito memiliki makna yang sama yaitu menyambut malam lailatul qadar dengan penuh suka cita. Masyarakat di Nagari Ampiang Timur, Pesisir Selatan juga membakar tempurung yang telah ditancapkan ke sebuah bilah secara bersamaan.
Uniknya bilah-bilah tersebut juga ditancapkan di sepanjang jalan menuju masjid setempat, sehingga menjadi penerangan bagi masyarakat yang ingin pergi ke masjid.
3. Tradisi Bakar Lilin – Kabupaten Padang Pariaman
Setiap tahunnya, pada malam ke-27 bulan Ramadhan, warga Kabupaten Padang Pariaman, , mengadakan acara yang sangat istimewa. Acara ini disebut dengan bakar lilin, di mana setiap rumah akan menerangi halaman rumahnya dengan lilin.
Tradisi bakar lilin ini sudah dilakukan sejak puluhan tahun yang lalu dan terus dilestarikan hingga saat ini. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, tradisi ini dilakukan untuk menyambut malam Lailatul Qadr, malam yang lebih baik dari seribu bulan dan dipercaya menjadi malam turunnya malaikat ke bumi.
Namun, tak hanya itu, bakar lilin juga dipercaya untuk menyambut arwah nenek moyang dan pendahulu yang ikut turun ke bumi pada malam yang istimewa ini. Oleh karena itu, lilin-lilin yang dinyalakan di halaman rumah akan dibiarkan menyala hingga habis sebagai tanda penghormatan kepada arwah nenek moyang dan pendahulu.
Asmara Subuh, Tradisi Berkumpul Remaja di Bulan Ramadan
4. Tradisi Pawai Obor – Kabupaten Pasaman
Hampir semua daerah di Minangkabau melakukan tradisi ini, baik dalam rangka bulan suci Ramadhan, maupun kegiatan keagamaan lainnya. Misalnya pada kegiatan khatam alquran, festival adat, festival keagamaan, hari besar agama islam dan lainnya.
Tradisi Pawai Obor biasanya dimulai setelah dilaksanakannya sholat isya, mulanya bambu yang telah ditancapkan sumbu lampu dibakar secara bersamaan, lalu masing-masing orang memegang obor dari bambu tersebut dan mengaraknya keliling daerah setempat. Dalam pelaksanaannya tradisi pawai obor juga biasanya dilakukan sembari membaca kalimat takbir mursal secara bersama-sama.
Salah satu daerah yang rutin melaksanakan pawai obor adalah Nagari Pauh, Jorong Tanjuang Alai, Kabupaten Pasaman, yang biasanya dilakukan pada saat penghujung Ramadhan sambil menyambut hari raya Idul Fitri.
5. Tamaik Kaji – Kabupaten Pasaman Barat
Tamaik Kaji artinya adalah orang atau santri yang telah menamatkan bacaan Al-Quran selama bulan Ramadhan, dan dirayakan dengan berbagai acara sebagai wujud rasa syukur karena telah menamatkan membaca semua ayat pada Al-Quran. Tradisi ini juga hampir dilakukan disetiap masjid dan musholla yang ada di Sumatera Barat.
Acara Tamaik Kaji biasanya diisi dengan ceramah agama, doa bersama dan diakhiri dengan makan bersama di dalam masjid atau musholla setempat. Uniknya adalah biasanya masing-masing daerah memiliki makanan khas tersendiri dalam merayakan tamaik kaji, misalnya nasi kunyit dengan singgang ayam, gulai kambing dengan nangka, hingga penganan ringan seperti serabi, lapet dan lemang.
Gimana? Menarik bukan? Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau dalam rangka menyambut penghujung bulan Ramadhan. Bukan hanya sekedar seremonial dan perayaan, namun tradisi diatas juga sarat dengan makna dan nilai-nilai yang terkandung pada masing-masing tradisi. Semoga ulasan diatas semakin menambah referensi budaya kamu ya, selamat berlebaran, dan terus ikuti kami untuk keseruan lebaran lainnya!