Mamarik Pusaro berarti membersihkan kuburan sekaligus menjalin hubungan kekerabatan antar sesama masyarakat.
Tradisi ini masih eksis hingga saat ini terutama di kalangan masyarakat Kabupaten Agam di Sumatera Barat.
Dilakukan sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada anggota keluarga yang telah meninggal serta sebagai cara untuk mempererat hubungan kekeluargaan dan masyarakat sekitar.
Proses Mamarik Pusaro tidak hanya melibatkan anggota keluarga orang yang telah meninggal, tetapi juga seluruh masyarakat kampung yang datang untuk turut serta dalam acara ini.
Tidak hanya sekadar tradisi, Mamarik Pusaro adalah wujud gotong royong yang mempererat silaturahmi antara keluarga dan masyarakat sekitar.
Berikut adalah ulasan menarik tradisi mamarik pusaro oleh West Sumatra 360 yang akan semakin menambah wawasan budaya kamu tentunya,
Prosesi Mamarik Pusaro
Hari Pertama
Tradisi Mamarik Pusaro tidak hanya dilakukan pada hari ketiga setelah kematian, tetapi sudah dimulai sejak hari pertama.
Begitu seorang anggota keluarga meninggal, seluruh keluarga, terutama yang sepersukuan, berkumpul untuk mengurus jenazah.
Momen ini menjadi sangat penting karena selain memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal, Mamarik Pusaro juga bertujuan untuk menyatukan keluarga yang mungkin sudah lama tidak berkumpul.
Pada hari pertama, keluarga besar orang yang telah meninggal juga harus menyelesaikan semua urusan terkait kematian, seperti persiapan penguburan dan penyelesaian konflik internal.
Diharapkan pada momen tersebut tidak terdapat perselisihan antar anggota keluarga, karena tujuan utama adalah untuk menjaga keharmonisan dan menyelesaikan urusan dengan cara yang damai.
Momen berkumpulnya keluarga ini, meski dalam suasana duka, seringkali dijadikan kesempatan untuk memperkuat tali silaturahmi antaranggota keluarga yang jarang bertemu.
Baca Juga Tradisi Mandoa, Menyatukan Budaya dan Agama di Minangkabau
Hari Kedua
Pada hari kedua, keluarga mulai mempersiapkan acara Mamarik Pusaro yang akan diadakan pada hari ketiga.
Semua anggota keluarga bekerja sama untuk memastikan segala sesuatunya berjalan lancar.
Persiapan yang dilakukan mencakup pemilihan bahan-bahan untuk memperbaiki kuburan, persiapan bahan makanan, dan pengaturan tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh masing-masing anggota keluarga.
Tradisi ini tidak hanya melibatkan keluarga, tetapi juga masyarakat sekitar yang turut membantu dalam proses mamarik pusaro.
Hari Ketiga
Pada hari ketiga, acara Mamarik Pusaro mencapai puncaknya, dimana anggota keluarga dan masyarakat sekitar berkumpul untuk memperbaiki kuburan.
Jika kuburan belum ditinggikan, maka ditinggikan terlebih dahulu. Jika belum terdapat batu nisan, batu tersebut akan dipasangkan pada hari ini.
Kuburan diperbaiki agar terlihat rapi dan lebih layak sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi orang yang telah meninggal.
Yang menarik adalah proses memperbaiki kuburan ini hampir sepenuhnya dilakukan oleh kaum laki-laki.
Mereka bekerja sama mengerjakan berbagai hal, mulai dari memperbaiki tanah kuburan hingga pemasangan nisan.
Sementara itu, kaum perempuan bertugas menyiapkan hidangan untuk acara makan bersama setelah pekerjaan di kuburan selesai.
Makan bersama menjadi bagian penting dari Mamarik Pusaro, dengan hidangan utama tentunya masakan khas Minangkabau.
Acara makan bersama tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan penghormatan terakhir.
Tradisi Mamarik Pusaro, Menguatkan Silaturahmi Antar Masyarakat Setempat
Meskipun tradisi Mamarik Pusaro berpusat pada penghormatan bagi yang telah meninggal, lebih daripada itu makna dibalik tradisi ini jauh lebih dalam.
Mamarik Pusaro merupakan suatu sarana untuk mempersatukan keluarga dan mempererat hubungan antar warga satu desa.
Selain itu, melalui tradisi ini masyarakat setempat menegaskan kembali prinsip gotong royong dan kebersamaan.
Semua orang, baik anggota keluarga orang yang telah meninggal maupun masyarakat sekitar, terlibat dalam proses sakral ini.
Tradisi mamarik pusaro menunjukkan bahwa kematian seorang anggota masyarakat bukan hanya urusan keluarga, tetapi juga menjadi urusan seluruh komunitas yang ada di kampung tersebut.
Melalui tradisi Mamarik Pusaro, dapat dilihat betapa kaya dan beragamnya budaya Minangkabau yang penuh makna serta nilai kebersamaan.
Jika kamu tertarik untuk mengenal lebih dalam tentang keindahan budaya dan tradisi unik lainnya di Sumatera Barat, pastikan untuk terus mengikuti artikel menarik lainnya di West Sumatra 360.
Jelajahi lebih banyak kekayaan budaya lokal, tempat wisata, dan kuliner khas yang hanya bisa kamu temukan di bumi Minangkabau.
Editor: Nanda Bismar