Kota Pariaman tidak hanya terkenal dengan keindahan pantai dan tradisi Tabuik yang ikonik, tetapi juga menyimpan sejarah panjang dalam perkembangan Islam.
Sebagai salah satu kota tua di pesisir barat Sumatera, Pariaman memiliki banyak peninggalan bersejarah, termasuk masjid-masjid tua yang masih berdiri kokoh.
Bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi saksi perjalanan penyebaran Islam, perkembangan pendidikan agama, serta perjuangan para ulama masa lampau.
Beberapa di antaranya bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya, menandakan pentingnya keberadaan masjid-masjid ini dalam sejarah.
Berikut adalah lima masjid tertua dan bersejarah di Kota Pariaman yang masih berfungsi hingga sekarang.
1. Masjid Raya Pariaman
Lokasi: Jl. Syekh Moh. Jamil, Kp. Perak, Kec. Pariaman Tengah, Kota Pariaman
Sejarah dan Pendirian
Masjid Raya Pariaman, yang juga dikenal dengan nama Surau Pasa, merupakan salah satu masjid batu pertama di Pariaman.
Masjid ini didirikan atas prakarsa Syekh Muhammad Jamil El Khalidi, seorang ulama besar yang hidup antara 1830 – 1928.
Sebelum mendirikan masjid, Syekh Muhammad Jamil El Khalidi telah membangun Surau Anjuang pada tahun 1860 – 1870, yang berlokasi bersebelahan dengan masjid.
Surau tersebut menjadi salag satu sentral tempat pengajaran agama bagi para santri pada masanya.
Masjid Raya Pariaman diperkirakan mulai dibangun pada 1829, bersamaan dengan pembangunan Masjid Raya Badano dan Masjid Raya Padusunan.
Pada tahun 2007, masjid ini resmi terdaftar sebagai cagar budaya dengan nomor inventaris 34/BCB-TB/A/2007.
Keistimewaan Masjid Raya Pariaman
Masjid ini memiliki arsitektur klasik khas Minangkabau dengan sentuhan Islam yang kental.
Sebagai salah satu pusat kegiatan keagamaan, Masjid Raya Pariaman masih aktif digunakan untuk shalat berjamaah, pengajian, dan berbagai kegiatan keislaman lainnya.

2. Masjid Raya Padusunan
Lokasi: Kampung Gadang, Pariaman Timur, Kota Pariaman
Sejarah dan Pendirian
Secara administratif, Masjid Raya Padusunan berada di Desa Kampuang Gadang, Kecamatan Pariaman Timur.
Merupakan masjid pertama di Nagari IV Angkek Padusunan dan ditetapkan sebagai cagar budaya pada tahun 2007 dengan nomor inventaris 01/BCB-TB/A/07/2007.
Menurut sumber tertulis, masjid ini didirikan pada tahun 1829, bersamaan dengan Masjid Raya Badano.
Keberadaannya menjadi bukti sejarah bahwa Islam sudah berkembang pesat di Pariaman sejak abad ke-19.
Keistimewaan Masjid Raya Padusunan
Masjid ini masih mempertahankan desain asli khas Minangkabau dengan atap bertingkat dan struktur bangunan yang kokoh.
Hingga kini, Masjid Raya Padusunan tetap menjadi tempat ibadah dan pusat kegiatan keagamaan bagi masyarakat sekitar.
Baca Juga 7 Fakta Menarik Tentang Kota Pariaman Yang Wajib Kamu Ketahui
3. Masjid Raya Badano
Lokasi: Bungo Tanjung, Pariaman, Kota Pariaman
Sejarah dan Pendirian
Masjid Raya Badano diperkirakan telah berdiri sejak 1829 – 1850 Masehi.
Nama “Badano” sendiri berasal dari sebuah benda kuno yang ada di dalam masjid ini, yaitu Guci Badano.
Guci Badano digunakan oleh masyarakat sebagai wadah atau tempat penampungan air wudhu.
Keberadaan guci tersebut menjadi simbol sejarah bagaimana masyarakat Pariaman pada masa lalu menjaga tradisi keislaman mereka.
Berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Pariaman, masjid ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya yang tidak boleh diubah atau dipindahkan.
Keistimewaan Masjid Badano
Masjid ini tetap mempertahankan nuansa tradisionalnya dengan ornamen dan arsitektur khas Minangkabau.
Menurut masyarakat dan informasi yang beredar, dalam perjalanannya sosok Buya Hamka pernah mengaji dan menimba ilmu di sini.
Selain menjadi tempat ibadah, masjid juga sering menjadi tempat kajian Islam dan kegiatan sosial lainnya.
4. Masjid Muhammadiyah Kuraitaji
Lokasi: Desa Bl. Kurai Taji, Pariaman Selatan
Sejarah dan Pendirian
Didirikan pada tahun 1929, Masjid Sejarah Muhammadiyah Kuraitaji awalnya dikenal sebagai Surau Dagang, karena lokasinya yang berdekatan dengan pasar.
Namun, pendirian masjid ini tidak berjalan mulus, karena masyarakat setempat sempat menentang keberadaan masjid karena adanya perbedaan pendapat.
Dengan usaha gigih para tokoh Muhammadiyah, masjid tersebut akhirnya diterima oleh masyarakat setelah memberikan pemahaman kepada masyarakat sekitar.
Keistimewaan Masjid Muhammadiyah Kuraitaji
Masjid ini menjadi saksi bagaimana Muhammadiyah awal mula berkembang di Pariaman dan semakin pesat hingga saat ini.
Hingga kini, masjid Muhamadiyah Kuraitaji tetap digunakan sebagai pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan Islam, terutama dalam gerakan Muhammadiyah.

5. Masjid Raya Kuraitaji
Lokasi: Batang Tajongkek, Pariaman Selatan, Kota Pariaman
Sejarah dan Pendirian
Masjid Raya Kuraitaji dibangun bersama oleh masyarakat Nagari Padusunan pada awal tahun 1900-an.
Pembangunan masjid ini turut melibatkan tokoh-tokoh masyarakat seperti Labai Na Putiah dan Abdurrahman.
Pada tahun 2007, masjid Raya Kuraitaji resmi ditetapkan sebagai cagar budaya dengan nomor inventaris 14/BCB-TB/A/07/2007.
Keistimewaan Masjid Raya Kuraitaji
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Raya Kuraitaji juga berfungsi sebagai pusat pendidikan agama dan kegiatan sosial.
Struktur bangunannya masih mempertahankan desain khas Minangkabau, mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai Islam yang kuat.
Masjid-masjid tua di Kota Pariaman bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga bagian dari sejarah panjang penyebaran Islam di wilayah ini.
Dengan arsitektur khas Minangkabau dan sejarah yang kaya, masjid-masjid ini menjadi warisan budaya yang patut dijaga dan dilestarikan.
Jika berkunjung ke Pariaman, tidak ada salahnya untuk menyempatkan singgah ke masjid-masjid diatas dan rasakan langsung atmosfir sejarah di dalamnya.
Editor: Nanda Bismar