Close Menu

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    What's Hot

    Eksplorasi 7 Cagar Alam Menakjubkan di Sumatera Barat

    May 19, 2025

    Mengenal 5 Spesies Satwa Liar Sumatera Barat yang Terancam Punah

    May 19, 2025

    6 Tari Tradisional Minang yang Dipercaya Mengandung Unsur Mistis

    May 19, 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram
    West Sumatra 360
    Monday, May 19 Login
    • Home
      • About
      • Privacy Policy
      • UMKM
    • Culture
    • To Do
    • Food
    • Travel Tips
    West Sumatra 360
    Home»Wisata»Edukasi»Mengenal 5 Spesies Satwa Liar Sumatera Barat yang Terancam Punah
    Edukasi

    Mengenal 5 Spesies Satwa Liar Sumatera Barat yang Terancam Punah

    Novi Fani RovikaBy Novi Fani RovikaMay 19, 2025
    Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
    #image_title
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email
    www.PrivateJetFinder.com

    Spesies satwa liar di belantara hutan Sumatera Barat menyimpan banyak cerita, mereka biasanya hidup dibalik pegunungan Bukit Barisan, lembah-lembah yang dramatis dan hutan rimbun lainnya.

    Namun sangat disayangkan, beberapa spesies diantaranya justru berada diambang kepunahan dan saat ini tengah berjuang melawan berbagai gangguan dari luar habitat mereka.

    300*250

    Beberapa di antaranya adalah spesies endemik, langka, dan bahkan tak banyak orang pernah melihatnya langsung.

    Satwa-satwa seperti Harimau Sumatera, Tapir, Beruang Madu, Owa Siamang, Kucing Emas, Rangkong, Owa Ungko, Kuau Raja, hingga Macan Dahan.

    Semua spesies diatas hidup dalam tekanan yang besar akibat perusakan habitat, perburuan, dan konflik dengan manusia.

    Mari kita kenal beberapa diantaranya dengan lebih dekat, untuk mengetahui dimana habitat sebenarnya bagaimana kondisi terkini, serta apa saja yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan mereka.

    1. Harimau Sumatera

    Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) adalah subspesies harimau terakhir yang masih bertahan di Indonesia.

    Jenis ini hanya ditemukan di Pulau Sumatera dan menjadi simbol penting dalam budaya dan ekosistem hutan hujan tropis.

    Di Sumatera Barat, harimau tersebar di sejumlah kawasan hutan yang masih tersisa, seperti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Cagar Alam Maninjau, Suaka Margasatwa Malampah Alahan Panjang.

    Selain itu juga terdapat di beberapa kawasan hutan lindung seperti Batang Palupuah, Lembah Anai, dan Pegunungan Bukit Barisan.

    Situasi Pakan dan Habitat Alaminya

    Pakan utama harimau Sumatera di alam adalah satwa herbivora seperti rusa, kijang, babi hutan, dan kambing hutan.

    Namun, populasi mangsa alaminya menurun drastis akibat perburuan liar dan fragmentasi habitat.

    Hilangnya satwa mangsa ini mendorong harimau mendekati pemukiman warga dan memangsa ternak, yang sering memicu konflik manusia dan harimau.

    Wilayah Jelajah dan Kebutuhan Ruang

    Sebagai predator puncak, harimau Sumatera membutuhkan wilayah jelajah yang luas untuk bertahan hidup—jantan dapat menjelajahi area hingga 250 km², sementara betina sekitar 100 km².

    Fragmentasi hutan akibat pembalakan liar, ekspansi perkebunan, dan pembangunan infrastruktur membuat ruang jelajahnya semakin terpecah dan terbatas.

    Status Konservasi

    Harimau Sumatera saat ini berstatus Critically Endangered (Kritis) menurut IUCN Red List dengan populasinya diperkirakan kurang dari 600 individu di alam liar.

    Ancaman utamanya adalah perburuan (termasuk jerat), hilangnya habitat, konflik dengan manusia, dan perdagangan ilegal bagian tubuh harimau.

    Upaya Pelestarian Dilakukan

    Pelestarian harimau Sumatera memerlukan pendekatan multi-pihak, dengan beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

    • Perlindungan habitat melalui pembentukan dan penguatan kawasan konservasi dan koridor satwa.
    • Peningkatan patroli anti-jerat dan penegakan hukum terhadap perburuan liar.
    • Konservasi berbasis masyarakat seperti pelibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan dan pelaporan keberadaan harimau.
    • Edukasi dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya harimau dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
    • Pemulihan mangsa alami melalui restorasi hutan dan pengendalian perburuan satwa mangsa.

    Melindungi harimau Sumatera berarti menjaga kehidupan hutan, tanpa harimau, ekosistem hutan tropis yang kompleks bisa runtuh—dan hilang pula warisan alam yang tak ternilai bagi generasi mendatang.

    Mengenal 5 Spesies Satwa Liar Sumatera Barat yang Terancam Punah
    Tapir Sumatra Photo by Jeffrey Hamilton on Unsplash

    2. Tapir

    Tapir (Tapirus indicus), adalah mamalia pemalu yang juga dikenal sebagai Tapir Asia atau Tapir Melayu, tergolong satwa langka dan misterius yang mendiami hutan-hutan tropis di Sumatera.

    Termasuk beberapa kawasan hutan yang ada di Sumatera Barat, dengan tubuhnya besar dan berwarna hitam-putih kontras, menjadikannya mudah dikenali.

    Walaupun tampak seperti gabungan dari babi dan kuda, tapir justru lebih dekat kekerabatannya dengan badak dan kuda dalam klasifikasi ilmiah.

    Sebaran Tapir di Sumatera Barat

    Di Sumatera Barat, tapir dapat ditemukan di beberapa kawasan hutan yang relatif masih terjaga, terutama di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

    Wilayah selatan Sumatera Barat seperti Kabupaten Solok Selatan dan Pesisir Selatan, Cagar Alam Lembah Anai dan beberapa hutan lindung di Kabupaten Padang Pariaman.

    Serta kawasan hutan lindung di Pasaman dan Agam, yang menjadi bagian dari koridor Bukit Barisan.

    Karena sifatnya yang soliter dan aktivitasnya yang lebih aktif di malam hari (nokturnal), keberadaan tapir sering tak terdeteksi meski masih ada di suatu kawasan.

    Situasi dan Kondisi Pakan Tapir

    Tapir termasuk jenis herbivora pemakan dedaunan, tunas, buah-buahan hutan, dan semak belukar yang sangat bergantung pada ketersediaan tumbuhan bawah yang tumbuh alami.

    Sayangnya, kondisi pakan tapir di alam saat ini semakin terancam akibat:

    • Konversi hutan menjadi perkebunan monokultur, yang mengurangi keragaman vegetasi asli.
    • Fragmentasi habitat yang memutus jalur jelajah dan sumber makanan.
    • Perambahan dan pembalakan liar, yang menyebabkan hilangnya semak dan tumbuhan pakan.

    Baca Juga 5 Kebun Satwa di Sumatera Barat yang Wajib Kamu Kunjungi

    Wilayah Jelajah Tapir

    Tapir memiliki wilayah jelajah yang luas, mencapai 1.000 hingga 2.500 hektar, tergantung pada ketersediaan pakan dan kondisi hutan.

    Mereka menggunakan jalur-jalur tetap untuk berpindah dari satu area ke area lain dalam mencari makan dan sumber air.

    Fragmentasi hutan kemudian membuat wilayah jelajah tapir menjadi sempit dan berbahaya, karena sering kali memaksa tapir keluar ke kebun masyarakat atau menyeberang jalan.

    Status Konservasi

    Tapir masuk dalam kategori EN (Endangered/ Terancam Punah) oleh IUCN Red List, dan juga termasuk satwa dilindungi oleh undang-undang Indonesia (Peraturan Menteri LHK No. P.106 Tahun 2018).

    Ancaman utama bagi kelangsungan hidup tapir antara lain adalah:

    • Hilangnya habitat alami
    • Konflik dengan manusia
    • Tertabrak kendaraan (roadkill)
    • Perburuan (meskipun jarang, namun masih terjadi)

    Upaya Pelestarian Tapir

    Untuk menjaga keberlangsungan hidup tapir di Sumatera Barat, sejumlah langkah bisa dilakukan, antara lain:

    • Melindungi dan memulihkan habitat alaminya
    • Pembuatan koridor satwa liar agar tapir bisa berpindah antar hutan tanpa harus keluar ke permukiman.
    • Pemasangan rambu dan underpass satwa di titik-titik rawan tabrakan seperti jalan lintas yang memotong kawasan hutan.
    • Pendidikan dan penyadartahuan masyarakat, khususnya di sekitar habitat tapir, agar tidak memicu konflik dan menjaga kelestarian hutan.
    • Penelitian dan pemantauan populasi tapir dengan kamera jebak dan pelacakan GPS untuk mengetahui pola jelajah dan kondisi populasinya.

    Menjaga tapir berarti menjaga ekosistem hutan itu sendiri, beserta segala kehidupan yang bergantung padanya.

    3. Owa Siamang

    Owa Siamang (Symphalangus syndactylus) adalah primata endemik Pulau Sumatera yang dikenal sebagai spesies owa terbesar di dunia.

    Dengan tubuh hitam legam, lengan panjang, dan kantung suara besar yang membantunya mengeluarkan seruan keras khas hutan hujan tropis.

    Owa Siamang bukan hanya simbol keanekaragaman hayati, tapi juga penanda kesehatan ekosistem hutan.

    Sebaran di Sumatera Barat

    Di Sumatera Barat, Owa Siamang dapat ditemukan di kawasan hutan dataran rendah hingga pegunungan, seperti di Cagar Alam Maninjau, kawasan Hutan Lindung Batang Hari dan Hutan Lindung Aia Dingin.

    Kemudian di Taman Nasional Kerinci Seblat, Hutan Nagari Taratak Tinggi, Sijunjung, hingga kawasan perbukitan di sekitar Lembah Harau dan Payakumbuh bagian timur (Kabupaten 50 Kota).

    Habitat mereka umumnya berada di hutan primer dan sekunder yang masih memiliki tajuk pohon tinggi dan berkanopi rapat, penting untuk aktivitas arborealnya.

    Pakan dan Kondisi di Alam

    Siamang merupakan hewan omnivore, dengan sekitar 75% makanan mereka adalah buah, sisanya daun, bunga, biji-bijian, dan kulit kayu.

    Mereka juga memakan serangga, laba-laba, telur burung, dan burung kecil.

    Menariknya Siamang juga dikenal takut air, biasanya siamang akan mencelupkan kaki depannya ke dalam air, atau menggosok tangan pada daun yang basah dan menghisap air di kakinya sebagai minuman.

    Wilayah Jelajah

    Owa Siamang hidup dalam kelompok kecil (biasanya pasangan monogami dengan anak) dan memiliki wilayah jelajah sekitar 20–50 hektare.

    Mereka sangat teritorial dan menggunakan suara nyaring untuk mempertahankan wilayah dari kelompok lain.

    Hilangnya pohon-pohon besar dan hilangnya koridor hijau membuat mereka rentan terhadap konflik dan isolasi populasi.

    Status Konservasi

    Siamang merupakan hewan yang terancam punah dengan status Endangered (Terancam Punah) berdasarkan IUCN Red List.

    Hal ini disebabkan karena banyaknya penangkapan siamang untuk diperdagangkan dan dipelihara yang membuatnya masuk dalam Appendix I (perdagangan internasional yang dilarang).

    Untuk mencegah punahnya siamang, diperlukan campur tangan pemerintah dalam menjadikan keberadaan siamang sebagai objek wisata dan riset sehingga mendatangkan manfaat bagi daerah.

    Upaya Pelestarian

    Untuk menjaga keberadaan Owa Siamang, dapat dilakukan lewat – upaya berikut:

    • Melakukan perlindungan terhadap habitatnya dengan mendorong perlindungan hutan yang jadi kawasan kuncinya, melakukan rehabilitasi dan restorasi hutan.
    • Penguatan peran masyarakat lewat pemberdayaan dalam patroli hutan berbasis partisipatif.
    • Melakukan edukasi tentang pentingnya Owa Siamang sebagai penyebar biji dan penjaga ekosistem.
    • Melakukan penelitian dan monitoring untuk memetakan populasi dan jalur jelajahnya secara berkala.
    • Menjalankan kampanye publik lewat media sosial.
    • Mengembangkan ekowisata edukatif yang melibatkan pengamatan satwa liar secara bertanggung jawab.
    Mengenal 5 Spesies Satwa Liar Sumatera Barat yang Terancam Punah
    Kucing Emas Catopuma temminckii Photo iNaturalist

    4. Kucing Emas

    Kucing Emas (Catopuma temminckii) adalah sosok satwa pemangsa yang anggun dan misterius, Satwa liar ini jarang terlihat, namun kehadirannya adalah penanda penting dari ekosistem hutan yang sehat.

    Dengan bulu cokelat keemasan hingga kemerahan, tubuh ramping, dan gerakan yang lincah, Kucing Emas adalah salah satu karnivora endemik Asia Tenggara yang kini mulai menghadapi berbagai ancaman.

    Kucing Emas menempati daerah hutan beriklim tropis dan subtropis, kucing ini banyak ditemukan di semak belukar sampai padang rumput ataupun daerah bebatuan.

    Tanda-tanda kehidupan Kucing Emas pun dapat dilihat pada bekas cakaran yang terdapat pada batang pohon di sekitar hutan.

    Selain tanda cakaran, mereka juga kadang meninggalkan bekas semprotan urine dan feses, kemudian bau tubuh dan bulu kucing ini juga menjadi pertanda yang ditinggalkan.

    Sebaran di Sumatera Barat

    Di Sumatera Barat, Kucing Emas memiliki sebaran yang cukup luas, namun terfragmentasi, dapat ditemukan di sejumlah kawasan hutan hujan tropis dataran rendah hingga pegunungan.

    Kawasan seperti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di bagian selatan, Cagar Alam Maninjau dan Batang Palupuh, Hutan Lindung Lembah Harau, Kabupaten Solok Selatan, Pesisir Selatan, Agam, hingga Pasaman.

    Sebaran kucing bergantung pada ketersediaan hutan jauh dari aktivitas manusia, karena Kucing Emas sangat mengandalkan tutupan hutan sebagai tempat berburu, berlindung, dan berkembang biak.

    Situasi dan Kondisi Pakan di Alam

    Sebagai karnivora, Kucing Emas memangsa berbagai jenis satwa kecil hingga sedang, seperti: Tikus hutan, Tupai, Burung, Reptil kecil, bahkan anak rusa atau monyet muda jika tersedia.

    Namun, kondisi pakannya di alam saat ini semakin menurun, sebagai akibat dari rusaknya habitat dan perburuan liar yang menekan populasi mangsanya.

    Ketidakseimbangan rantai makanan juga terlihat dari menurunnya jumlah mangsa alami, yang membuat kucing ini harus menjelajah lebih jauh atau mendekati area pemukiman penduduk yg berpotensi konflik.

    Wilayah Jelajah

    Kucing Emas memiliki wilayah jelajah yang luas, terutama di kawasan hutan pegunungan, satu individu dapat menjelajah hingga 20–30 km².

    Tergantung pada kelimpahan mangsa dan kondisi habitat, mereka adalah satwa soliter dan sangat territorial.

    Ini berarti satu individu membutuhkan ruang hutan yang cukup luas untuk bertahan hidup, dan tidak akan mentolerir keberadaan kucing emas lainnya di wilayahnya.

    Status Konservasi

    Secara global, Kucing Emas berstatus “Near Threatened” (Hampir Terancam) menurut IUCN Red List.

    Namun di Indonesia, statusnya lebih kritis karena tekanan habitat yang tinggi, sehingga Berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018, Kucing Emas masuk kedalam kategori “satwa dilindungi”.

    Upaya Pelestarian yang Dapat Dilakukan

    Kucing Emas adalah simbol keanggunan dan kekuatan hutan tropis Sumatera, menjaganya bukan hanya melindungi satu spesies, tetapi juga memastikan bahwa hutan tetap lestari bagi generasi mendatang.

    Maka dari itu, pelestarian Kucing Emas membutuhkan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai pihak.

    Seperti mengedukasi warga agar tidak membunuh kucing ini, dan melaporakan adanya temuan jejak atau memasang kamera jebak sebagai bentuk pemantauan.

    5. Burung Rangkong

    Burung rangkong, atau dikenal juga sebagai enggang, adalah simbol megah hutan tropis Asia Tenggara.

    Dengan paruh besar yang khas dan suara lengkingannya yang nyaring menggema, bukan hanya menawan secara visual tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan.

    Di Sumatera, termasuk di Sumatera Barat, burung rangkong menjadi bagian penting dari biodiversitas yang semakin terancam.

    Dari sekitar 36 jenis rangkong yang ada di dunia, 13 diantaranya hidup di Indonesia, dengan 3 diantaranya mendiami hutan – hutan di Sumatera.

    Di Sumatera Barat, jenis yang paling dikenal yaitu Rangkong badak (Buceros rhinoceros) – dengan paruh berukuran besar dan cula mencolok, dan menjadi salah satu ikon satwa Sumatera.

    Kemudian ada Rangkong gading (Rhinoplax vigil) – yang saat ini sudah sangat langka dan paling diburu karena nilai tinggi cula (paruh) nya.

    Selain itu juga ada Enggang cula (Aceros comatus) dan Rangkong papan (Buceros bicornis) – spesies besar yang hidup di hutan dataran rendah.

    Sebaran di Sumatera Barat

    Burung rangkong dapat ditemukan di berbagai kawasan hutan primer dan sekunder di Sumatera Barat, seperti

    • Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) – kawasan penting dengan tutupan hutan yang luas di wilayah Solok Selatan, Dharmasraya, dan Pesisir Selatan.
    • Cagar Alam Maninjau dan kawasan Lindung Batang Palupuah – habitat penting untuk beberapa jenis rangkong.
    • Di beberapa kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi di Pasaman dan Pasaman barat, hingga Areal Perhutanan Sosial – walaupun tekanan manusia tinggi, masih menyimpan potensi ekologi bagi kelangsungan hidup rangkong.

    Sebaran mereka semakin terfragmentasi akibat pembukaan lahan untuk berbagai kepentingan, seperti perkebunan monokultur dan pemukiman.

    Wilayah Jelajah dan Ekologi

    Rangkong memiliki wilayah jelajah yang luas, terutama jenis-jenis besar seperti rangkong badak dan rangkong papan yang bisa berpindah antar hutan hingga puluhan kilometer untuk mencari pakan.

    Mereka juga sangat tergantung pada pohon besar berongga untuk bersarang, ketergantungan ini membuat mereka sangat rentan terhadap kehilangan habitat.

    Situasi dan Kondisi Pakannya

    Burung rangkong adalah frugivora (pemakan buah utama), terutama buah-buah ara (Ficus spp.) yang menjadi bagian utama makanannya.

    Mereka juga sesekali memakan serangga, reptil kecil, dan binatang kecil lainnya, saat ini, kondisi pakan alami di hutan Sumatera Barat mengalami tekanan akibat banyaknya penebangan pohon besar penghasil buah, seperti pohon ara dan meranti.

    Persaingan dengan satwa lain dan aktivitas manusia seperti perburuan dan konversi lahan, turut memperparah kondisi ketersediaan pakan.

    Status Konservasi

    Beberapa spesies rangkong yang ditemukan di Sumatera telah masuk daftar merah IUCN dan terancam punah.

    Seperti Rangkong gading yang berstatus Critically Endangered (Kritis), sementara Rangkong badak dan rangkong papan berstatus Vulnerable (Rentan).

    Upaya Pelestarian yang Dapat Dilakukan

    Pelestarian burung rangkong memerlukan pendekatan yang holistik dan kolaboratif antara masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta. Beberapa langkah berikut barangkali penting untuk diambil, yaitu:

    • Perlindungan habitat dan pohon pakan dengan mendorong konservasi hutan, penghijauan, dan pemulihan vegetasi pohon-pohon buah hutan yang menjadi sumber makanan.
    • Perlindungan pohon sarang dalam bentuk pelibatan masyarakat lokal dalam identifikasi dan penjagaan pohon-pohon yang menjadi lokasi sarang rangkong.
    • Kampanye dan edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai peran penting rangkong dalam ekosistem sebagai penyebar biji dan indikator kesehatan hutan.
    • Melakukan riset – riset untuk mendukung kegiatan pemantauan populasi dan wilayah jelajah rangkong secara partisipatif bersama warga lokal dimana rangkong berada.
    • Penegakan hukum untuk mencegah perdagangan ilegal, perburuan, dan penebangan liar melalui pengawasan dan penindakan yang tegas.
    • Skema ekowisata berbasis konservasi yang bertujuan untuk mengenalkan rangkong sebagai daya tarik wisata alam berkelanjutan dengan manfaat langsung bagi masyarakat sekitar.

    Burung rangkong bukan sekadar burung eksotis – ia adalah penjaga hutan tropis, kehadirannya menandakan hutan yang sehat dan lestari.

    Melindungi rangkong berarti menjaga ekosistem hutan Sumatera Barat agar tetap hidup dan produktif, untuk generasi kini dan mendatang.

    Editor: Nanda Bismar
    Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram LinkedIn Copy Link
    Novi Fani Rovika
    • Instagram

    Related Posts

    Eksplorasi 7 Cagar Alam Menakjubkan di Sumatera Barat

    May 19, 2025

    6 Tari Tradisional Minang yang Dipercaya Mengandung Unsur Mistis

    May 19, 2025

    7 Fakta Menarik Padang Mangateh, “New Zealand” ala Sumatera Barat

    May 15, 2025
    Add A Comment

    Comments are closed.

    Top Posts

    Eksplorasi 7 Cagar Alam Menakjubkan di Sumatera Barat

    May 19, 2025

    Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

    December 1, 2022

    5 Things To Do in Mentawai Islands

    December 3, 2022

    5 Kebun Satwa di Sumatera Barat yang Wajib Kamu Kunjungi

    December 4, 2022

    6 Cafe Dengan Pemandangan Samudera Hindia di Kota Padang

    December 5, 2022

    Subscribe to Updates

    Get the latest tech news from FooBar about tech, design and biz.

    Search hotels and more...

    Destination

    Check-in date

    Mon 19 May 2025

    Check-out date

    Tue 20 May 2025
    Booking.com
    Most Popular

    Eksplorasi 7 Cagar Alam Menakjubkan di Sumatera Barat

    May 19, 2025

    Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

    December 1, 2022

    5 Things To Do in Mentawai Islands

    December 3, 2022
    Our Picks

    Eksplorasi 7 Cagar Alam Menakjubkan di Sumatera Barat

    May 19, 2025

    Mengenal 5 Spesies Satwa Liar Sumatera Barat yang Terancam Punah

    May 19, 2025

    6 Tari Tradisional Minang yang Dipercaya Mengandung Unsur Mistis

    May 19, 2025

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    Search hotels and more...

    Destination

    Check-in date

    Mon 19 May 2025

    Check-out date

    Tue 20 May 2025
    Booking.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • About
    • Privacy Policy
    • Our Team
    © 2025 WestSumatra360.com. Designed by Hendri Simon.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

    Sign In or Register

    Welcome Back!

    Login to your account below.

    Lost password?