Kepulauan Mentawai, yang terletak di lepas pantai barat Sumatera Barat, ternyata juga menjadi rumah bagi sejumlah spesies primata unik dan langka.
Dibalik rimbunnya hutan tropis yang mengelilingi Pulau Siberut, Pagai Utara, Pagai Selatan, dan Sipora, tersembunyi harta karun ekologi yang hanya bisa ditemukan di wilayah ini.
Tidak tanggung-tanggung, Kepulauan Mentawai menjadi satu-satunya wilayah di dunia yang menjadi habitat enam spesies primata endemik.
Dimana masing-masing memiliki karakteristik biologis, perilaku sosial, dan adaptasi lingkungan yang khas.
Banyak dari spesies ini saat ini berstatus terancam punah, sehingga mengenal dan menjaga keberadaannya menjadi bagian dari tanggung jawab bersama.
Berikut adalah enam spesies primata yang hanya bisa ditemukan di Kepulauan Mentawai.
1. Simakobu – Lutung Ekor Babi
Simakobu, atau dikenal juga sebagai lutung ekor babi, adalah salah satu primata paling ikonik di Mentawai.
Ciri khas utamanya adalah ekornya yang pendek dan melengkung seperti ekor babi, berbeda dari primata lain yang biasanya memiliki ekor panjang.
Simakobu memiliki tubuh berwarna hitam keabu-abuan dan merupakan satwa yang aktif di siang hari (diurnal).
Mereka hidup berkelompok dalam kawanan kecil dan menjadikan hutan primer sebagai habitat utama.
Saat ini, status konservasi simakobu masuk dalam kategori critically endangered oleh IUCN karena kehilangan habitat dan perburuan.

2. Joja Pagai – Lutung Mentawai
Joja Pagai atau lutung Pagai hanya ditemukan di Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan.
Spesies ini memiliki tubuh berwarna abu-abu dengan dada dan perut berwarna terang, kemudian ekornya panjang dan biasanya lebih cerah dari bagian tubuh lainnya.
Lutung Mentawai hidup dalam kelompok sosial yang terstruktur, dipimpin oleh seekor jantan dominan dan beberapa betina.
Mereka sangat bergantung pada hutan dataran rendah dan pepohonan tinggi untuk berlindung dan mencari makan, seperti buah, daun, dan bunga.
Ancaman utama mereka adalah deforestasi untuk perkebunan dan penebangan kayu secara massif dan ilegal.

3. Joja Siberut – Lutung Siberut
Satu-satunya lutung endemik yang hanya ditemukan di Pulau Siberut adalah Joja Siberut.
Sekilas, mereka mirip dengan Joja Pagai, namun memiliki perbedaan pada warna bulu yang lebih gelap dan bentuk wajah yang lebih khas.
Lutung ini hidup di bagian kanopi hutan dan memiliki suara khas yang digunakan untuk berkomunikasi antar anggota kelompok.
Sebagai penghuni hutan primer, mereka sangat rentan terhadap kerusakan ekosistem.
Hutan Siberut yang mulai terfragmentasi akibat aktivitas manusia membuat kelangsungan hidup Joja Siberut semakin mengkhawatirkan.

4. Bokkoi – Kera Pagai
Bokkoi Pagai adalah kerabat dekat dari monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), tetapi memiliki sejumlah perbedaan fisik dan genetik yang membuatnya menjadi spesies tersendiri.
Spesies ini sangat adaptif dan bisa hidup di berbagai jenis hutan, baik primer maupun sekunder, biasanya ditemukan di Pulau Pagai dan Sipora
Mereka termasuk primata omnivora, memakan buah-buahan, serangga, dan bahkan hewan kecil.
Sayangnya, karena sifatnya yang cenderung mendekati permukiman, bokkoi sering dianggap hama dan menjadi korban konflik manusia-satwa.
Baca Juga Mengenal 5 Spesies Satwa Liar Sumatera Barat yang Terancam Punah
5. Bokkoi Siberut – Kera Siberut
Mirip dengan saudaranya di Pagai, Bokkoi Siberut adalah primata endemik yang hanya bisa ditemukan di Pulau Siberut.
Ciri khasnya adalah warna bulu yang lebih gelap dan tubuh yang sedikit lebih kecil dibanding Macaca pagensis.
Mereka memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan beradaptasi baik dalam menjelajah area hutan.
Bokkoi Siberut termasuk primata sosial dan hidup dalam kelompok besar, namun karena perburuan dan perubahan ekosistem, populasi mereka terus mengalami penurunan.
6. Bilou – Owa Mentawai
Terakhir, tetapi mungkin yang paling terkenal adalah Bilou, atau dikenal sebagai Owa Mentawai.
Ini adalah satu-satunya spesies gibbon endemik di Mentawai, Bilou memiliki lengan panjang khas owa dan suara siulan keras yang sering digunakan untuk menandai wilayah.
Bilou hidup di hutan dataran rendah dan sangat bergantung pada kanopi yang saling terhubung untuk bergerak.
Mereka sangat sensitif terhadap gangguan habitat dan hampir tidak pernah turun ke tanah, Owa ini hidup berpasangan seumur hidup dan sangat setia terhadap pasangannya.
Bilou adalah simbol penting konservasi Mentawai dan telah dijadikan ikon dalam berbagai program pelestarian hutan hujan tropis di wilayah tersebut.
Melindungi Warisan Hayati Mentawai
Keenam primata endemik diatas bukan hanya bagian dari kekayaan fauna Indonesia, tetapi juga aset dunia yang sangat berharga.
Keunikan biologis dan keberadaan mereka yang terbatas hanya di Kepulauan Mentawai menjadikan mereka sangat rentan terhadap perubahan lingkungan dan aktivitas manusia.
Melalui upaya konservasi, perlindungan hutan, dan edukasi masyarakat, diharapkan primata-primata ini dapat terus bertahan hidup dan menjadi warisan mendatang.
Karena mengenal mereka bukan sekadar tentang ilmu, tapi juga tentang menumbuhkan rasa peduli terhadap alam dan kehidupan lain yang berbagi ruang dengan kita.
Editor: Nanda Bismar