Close Menu
  • Home
    • About
    • Privacy Policy
    • UMKM
  • Culture
  • To Do
  • Food
  • Travel Tips
  • Services

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

5 Sate Ini Lagi Viral di Bukittinggi; Sudah Coba Belum?

08/10/2025

Tips & Checklist Liburan Eco Friendly ke Sumatera Barat

07/10/2025

5 Restoran Lokal untuk Pecinta Pizza di Padang: Cita Rasa Otentik Khas Italia

06/10/2025
Facebook X (Twitter) Instagram
Facebook X (Twitter) Instagram
West Sumatra 360
Wednesday, October 8 Login
  • Home
    • About
    • Privacy Policy
    • UMKM
  • Culture
  • To Do
  • Food
  • Travel Tips
  • Services
West Sumatra 360
Home»Wisata»Budaya»Mengenal Pakilia, Tradisi Menyambut Keluarga Baru di Mentawai
Budaya

Mengenal Pakilia, Tradisi Menyambut Keluarga Baru di Mentawai

Yoga PrasetyoBy Yoga Prasetyo20/11/2024
Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
Mengenal Pakilia, Tradisi Menyambut Keluarga Baru di Mentawai
Pakilia - Getty Image/Randika Segah
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Pakilia merupakan suatu tradisi unik yang ada di suku mentawai ketika menyambut keluarga baru dalam tradisi pernikahan adat setempat.

Tradisi ini telah diwariskan selama ratusan tahun dan Suku Mentawai tetap menjaga keaslian budaya mereka meski zaman terus berkembang.

Dalam artikel berikut, West Sumatera 360 akan membahas lebih dalam tentang asal usul Suku Mentawai, kemudian Ritual Pakilia, dan nilai-nilai filosofisnya.

Asal Usul Suku Mentawai

Menurut beberapa pandangan, masyarakat Mentawai memiliki keterkaitan dengan garis keturunan Polinesia, sebuah kelompok etnis yang tersebar di wilayah Pasifik.

Namun, menurut kepercayaan masyarakat Siberut, nenek moyang mereka berasal dari satu suku bernama Uma.

Yang pertama kali mendiami daerah Simatalu, wilayah di Pantai Barat Pulau Siberut.

Dari sana, nenek moyang mereka menyebar ke seluruh pulau dan terpecah menjadi beberapa Uma atau kelompok suku.

Setiap Uma memiliki adat istiadat, struktur sosial, dan tradisi yang diwariskan hingga kini.

Sistem sosial di Suku Mentawai menganut prinsip patrilineal, di mana garis keturunan berdasarkan garis keturunan laki-laki.

Sistem ini memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat Mentawai, termasuk dalam ritual-ritual penting seperti pernikahan.

Mengenal Pakilia, Tradisi Menyambut Keluarga Baru di Mentawai
Pakilia Getty ImageRandika Segah

Ritual Pakilia: Tradisi Sakral dalam Upacara Pernikahan

Salah satu tradisi yang menjadi bagian penting dari budaya Suku Mentawai adalah Ritual Pakilia.

Sebuah prosesi penyambutan anggota baru ke dalam keluarga melalui pernikahan.

Uniknya ritual ini tidak selalu dilakukan dalam setiap upacara pernikahan.

Melainkan hanya jika pihak keluarga memahami struktur dan syair yang harus diucapkan selama prosesi berlangsung.

Ritual Pakilia merupakan warisan Uma Sikaraja, salah satu kelompok Uma di Mentawai, dan biasanya dilakukan oleh masyarakat Mentawai yang beragama Katolik.

Mengenal Pakilia, Tradisi Menyambut Keluarga Baru di Mentawai
Pakilia Getty ImageRandika Segah

Makna dan Tahapan Ritual Pakilia

Ritual Pakilia dilakukan setelah pemberkatan pernikahan di gereja, prosesi ini berlangsung di rumah mempelai pria.

Di mana pengantin wanita secara simbolis bergabung dengan keluarga baru.

Pakilia memiliki beberapa makna, diantaranya adalah simbol penyatuan keluarga baru.

Doa untuk kebahagiaan dan keberlangsungan rumah tangga, serta harapan akan kehidupan yang harmonis.

Berikut adalah tahapan dalam Ritual Pakilia:

1. Persiapan

Sebelum prosesi dimulai, keluarga mempelai pria mempersiapkan perlengkapan seperti 4 ekor ayam muda (shimanosa), 4 ekor katsaira (sejenis ayam hutan khas Mentawai), 1 gendang tradisional (gajumak) dan 1 ekor ayam jago.

Klook.com

2. Prosesi Penyambutan di Jembatan Rumah

Calon pengantin dan pengiringnya berbaris mengenakan kostum adat Mentawai, urutannya adalah teman-teman pengantin di depan, diikuti mempelai wanita, lalu mempelai pria di belakang.

Prosesi dimulai di jembatan rumah mempelai pria, simbol penyatuan keluarga baru dengan keluarga besar pria.

3. Pemotongan Ayam dan Penetesan Darah

Seorang tetua adat yang disebut Shikebkat Uma memotong bagian ujung paru-paru ayam dan menyedot darahnya.

Darah tersebut diteteskan ke wajah kedua mempelai di bagian dahi, pipi, dan hidung sebagai simbol penyatuan dan doa.

4. Pembacaan Sukkat

Tetua adat melanjutkan dengan pembacaan Sukkat, yaitu doa atau syair yang berisi harapan dan nasihat untuk kehidupan rumah tangga pasangan baru.

Tiga paragraf dalam Sukkat masing-masing memiliki makna, paragraf pertama bermakna ibarat pohon palem yang berbuah manis dan melambangkan kehidupan yang bertahap dan harmonis.

Paragraf kedua menggambarkan aliran air sungai, melambangkan perjalanan hidup yang memiliki awal dan akhir dengan berbagai tantangan.

Paragraf ketiga mengibaratkan tebu yang manis, melambangkan pentingnya menjaga martabat keluarga dan menjadi teladan yang baik.

Baca Juga 7 Fakta Menarik Suku Mentawai: Keunikan Dialek & Ragam Tradisi Unik

5. Jalan Jinjit dan Hiburan

Setelah prosesi Sukkat, pasangan pengantin dan pengiringnya berjalan jinjit menuju rumah pengantin perempuan.

Selama perjalanan, keluarga dan kerabat melakukan aksi-aksi lucu, seperti membawa sendok kari atau ketel, untuk menciptakan suasana meriah dan gelak tawa.

6. Penerimaan di Rumah

Ritual diakhiri dengan penerimaan pasangan baru di tangga rumah, dimana seluruh keluarga berkumpul untuk makan bersama sebagai simbol kebersamaan dan persatuan keluarga.

Ayam-ayam yang digunakan dalam prosesi dikumpulkan, sementara katsaira ditempelkan di atap rumah sebagai simbol keutuhan keluarga.

Mengenal Pakilia, Tradisi Menyambut Keluarga Baru di Mentawai
Pakilia Getty ImageRandika Segah

Makna Budaya dan Nilai-Nilai dalam Ritual Pakilia

Prosesi ini tidak hanya melibatkan pengantin, tetapi juga keluarga besar dan kerabat, menunjukkan pentingnya ikatan keluarga dalam kehidupan masyarakat Mentawai.

Pakilia menjadi simbol bagaimana tradisi dan adat istiadat diwariskan dari generasi ke generasi.

Setiap langkah dalam ritual dipenuhi dengan doa dan harapan untuk kebahagiaan serta keharmonisan keluarga baru.

Prosesi tersebut bukan hanya sekadar acara adat, tetapi juga menjadi refleksi nilai-nilai luhur seperti kebersamaan, cinta, dan doa untuk kehidupan yang lebih baik.

Bagaimana? menarik sekali bukan? beritahu kami di kolom komentar tentang budaya dan sejarah yang ingin kamu ketahui tentang Sumatera Barat.

Editor: Nanda Bismar
Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram LinkedIn Copy Link
Yoga Prasetyo
  • Website
  • Instagram

Related Posts

Nagari Ujung Gading: Menelusuri Jejak Suku Mandailing di Ranah Minang

18/09/2025

6 Wisata Budaya & Religi di Sijunjung yang Sarat Sejarah Minangkabau

24/08/2025

Sapo-Sapoan: Pengobatan Alternatif yang Unik dari Minangkabau

13/08/2025
Add A Comment

Comments are closed.

Top Posts

5 Sate Ini Lagi Viral di Bukittinggi; Sudah Coba Belum?

08/10/2025

Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

01/12/2022

5 Things To Do in Mentawai Islands

03/12/2022

5 Kebun Satwa di Sumatera Barat yang Wajib Kamu Kunjungi

04/12/2022

6 Cafe Dengan Pemandangan Samudera Hindia di Kota Padang

05/12/2022

Subscribe to Updates

Get the latest tech news from FooBar about tech, design and biz.

Most Popular

5 Sate Ini Lagi Viral di Bukittinggi; Sudah Coba Belum?

08/10/2025

Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

01/12/2022

5 Things To Do in Mentawai Islands

03/12/2022
Our Picks

5 Sate Ini Lagi Viral di Bukittinggi; Sudah Coba Belum?

08/10/2025

Tips & Checklist Liburan Eco Friendly ke Sumatera Barat

07/10/2025

5 Restoran Lokal untuk Pecinta Pizza di Padang: Cita Rasa Otentik Khas Italia

06/10/2025

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

Facebook X (Twitter) Instagram
  • About
  • Privacy Policy
  • Our Team
© 2025 WestSumatra360.com. Designed by Hendri Simon.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Sign In or Register

Welcome Back!

Login to your account below.

Lost password?