Sumatera Barat memiliki beberapa tradisi unik yang masih dijaga hingga saat ini.
Tradisi tersebut bertujuan untuk berbagai hal, salah satunya adalah menjaga kelestarian alam dan keberlangsungan makluk hidup.
Salah satu tradisi kuno yang masih populer di Sumatera Barat adalah “Ikan Larangan”.
Hingga saat ini setidaknya masih banyak daerah di Sumatera Barat yang masih melakukan praktik tradisi ini.
Ikan Larangan dalam kepercayaan masyarakat Minangkabau menceritakan tentang larangan untuk menangkap atau memakan ikan tersebut.
Karena diyakini akan menimbulkan musibah bagi yang melanggarnya, seperti sakit yang tidak biasa, perut membuncit, atau kesialan lainnya.
Ikan ini hanya boleh dimakan pada hari-hari tertentu, seperti pada acara adat atau hari besar keagamaan, dengan cara ditangkap secara bersama-sama.
Konon, larangan ini berasal dari cerita tentang seseorang yang memiliki kekuatan magis dan memberikan perlindungan pada ikan tersebut, sehingga tidak ada yang berani mencurinya.
Hal ini membuat ikan larangan tetap terjaga, berkembang biak, dan lestari di sungai atau kolam sebagai habitat aslinya.
Awal Mula Tradisi Ikan Larangan
Tidak diketahui secara pasti kapan dan dimana tradisi Ikan larangan ini berkembang pada mulanya.
Tetapi praktik tradisional dipercaya telah dipraktikkan sejak lama bahkan sejak zaman nenek moyang orang Minangkabau.
Jika dilihat kembali dapat diartikan sebagai tradisi yang bertujuan untuk pengelolaan sumber daya alam berbasis kearifan lokal, untuk menjaga populasi ikan dan ekosistem perairan.
Sejarah ikan larangan dapat ditelusuri ke masa lalu, dimana masyarakat setempat mengamati perlunya menjaga keseimbangan alam dan sumber daya ikan di perairan tertentu.
Konsepnya adalah melarang penangkapan ikan dalam jangka waktu tertentu atau di lokasi tertentu, untuk memberikan kesempatan bagi populasi ikan untuk berkembang biak tanpa gangguan.
Praktik ikan larangan tidak hanya sebagai cara menjaga populasi ikan tetapi juga sebagai bagian dari kearifan lokal yang terkait erat dengan kehidupan masyarakat setempat. ‘Kebijakan ini sering kali disesuaikan dengan siklus alam dan kebutuhan komunitas.
Dimana periode penangkapan ikan diberlakukan sesuai dengan musim atau siklus reproduksi ikan di berbagai daerah.
Selama bertahun-tahun, praktik ikan larangan telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Di Sumatera Barat, tradisi ikan larangan masih dijaga dan dipraktikkan dalam upaya menjaga keseimbangan ekosistem perairan serta menjadi daya tarik bagi pariwisata lokal.
Orang Yang Melarang Ikan
Orang yang melakukan larangan terhadap ikan disebut sebagai Datu (orang pandai atau orang pintar).
Cara yang cukup populer dalam melarang ikan dengan menggunakan kumayan (kemenyan dalam bahasa indoesia) yang nanti akan di bakar di dibacakan doa-doa di sungai yang akan ditetapkan sebagai lokasi ikan larangan.
Setelah dilakukan larangan, maka tidak seorang pun diperbolehkan untuk mengambil ikan pada lokasi yang telah ditentukan, hingga nanti dibuka kembali oleh Datu tersebut.
Orang-orang Minang percaya bahwa siapapun yang melanggar hal tersebut akan bernasib sial dan hanya bisa diobati oleh datu atau orang pandai yang melarang ikan di tempat tersebut.
Kepercayaan ini menyebabkan masyarakat setempat tidak berani mengganggu ekosistem dan perairan ikan yang telah di larang.
Sanksi Jika Melanggar
Masyarakat mempercayai bahwa yang mengambil ikan larangan nantinya akan mendapatkan berbagai peristiwa magis seperti perut buncit, mendapatkan penyakit aneh bahkan hingga meninggal dunia.
Namun hal tersebut tentu saja menjadi sebatas mitos yang dipercyai masyarakat setempat.
Terdapat juga berbagai sanksi sosial seperti diejek atau dikucilkan oleh masyarakat dalam lingkungan sosial.
Kemudian juga membayar denda ke nagari jika kedapatan mengambil ikan larangan, besaranya tergantung pada nagari yang bersangkutan.
Hal Menarik Tentang Ikan Larangan
Di hari-hari biasa, orang dilarang menangkap ikan tertentu. Melanggar aturan ini bisa berakibat pada sanksi sosial seperti ejekan dari penduduk sekitar.
Namun, legenda mengenai kutukan bagi mereka yang melanggar larangan tersebut sebenarnya merupakan cerita dari mulut ke mulut.
Hal ini bertujuan untuk mendorong tanggung jawab dan kehati-hatian dalam menjaga ikan tersebut.
Mitos ini memberikan dampak positif dengan mendorong penduduk setempat untuk aktif menjaga kebersihan sungai dan irigasi.
Larangan menangkap ikan juga berarti larangan membuang sampah atau mencemari perairan di sekitarnya.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan ikan yang cepat dan sehat, menjadikan ikan tersebut besar dan menggoda untuk ditangkap.
Pembukaan Sungai Ikan Larangan
Pada beberapa waktu dalam setahun, area ikan larangan dibuka untuk umum di Sumatera Barat.
Saat itu, penduduk diperbolehkan menangkap ikan dengan menggunakan jala atau tangan kosong.
Moment inilah yang ditunggu masyarakat dan bukan hanya masyarakat sekitar tetapi juga dari berbagai daerah.
Terdapa dua sistem pengambilan ikan larangan, yang pertama untuk kalangan umum, artinya semua orang boleh mengambil dengan biaya yang telah ditentukan per orangnya.
Kemudian sistem kelompok, dimana nantinya area Sungai ikan larangan akan dibagi menjadi milik kelompok A, kemudian area kelompok B dan seterusnya.
Jika menggunakan sistem ini berarti area tertentu akan menjadi hak milik kelompok tersebut dalam jangka waktu biasanya 1-3 hari.
Setelah jangka waktu tersebut habis maka areal sungai tersebut akan dilakukan larangan kembali.
Hasil dari uang area Sungai ikan larangan nantinya akan digunakan untuk kepentingan bersama seperti perbaikan jalan desa atau pembangunan tempat ibadah.
Tentunya acara ini menjadi atraksi unik yang menarik bagi wisatawan, dengan banyaknya orang berduyun-duyun ke air untuk menangkap ikan dengan tangan kosong, jala, pancing ataupun senapan ikan.
Ikan Larangan Dijadikan Sebagai Objek Wisata
Di beberapa lokasi, Ikan larangan dijadikan sebagai salah satu objek wisata.
Misalnya seperti ikan larangan Lubuak Landua (Pasaman Barat), Ikan Larangan Aur Begelung (Pesisir Selatan), Ikan Larangan Kubu Koto Bimo (Padang Pariaman), Ikan larangan Lubuak Minturun (Padang) dan masih banyak lainnya.
Biasanya wisatawan menyukai objek wisata ikan larangan karena dapat mandi atau melakukan aktivitas air lainnya bersama dengan ikan yang berenang bebas di dalam sungai.
Jadi bagaimana pendapat mu tentang aturan ikan larangan yang ada di Sumatera Barat? Sangat menarik bukan?
Penting untuk tetap menjaga kelestarian alam dan makluk hidup yang tentu saja bermanfaat untuk kepentingan masa depan.
Ikuti terus kami untuk mengungkap berbagai tradisi menarik lainnya di Sumatera Barat!
Editor : Nanda Bismar