Sumatera Barat seperti tiada habisnya memukau para wisatawan dengan berbagai pesona alam dan kebudayaan yang eksotis.
Salah satunya bahkan dinobatkan sebagai desa terindah di dunia oleh Budget Travel, media pariwisata Amerika Serikat.
Desa tersebut adalah Nagari Tuo Pariangan yang terletak di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.
Bersama dengan Pariangan, Budget Travel juga menyandingkan dengan desa lain di dunia seperti Cresky Krumlov di Ceko, Shirakawa-go di Jepang dan Wengen di Swiss.
Akses menuju Nagari Tuo Pariangan dapat kamu tempuh dari Kota Padang via jalur darat dengan waktu tempuh sekitar dua jam perjalanan dan satu jam perjalanan jika dari Kota Bukittinggi.
Kondisi jalan menuju Pariangan terbilang cukup bagus dan dapat di akses oleh kendaraan roda dua maupun roda empat.
Melirik Sejarah Pariangan
Merujuk pada tambo alam Minangkabau atau cerita asal usul, Nagari Pariangan adalah tempat pertama kali nenek moyang orang Minang bermukim setelah turun dari puncak Gunung Marapi.
Sebelum bernama Pariangan dahulunya bernama Paruangan karena nenek moyang orang Minangkabau menemukan tempat yang kosong atau teruang di tepian Silampang-lampang.
Setelah itu masyarakat awal Minangkabau mulai membangun rumah-rumah untuk tempat tinggal seperti bangunan rumah gadang yang menjadi cikal bakal rumah adat di Minangkabau.
Tidak hanya hidup dan bermukim, cikal bakal masyarakat Minangkabau tersebut juga membentuk aturan dan budaya sendiri yang menjadi rujukan berbagai aturan bermasyarakat di Minangkabau hingga saat ini.
Exploring the Rich History and Culture of Pagaruyung Palace
Melakukan berbagai kegiatan menarik di Pariangan
Berikut beberapa kegiatan yang bisa kamu lakukan di Nagari Pariangan:
1. Menikmati Pesona Alam Pariangan
Salah satu indikator menjadi desa terindah di dunia adalah kondisi alam yang masih terjaga dan asri, hal ini pula tentunya yang melekat pada Nagari Tuo Pariangan.
Jika kamu berkunjung ke Pariangan, maka akan menempuh jalan setapak dalam kondisi bagus, berkelok kelok ditemani oleh pemandangan yang hijau dan asri.
Kamu juga bisa melihat hamparan sawah penduduk dan rimbunan pepohonan yang seolah melindungi kawasan Pariangan.
Karena terletak persis di lereng Gunung Marapi yaitu pada ketinggian sekitar 500-700 mdpl, maka menjadikan Pariangan memiliki hawa yang sejuk dan segar.
2. Rumah Asli Penduduk
Pada umumnya rumah penduduk Nagari Pariangan masih berbentuk rumah adat Minangkabau, dengan ciri khas atap yang runcing menyerupai tanduk kerbau.
Bangunan rumah kebanyakan terbuat dari kayu sehingga menambah kesan klasik dari rumah tersebut.
Kontur tanah yang tidak rata dan cenderung menanjak membuat bangunan rumah adat terlihat seperti membentuk layer atau lapisan dari kejauhan.
Pemadangan seperti lapisan tersebut semakin memberikan kesan yang rapih dan teratur.
3. Masjid Ishlah
Terdapat satu masjid yang cukup unik di Pariangan yaitu Masjid Ishlah dengan arsitektur Dongson ala dataran tinggi Tibet yang masih kokoh berdiri hingga sekarang.
Masjid yang diperkirakan telah berusia ratusan tahun tersebut, pada zamannya dianggap sebagai simbol dari pusat penyebaran agama islam di Pariangan.
Pada acara tertentu, misalnya peringatan maulid Nabi Muhammad SAW maka Masjid Ishlah sangat ramai dipadati oleh pengunjung, karena acara yang digelar biasanya sangat meriah.
Selain itu juga terdapat berbagai tradisi lain yang memuat unsur agama islam yang masih digelar secara turun temurun di masjid ini.
Berkeliling di sekitar masjid maka akan bertemu beberapa pancuran air panas alami yang berasal dari Gunung Marapi yang disebut dengan tapian mandi.
4. Prasasti Pariangan dan Tigo Tungku Sajarangan
Persis di depan Masjid Ishlah terdapat Prasasti Pariangan dan tiga batu memiliki ukuran sama, yang telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya.
Tiga batu tersebut diberi nama Tigo Tungku Sajarangan, dimana pada salah satu batunya terukir tulisan bahasa  sanskerta yang konon katanya ditulis oleh Raja Adityawarman dari Kerajaan Pagaruyung.
5. Makam Datuk Tantajo Garhano
Situs budaya lain yang dapat kamu kunjungi adalah makam Datuak Tantajo Garhano yang disebut juga dengan makam panjang atau pusara panjang.
Konon katanya ukuran makam selalu berubah ketika seseorang mencoba mengukur panjang makam tersebut.
Bangunan makam terlihat dibuat dari bebatuan alami yang ditanami pohon rindang di sekelilingnya, satu catatan penting bahwa pengunjung hanya bisa melihat dari luar area makam untuk menghormati adat setempat.
Berkunjung ke Nagari Tuo Pariangan akan terasa seperti kembali dengan mesin waktu, merasakan kehidupan yang klasik sekaligus juga terdapat sentuhan modern.
Wisata semacam ini dapat mengingatkan pada orang-orang masa lampau dan memberikan wawasan mengenai sejarah masa lalu.
Sekaligus juga bisa menyegarkan mata kamu dengan pemandangan alam yang indah dan masih terjaga keasriannya. Jadi tunggu apalagi? Yuk ke Pariangan!