Dibalik kemegahan budaya Minangkabau yang melingkupi hampir semua daerah di Sumatera Barat, ternyata terdapat sebuah komunitas yang istimewa bernama Mandailing.
Komunitas ini kebanyakan menghuni kawasan Nagari Ujung Gading, Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat.
Keberadaan mereka menjadi bukti konkrit dari harmoni budaya antara Minang dan Mandailing, menciptakan mozaik budaya yang unik dan menarik.
Adapun sejarah singkat Mandailing di Sumatera Barat bermula pada abad ke-18, ketika itu kaum Paderi dari Minangkabau melakukan migrasi ke Natal dan Padang Lawas di Sumatera Utara.
Kedatangan mereka membawa pengaruh budaya Minang dan agama Islam yang kemudian berpadu dengan budaya Batak lokal, membentuk sub-etnis baru, salah satunya adalah Mandailing.
Berdasarkan Sensus Kependudukan tahun 2010, populasi orang Batak Mandailing di Indonesia mencapai 1,7 juta jiwa, dengan 214.000 jiwa di antaranya tinggal di Sumatera Barat.

Perpaduan Budaya Minang dan Mandailing
Meskipun berasal dari akar Suku Batak, Mandailing di Sumatera Barat menunjukkan ciri khas yang unik.
Perpaduan budaya Minang dan Mandailing terlihat nyata dalam berbagai aspek kehidupan sebagai berikut,
Agama
Mayoritas suku Mandailing di Indonesia menganut agama Islam, sama seperti suku Minangkabau
Adat Istiadat
Beberapa adat istiadat Mandailing di Sumatera Barat menunjukkan pengaruh Minangkabau, seperti penggunaan Ulos dengan motif khas dan logat bahasa yang mirip.
Tradisi
Tradisi “Mandi Balimau” menjelang bulan Ramadhan diadopsi dari adat Minang, dimana masyarakat mandi di sungai dengan Bunga Rampai.

Nagari Ujung Gading
Nagari Ujung Gading yang terletak di ujung Utara Sumatera Barat menjadi bukti nyata akulturasi dua budaya antara Minangkabau dan Mandailing.
Jika berkunjung ke Nagari Ujung Gading maka pengunjung dapat merasakan keunikan perbapaduan dua budaya tersebut.
Selain itu pengunjung juga dapat menikmati kuliner yang khas dan juga menyaksikan berbagai kebiasaan dan tradisi yang berkembang di masyarakat Mandailing.
Baca Juga 7 Fakta Menarik Suku Mentawai: Keunikan Dialek & Ragam Tradisi Unik
Lima Marga Mandailing di Sumatera Barat:
Karena berasal dari Suku Batak, maka Mandailing menganut sistem patrilineal yaitu menganut garis keturunan yang berasal dari Bapak/Ayah.
Adapun beberapa marga yang terkenal di Suku Mandailing adalah sebagai berikut,
1. Marga Lubis
Keturunan Si Baitang dan Silangkitang, dikenal sebagai marga yang berani, cerdas, dan terampil.
2. Marga Nasution
Berasal dari Si Baroar, leluhur yang terkenal dengan kearifannya, dikenal sebagai marga yang religius, santun, dan berjiwa pemimpin.
3. Marga Rangkuti
Marga yang relatif baru, namun memiliki peran penting dalam perkembangan wilayah, dikenal sebagai marga yang pekerja keras, ulet, dan pandai bergaul.
4. Marga Pulungan
Menyatakan bahwa asal mereka dari hilir Sungai Batang Gadis, dikenal sebagai marga yang ramah, murah hati, dan memiliki jiwa seni yang tinggi.
5. Marga Batubara
Marga yang berasal dari daerah Batubara, Sumatera Utara, memiliki kedekatan sejarah dan budaya dengan Mandailing, dikenal sebagai marga yang berani, tangguh, dan memiliki jiwa wirausaha.
Perpaduan Budaya yang Harmonis
Meskipun dikelilingi oleh suku Minangkabau, masyarakat Ujung Gading tetap mempertahankan identitas budaya Batak Mandailing mereka.
Hal tersebut tercermin dari beberapa tradisi dan budaya sebagai berikut,
Sistem Keturunan
Berbeda dengan sistem matrilineal Minangkabau, Ujung Gading menganut sistem patrilineal, di mana marga diturunkan dari pihak ayah.
Marga yang dominan di Ujung Gading antara lain Nasution, Lubis, Hasibuan, Harahap, Rangkuti, dan Pulungan.
Upacara Pernikahan Adat
Upacara pernikahan di Ujung Gading memiliki ciri khas tersendiri, menggabungkan tradisi Minang dan Mandailing.
Pada pagi hari, pengantin wanita dijemput dengan adat Minang, mengenakan Suntiang dan pakaian adat Minangkabau.
Kemudian pada siang hari, barulah prosesi pernikahan adat Mandailing berlangsung, dengan pengantin mengenakan Bulang dan Ulos.
Bahasa
Masyarakat Ujung Gading memiliki bahasa sendiri yang merupakan perpaduan bahasa Minang dan Mandailing.
Bahasa ini tidak sama dengan bahasa Minang ataupun bahasa Mandailing standar, namun mudah dipahami oleh penutur kedua bahasa tersebut.
Kuliner
Kuliner di Ujung Gading pun tak kalah menarik. Selain Rendang, masakan khas Minangkabau, Ujung Gading juga menyajikan Mie Gomak, hidangan khas Sumatera Utara.
Tak heran, banyak masakan dan jajanan di Ujung Gading yang hanya bisa ditemukan di nagari ini.
Toleransi dan Kerukunan
Masyarakat Ujung Gading menunjukkan contoh yang gemilang dalam hidup berdampingan dengan damai dan toleransi meskipun terdapat perbedaan budaya dan adat dengan suku Minang di sekitarnya.
Keyakinan yang sama dalam agama Islam menjadi faktor yang menyatukan, memungkinkan kedua suku ini untuk saling menghormati serta menghargai keragaman yang ada.
Destinasi Wisata Budaya yang Menarik
Nagari Ujung Gading merupakan destinasi wisata budaya yang sangat menarik bagi para pecinta budaya dan sejarah.
Keberadaan komunitas Batak Mandailing ditengah dominasi suku Minangkabau menjadi bukti nyata dari kekayaan budaya Sumatera Barat.
Pengunjung tidak hanya dapat merasakan perpaduan budaya yang sangat unik namun juga dapat menikmati kuliner khas, dan belajar lebih dalam tentang tradisi serta kebiasaan masyarakat Mandailing di Ujung Gading.
Editor: Nanda Bismar