Tahukah kamu dengan sastra lisan Sijobang? Atau masih asing dengan sastra lisan asal Minangkabau yang satu ini?.
Sijobang atau Basijobang, adalah salah satu bentuk sastra lisan unik dan menarik di Minangkabau, yang belakangan terancam punah.
Kesenian Sjobang juga telah lama menjadi ciri khas masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota, khususnya di Payakumbuh.
Dalam dialek Minang, kata “Jobang” mengacu pada nama akhir dari Nan Tongga Magek Jabang, tokoh legendaris dalam cerita Sijobang.
Meskipun tergolong sebagai kesenian tradisional, Sijobang ternyata memiliki cerita dan keunikan tersendiri.
Penasaran dengan seluk beluknya? Berikut adalah ulasan menariknya dari West Sumatra 360,
Asal Usul dan Makna Sijobang
Kata “Sijobang” berasal dari kata “Jobang” dalam dialek Minangkabau di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Jobang adalah nama akhir dari Nan Tongga Magek Jabang, yang merupakan tokoh utama dalam cerita Sijobang.
Cerita ini mengisahkan petualangan, keberanian, dan kebijaksanaan Nan Tongga dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan.
Orang yang menceritakan Sijobang disebut tukang Sijobang. Ia adalah seorang ahli yang mampu merangkai kata-kata dan melantunkan cerita dengan irama yang memukau.
Tukang Sijobang sering kali diundang untuk tampil dalam berbagai acara adat dan perayaan masyarakat Minangkabau.
Keunikan kesenian Sijobang terletak pada alat musik pengiringnya, yaitu korek api.
Namun, secara modern juga ada yang menggunakan kecapi sebagai alat musik pengiring.
Jenis lagu yang dimainkan dalam Sijobang meliputi Lagu Angkek Pariaman, Lagu Sungai Talang, Lagu Concang Munin, dan Lagu Piaman.
Kesenian yang Kaya Nilai Budaya
Sijobang bukan hanya sekedar hiburan, melainkan juga sarat dengan nilai-nilai budaya dan moral.
Sering juga dianggap sebagai seni bercerita yang mengisahkan ketokohan seseorang.
Cerita yang sangat populer dalam Sijobang adalah Anggun Nan Tongga Magek Jabang.
Meskipun ada banyak cerita yang disampaikan, induk dari semua cerita tersebut adalah Kaba Anggun Nan Tongga Magek Jabang.
Pertunjukan Sijobang biasanya diadakan dalam berbagai acara adat seperti sunatan, pesta pernikahan, hingga baralek pangulu di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Melalui cerita Nan Tongga, pendengar diajak untuk memahami pentingnya keberanian, ketekunan, dan kebijaksanaan dalam menghadapi kehidupan.
Selain itu, Sijobang juga mengandung nilai-nilai adat Minangkabau seperti gotong royong, hormat kepada orang tua, dan tanggung jawab sosial.
Dalam setiap pertunjukan Sijobang, tukang Sijobang tidak hanya bercerita tetapi juga berinteraksi dengan penonton.
Mereka sering kali menggunakan humor dan permainan kata-kata untuk menarik perhatian penonton, sehingga suasana menjadi lebih hidup.
Interaksi ini membuat pertunjukan Sijobang menjadi dinamis dan selalu segar, meskipun ceritanya mungkin sudah sering didengar.
Baca Juga Pasambahan, Sastra Lisan Dari Minangkabau
Sijobang Dalam Kehidupan Modern
Saat ini, pertunjukan Sijobang juga menjadi media silaturahmi bagi masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota.
Kesenian Sijobang telah banyak dikembangkan dalam berbagai bentuk baru oleh seniman akademisi maupun non-akademisi.
Beberapa seniman dan grup yang mengembangkan kesenian ini adalah Group Musik Talago Bumi dengan karya “Galuik Sijobang” dan La Gandie Jazz Etnic dengan karya “Sijobang Dalam Ritem,” serta banyak lainnya.
Upaya Pelestarian Sijobang
Upaya pelestarian Sijobang tidak lepas dari peran para tukang Sijobang dan pecinta budaya.
Mereka berusaha keras untuk tetap mempertahankan orisinalitas dan keaslian cerita serta gaya penceritaan Sijobang.
Selain itu, pelatihan dan workshop bagi generasi muda juga sering diadakan agar mereka tertarik dan mampu menjadi tukang Sijobang yang handal.
Tonton Video Kesenian Sijobang disini
Masa Depan Sijobang
Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Lima Puluh Kota, menonton pertunjukan Sijobang bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Mereka tidak hanya disuguhi cerita yang menarik, tetapi juga diajak untuk memahami dan merasakan kekayaan budaya Minangkabau.
Pedendang Sijobang yang terkenal di Kabupaten Lima Puluh Kota antara lain:
- Tuen Islamidar dari Nagari Talang Maur, Kecamatan Mungka, Kabupaten Lima Puluh Kota
- Datuk Kodo dari Nagari Sungai Talang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota
Melalui cerita Nan Tongga Magek Jabang, masyarakat Minangkabau dapat belajar dan meresapi nilai-nilai kehidupan yang berasal dari zaman nenek moyang.
Walaupun menghadapi tantangan di era modern, dengan upaya pelestarian yang terus dilakukan, Sijobang diharapkan dapat terus hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Sebagai bagian dari warisan budaya tak benda Minangkabau, Sijobang tidak hanya penting untuk dilestarikan tetapi juga diperkenalkan kepada dunia.
Bagaimana? Menarik sekali bukan ulasan mengenai Sijobang, semoga menambah wawasan dan pengetahuan tentang kekayaan sejarah dan budaya Minangkabau.
Terus ikuti West Sumatra 360, untuk informasi mengenai budaya Sumatera Barat lainnya.
Editor: Nanda Bismar