Talempong Batu merupakan salah satu cagar budaya yang ada di Sumatera Barat, tepatnya berada di Nagari Talang Anau, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota.
Dinamakan Talempong Batu karena mampu mengeluarkan suara dengan bunyi yang unik serta dibumbui cerita magis dibaliknya.
Lalu apa saja kisah menarik lainnya tentang Talempong Batu? Berikut West Sumatra 360 mengulasnya untuk kamu,
Akses ke Lokasi
Kota Sarilamak menjadi akses terdekat menuju situs Talempong Batu yang hanya berjarak sekitar satu jam perjalanan darat menuju Nagari Talang Anau.
Jika berangkat dari Kota Padang, kamu akan bergerak sejauh 160 km menuju Kabupaten Lima Puluh Kota yang selanjutnya menelusuri jalan hingga ke Nagari Talang Anau.
Aksesnya tentu saja cukup bagus dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat hingga ke lokasi situs.
Cerita Rakyat Talempong Batu
Menurut beberapa cerita lisan yang berkembang di masyarakat, Talempong Batu ditemukan oleh seorang ulama terkenal masa itu yaitu Syekh Syamsudin sekitar abad ke 12 Masehi.
Diceritakan bahwa awal mula penemuan batu berasal dari mimpi Syekh masa itu, beliau mengaku didatangi oleh seseorang yang menggunakan jubah putih, berjenggot panjang dan bersorban.
Sosok tersebut meminta syekh untuk mencari satu benda yang bermanfaat bagi anak cucunya kelak jika disatukan, selain itu juga terlihat beberapa titik cahaya yang muncul seperti menerangi suasana yang gelap gulita.

Walaupun mendapat mimpi yang aneh, tetapi Syekh Syamsudin tidak langsung percaya, hingga mimpi yang sama datang terus menerus selama tiga hari berturut-turut.
Mendapatkan kondisi yang tidak lazim dengan mimpi yang terus berulang, membuat Syekh akhirnya memutuskan untuk menelusuri seisi kampung hingga hutan untuk mencari benda yang dimaksud.
Setelah beberapa waktu pencarian, hingga terasa lelah, Syekh Syamsudin justru tidak menemukan benda yang ia cari.
Akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat di bawah sebatang pohon besar, dalam istirahat dia memukulkan tongkatnya mencoba menghibur diri.
Namun alangkah kagetnya dia mendengar suara bunyi dari batu yang tidak sengaja ia pukul dengan tongkat tersebut.
Kemudian, merasa bahwa apa yang dicarinya telah ditemukan sehingga ia pun melanjutkan untuk mencari ke titik berikutnya.
Setelah beberapa saat berkeliling, semua batu terkumpul, lalu Syekh Samsudin pun mengikat batu tersebut dengan sebatang lidi yang terbuat dari daun kelapa muda lalu menariknnya hingga masuk ke perkampungan.
Sesampainya di perkampungan, Syekh kemudian menggali sebuah lubang seperti persegi panjang lalu menyusun bambu dengan posisi melintang untuk meletakkan susunan batu yang telah diangkut dari dalam hutan.
Sejak saat itu, batu tersebut menjadi hiburan sekaligus pertanda bagi masyarakat setempat berkat nada dan irama yang dihasilkan ketika dipukul.
Selang beberapa waktu ayah dari Syekh Syamsudin meninggal dunia hingga membuat suasana kampung dalam keadaan berduka dan juga sedikit mencekam, tak lama setelah itu masih disaat suasana berduka ibunya pun meninggal dunia.
Kondisi kehilangan kedua orang tua membuat Syekh Syamsudin menjadi lebih pendiam, dia sering terlihat melamun sambil memainkan talempong batunya.
Beberapa cerita juga menjelaskan bahwa sosok Syekh Syamsudin juga bisa menghilang, kadang terlihat kadang tidak terlihat di lokasi Talempong Batu hingga akhirnya benar-benar menghilang tanpa kabar apapun.
Dengan tidak adanya kabar yang pasti mengenai kehilangan Syekh Syamsudin, masyarakat setempat pun memberikan gelar “Tuanku Nan Hilang” pada sosok Syekh Syamsudin.
Selain itu, untuk menghormati beliau Talempong Batu pun dianggap sebagai benda keramat dan sakti kebanggaan masyarakat Talang Anau, setiap pendatang pun juga diminta untuk berlaku sopan santun ketika bertamu ke Talang Anau.
Batu Angkek-Angkek, Batu Peramal dari Tanah Datar
Talempong Batu Sekarang
Berdasarkan cerita masyarakat setempat bahwa Talempong Batu merupakan batu yang mampu mengeluarkan bunyi nada yang berirama.
Cerita lain juga menyebutkan agar batu dapat berbunyi ketika dipukul terlebih dahulu harus menjalan ritual seperti diasapi kemenyan putih.
Konon apabila ritual tersebut tidak dilakukan maka talempong tidak akan berbunyi dan orang yang ingin memukul tersebut akan terkena penyakit yang sangat susah untuk disembuhkan.
Pada dasarnya, Talempong Batu adalah batu dengan ukuran memanjang yang disusun berjejer diatas bambu yang dilindungi satu bangunan tepat di halaman Balai Adat Nagari Talang Anau.
Saat ini Talempong Batu masih kerap digunakan oleh masyarakat setempat untuk berbagai ritual adat dan juga diyakini mampu mengeluarkan bunyi sendiri pertanda akan terjadi sesuatu yang buruk atau musibah.
Beruntungnya untuk melindungi situs cagar budaya, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah menetapkan Talempong Batu sebagai benda cagar budaya dengan nomor register No. 18/BCB-TB/A/10/2007 sekaligus menjadi objek wisata budaya yang dapat dikunjungi oleh wisatawan.
Dengan telah dibukanya untuk wisata umum, Talempong Batu pun dapat dikunjungi sepanjang tahun, bahkan beberapa pengunjung juga tertarik untuk mencoba memukul talempong agar mengeluarkan bunyi.
Menarik sekali bukan? Jika kamu berkunjung ke Lima Puluh Kota jangan lupa mampir di Talang Anau ya, dan terus ikuti kamu untuk informasi menarik lainnya tentang Sumatera Barat!