Close Menu

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    What's Hot

    Healing Sambil Gaming? Ini 5 Rental PS Paling Cozy di Kota Padang

    12/07/2025

    5 Bookstore Pilihan di Bukittinggi: Surga Kecil Bagi Pencinta Buku

    11/07/2025

    5 Spot Sunset Terbaik, Menikmati Romantisme Senja di Kota Padang

    11/07/2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram
    West Sumatra 360
    Sunday, July 13 Login
    • Home
      • About
      • Privacy Policy
      • UMKM
    • Culture
    • To Do
    • Food
    • Travel Tips
    West Sumatra 360
    Home»Wisata»Edukasi»8 Benteng Bersejarah Penuh Nilai Budaya di Ranah Minang
    Edukasi

    8 Benteng Bersejarah Penuh Nilai Budaya di Ranah Minang

    Novi Fani RovikaBy Novi Fani Rovika06/07/2025
    Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
    8 Benteng Bersejarah Penuh Nilai Budaya di Ranah Minang
    Monumen Benteng Bukit Tajadi
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Benteng – benteng yang ada di Sumatera Barat jelas menyimpan atau setidaknya menjadi saksi sejarah masa lampau yang kini menjadi salah satu objek wisata yang populer.

    Dibalik reruntuhan bangunan – bangunan tersebut, seolah menjadi saksi bisu dalam perjalanan sejarah pada masanya.

    Mulai dari sisa pertahanan kolonial, hingga basis perjuangan tokoh lokal yang menyimpan kisah masa lalu mengagumkan, benteng – benteng tersebut tersebar dari pesisir hingga pedalaman.

    Berlokasi di titik-titik strategis, keberadaan sebuah benteng seolah menjadi saksi bisu perlawanan masyarakat lokal Minangkabau terhadap penjajah.

    Baik Belanda, Portugis, maupun Jepang, dimana saat ini banyak dari benteng tersebut dijadikan sebagai objek wisata sejarah dan budaya.

    Menawarkan pengalaman menarik bagi wisatawan yang ingin menyelami kisah masa lampau.

    Mengunjungi benteng tua bukan sekadar wisata sejarah, tetapi juga memahami Sumatera Barat menjadi persilangan budaya, arena konflik, dan pusat pertahanan strategis pada masanya.

    Masing-masing benteng menghadirkan cerita berbeda tentang perlawanan, perdagangan, diplomasi dan ekspansi colonial yang masih membekas dalam jejak arsitektur dan lanskapnya.

    Berikut adalah ulasan menariknya dari West Sumatra 360 tentang beberapa benteng penting di Sumatera Barat yang layak untuk dikunjungi:

    1. Benteng Huta Nauli – Jejak Peradaban Tua di Tanah Rao, Pasaman

    Benteng Huta Nauli juga dikenal sebagai Benteng Rorak, merupakan sebuah benteng bersejarah yang terletak di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

    Benteng ini berbentuk dasar segi empat dan berada di puncak bukit di wilayah Jorong Huta Nauli, Kenagarian Tarung-Tarung, Kecamatan Rao.

    Menghadap ke bagian timur dan barat benteng yang juga berbentuk melengkung seperti “seleka” (alat tenun tradisional).

    Benteng Huta Nauli merupakan salah satu benteng pertahanan yang dibuat oleh Belanda pada masa Perang Padri (1803-1837).

    Didirikan di atas bukit yang berada di ujung jurang, bertujuan supaya Belanda dapat mengamati pergerakan musuh pada bagian lembah di bawahnya.

    Pertahanan Belanda di benteng ini akhirnya dapat ditembus oleh rakyat, setelah itu, Belanda memindahkan pusat pertahanannya ke Benteng Amerongen.

    Wilayah di sekitar Benteng Huta Nauli dulunya adalah bagian dari Kerajaan Panai, sebuah kerajaan Buddhis yang pernah berjaya di Pesisir Timur Sumatera Utara sekitar abad ke 11.

    Wilayah ini dulunya merupakan perlintasan penting antara dataran tinggi Minangkabau dan daerah Batak.

    Nama “Huta” sendiri dalam bahasa Batak berarti kampung atau benteng, menunjukkan akulturasi budaya yang kuat di wilayah ini.

    Benteng Huta Nauli diyakini sudah ada sejak abad ke-18 dan menjadi pusat pertahanan dan pemukiman rakyat.

    Bentuk struktur benteng berupa tanah yang ditinggikan membentuk pertahanan alami, kemudian di sekitar benteng juga ditemukan artefak, sisa-sisa rumah tradisional.

    2. Benteng Amerogen – Jejak Arsitektur Kolonial di Pasaman 

    Selain Benteng Huta Nauli, terdapat juga benteng lain di Rao yang juga menjadi saksi sejarah, yaitu Benteng Amerongen.

    Sebuah benteng yang sempat menjadi pusat pertahanan Belanda setelah meninggalkan Benteng Huta Nauli karena berhasil ditembus oleh rakyat saat perang padri berlangsung.

    Benteng Amerongen adalah sebuah benteng yang dibangun pada masa penjajahan oleh Belanda di Rao, Pasaman, Sumatera Barat.

    Benteng ini menjadi saksi bisu pertempuran antara pasukan Padri yang dipimpin oleh Tuanku Tambusai dan tentara Belanda.

    Fungsi utama benteng adalah sebagai pos militer untuk mengawasi gerakan pasukan Padri yang semakin meluas di daerah pedalaman Sumatera Barat.

    Dibangun oleh Belanda sebagai bagian dari upaya mereka untuk menguasai wilayah Rao dan sekitarnya.

    Pada tahun 1833, benteng Amerongen sempat dikepung selama 40 hari oleh pasukan Padri, dan akhirnya ditinggalkan oleh Belanda setelah terkepung.

    Serangan dan pengepungan Benteng Amerongen oleh pasukan Padri merupakan bagian dari Perang Padri yang berlangsung di Sumatera Barat pada abad ke-19.

    Lokasi Benteng Amerongen dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat dari pusat Kecamatan Rao.

    Berdekatan dengan Benteng Huta Nauli, yaitu di Kanagarian Tarung – Tarung, Rao – Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

    Benteng Amerongen memiliki bentuk persegi empat dan dikelilingi oleh gundukan tanah setinggi 2 – 7 meter.

    Walaupu tidak banyak tersisa dalam bentuk fisik, bekas tapak dan struktur pondasi benteng masih bisa dikenali di beberapa bagian.

    Lokasi benteng juga menawarkan nilai edukatif bagi penelusuran sejarah kolonialisme Belanda di daerah pedalaman.

    Akses dan Tips Mengunjungi

    Dari Kota Bukittinggi, perjalanan ke Rao dapat ditempuh sekitar 5–6 jam via jalur darat ke arah utara.

    Kamu bisa menyewa kendaraan pribadi atau menggunakan transportasi umum ke Lubuk Sikaping Pasaman, lalu lanjut ke Kecamatan Rao.

    3. Benteng Bukit Tajadi – Pertahanan Kaum Padri di Bonjol

    Terletak di Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, Benteng Bukit Tajadi menjadi pusat pertahanan strategis dan markas penting bagi Tuanku Imam Bonjol dan pengikutnya.

    Dalam Perang Padri (1803 – 1837) melawan Belanda, Bukit Tajadi dipilih karena letaknya yang strategis dan mampu mengawasi pergerakan lawan dari berbagai arah.

    Selain nilai sejarahnya, bukit ini menawarkan pemandangan lanskap perbukitan yang menawan dengan lokasi tidak jauh dari Tugu Khatulistiwa Bonjol.

    Benteng ini menjadi bagian dari situs sejarah yang terintegrasi dengan Museum Tuanku Imam Bonjol dan Tugu Khatulistiwa di Pasaman.

    Selain itu, pengunjung juga bisa merasakan sensasi berdiri di garis khatulistiwa sekaligus menyelami semangat perlawanan tokoh nasional Indonesia.

    Akses dan Tips Mengunjungi:

    Bonjol dapat diakses dari Kota Bukittinggi menuju arah utara dalam waktu lebih kurang 2 jam perjalanan darat.

    Gunakan kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi untuk mencapai lokasi, akses jalan sangat baik dengan lokasi tidak jauh dari jalan raya.

    Menariknya lagi, lokasi benteng sudah terintegrasi dalam kawasan wisata sejarah Bonjol, sehingga mudah dijangkau oleh pengunjung.

    8 Benteng Bersejarah Penuh Nilai Budaya di Ranah Minang
    Benteng Bukit Tajadi di Bonjol

    4. Benteng Parit Batu – Situs Bekas Kerajaan Daulat Parit Batu

    Benteng Parit Batu adalah sebuah situs bersejarah yang terletak di Jorong Bandarejo, Kanagarian Lingkuang Aua, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat – Sumatera Barat.

    Bangunan benteng tesebut berdiri di kawasan situs bekas Kerajaan Daulat Parit Batu, Benteng Parit Batu dikenal juga dengan nama Kampung Lama Parit Batu.

    Bangunan Benteng Parit Batu berdenah persegi panjang berukuran 150 x 100 meter, berupa dinding setebal 1,25-2 meter, yang tersusun dari bebatuan andesit.

    Tinggi dinding Benteng Parit Batu antara 1,5 hingga 2 meter, dimana lokasi Benteng Parit Batu diapit oleh Sungai Batang Tomani dan Sungai Batang Tipo.

    Sejarah Singkat Benteng Parit Batu:

    Benteng Parit Batu merupakan peninggalan Kerajaan Daulat Parit Batu, yang merupakan bagian dari Kerajaan Pagaruyung.

    Berdasarkan gelar raja-raja Kerajaan Parit Batu yang bergelar Tuanku, diperkirakan kerajaan ini berdiri pada periode Islam di Sumatera Barat.

    Gelar Tuanku sendiri merupakan gelar tertinggi di Minangkabau untuk seseorang yang mendapatkan pendidikan agama di surau.

    Walaupun demikian, waktu kapan pasti berdirinya Kerajaan Daulat Parit Batu masih menjadi perdebatan hingga saat ini.

    Oleh karena itu tidak banyak informasi yang bisa digali sebenarnya dari Benteng Parit Batu.

    Namun diyakini bahwa Benteng ini dibangun oleh penguasa Kerajaan Daulat Parit Batu sekitar tahun 1901 atas perintah Pemerintah Hindia Belanda.

    Setelah pembangunannya selesai, dilakukan perpindahan permukiman penduduk ke sekitar benteng.

    8 Benteng Bersejarah Penuh Nilai Budaya di Ranah Minang
    Benteng Parit Batu Pasaman Barat

    5. Benteng Fort de Kock – Bukittinggi: Jejak Kolonial Belanda di Bukittinggi

    Benteng Fort de Kock dibangun oleh Belanda pada tahun 1825 saat Perang Padri berkecamuk, Letaknya yang strategis di atas bukit membuat benteng ini menjadi titik pertahanan penting.

    Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer dan diberi nama Fort de Kock untuk menghormati Jenderal Hendrik Merkus de Kock, tokoh militer Belanda yang memimpin Perang Padri.

    Kini, Fort de Kock telah direvitalisasi menjadi taman kota yang dilengkapi dengan Jembatan Limpapeh, yang menghubungkan benteng dengan Kebun Binatang Bukittinggi.

    Di lokasi benteng, pengunjung bisa menyaksikan panorama Bukittinggi dari ketinggian dan mengenang masa lalu lewat sisa bangunan meriam dan menara pandangnya.

    Akses dan Tips Kunjungan

    Benteng Fort De Kock terletak di pusat kota Bukittinggi dan mudah diakses, harga tiket masuk sangat terjangkau dan bisa sekaligus mengunjungi kebun binatang.

    Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi atau sore hari untuk menghindari panas terik, kemudian juga penting untuk tetap menjaga kebersihan lokasi wisata ini.

    8 Benteng Bersejarah Penuh Nilai Budaya di Ranah Minang
    Benteng Fort de Cock

    6. Benteng Van Der Capellen – Batusangkar: Benteng Peneguh Kekuasaan Belanda di Tanah Datar

    Benteng ini dibangun pada tahun 1822 saat Belanda mulai memperluas kekuasaan ke wilayah pedalaman Minangkabau.

    Diambil dari nama Jenderal Godert van der Capellen, dan langsung menjadi pusat kekuatan militer Belanda di wilayah Tanah Datar.

    Kini, benteng tersebut bertransformasi menjadi Museum Fort van der Capellen yang bisa dijumpai di pusat Kota Batusangkar.

    Menyimpan berbagai artefak sejarah, informasi Perang Padri, dan diorama kehidupan masyarakat Minang di masa lampau.

    Kawasan sekitar benteng juga dikembangkan sebagai ruang publik yang sering digunakan untuk kegiatan seni dan budaya.

    Akses dan Tips Kunjungan

    Benteng ini berada di jantung Kota Batusangkar dan sangat mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi.

    Cocok dikunjungi oleh wisatawan yang ingin mengombinasikan wisata sejarah dan budaya Minangkabau, karena juga tidak jauh dari Istano Basa Pagaruyung.

    Baca Juga 5 Goa Terindah di Sumatra Barat, Destinasi Wajib Untuk Pecinta Petualangan

    7. Benteng Emmahaven – Padang: Benteng Pesisir yang Dijaga Meriam dan Lautan

    Benteng Emmahaven adalah sebuah benteng pertahanan pantai yang dibangun Belanda pada akhir abad ke – 19.

    Sekarang, Benteng Emmahaven dikenal sebagai Pelabuhan Teluk Bayur, dimana dulunya Benteng Emmahaven adalah pelabuhan tua di pesisir Kota Padang, yang dibangun oleh Belanda.

    Belanda membangun benteng ini bertujuan untuk melindungi pelabuhan Teluk Bayur yang strategis.

    Lokasinya langsung menghadap langsung ke Samudra Hindia menjadikan benteng ini sangat penting bagi aktivitas perdagangan dan militer.

    Pembangunannya dimulai pada tahun 1888 yang didesain oleh J.P. Yzerman, kemudian diresmikan sekitar akhir tahun 1892 – 1893.

    Benteng Emmahaven beroperasi bersamaan dengan dibukanya jalur kereta api Teluk Bayur – Padang, Padang Panjang – Muaro Sijunjung.

    Nama Emmahaven diambil dari nama Ratu Emma dari Belanda, ibu dari Ratu Wilhelmina.

    Pelabuhan ini menjadi pintu gerbang utama untuk ekspor – impor barang dari dan ke Sumatera Barat, serta menjadi pelabuhan tersibuk di Hindia Timur pada masanya.

    Walaupun sebagian besar benteng sudah tidak difungsikan, beberapa bagian sisa bangunan meriam dan dinding batu masih bisa ditemukan di sekitar kawasan pelabuhan.

    Akses dan Tips Kunjungan

    Benteng ini bisa dikunjungi dengan menuju ke kawasan pelabuhan Teluk Bayur di Kota Padang,  disarankan untuk berkoordinasi dengan pihak terkait jika ingin menjelajah lebih jauh.

    8. Benteng Jepang – Bukit Gado-Gado, Padang: Sisa-Sisa Pendudukan Jepang di Gunuang Padang

    Selain Belanda, Jepang juga meninggalkan jejak sejarah berupa benteng pertahanan di berbagai wilayah, termasuk di Bukit Gado-Gado, Padang.

    Benteng Jepang ini berupa terowongan bawah tanah dengan ruang – ruang pertahanan yang dibangun di perbukitan menghadap ke laut lepas.

    Lokasi ini kini menjadi bagian dari “wisata alam dan sejarah Kota Padang”, sekaligus menjadi spot favorit untuk menikmati sunset.

    Di sepanjang jalur trek menuju puncak, kita akan menyaksikan beberapa bangunan benteng bahkan meriam besar peninggalan Jepang.

    Akses dan Tips Kunjungan

    Berada tidak jauh dari Pantai Padang, lokasi ini bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

    Waktu terbaik untuk naik adalah sore hari menjelang matahari terbenam, namun tetap berhati-hati karena jalan cukup menanjak.

    Mengapa Keberadaan Benteng Perlu dijaga?

    Berwisata ke benteng – benteng bersejarah di Sumatera Barat bukan sekadar perjalanan fisik, tapi juga perjalanan batin menelusuri jejak masa lalu yang membentuk jati diri bangsa.

    Dengan kombinasi sempurna antara panorama, nilai sejarah, dan kemudahan akses, benteng-benteng ini layak menjadi bagian penting dalam rute wisata edukatif di Ranah Minang.

    Benteng-benteng bukan hanya warisan arsitektur atau situs sejarah, tetapi juga jejak nyata dari perjuangan rakyat Minangkabau dan interaksi panjang dengan kekuatan asing.

    Menyimpan kisah tentang perlawanan, strategi militer, dan dinamika sosial-politik yang membentuk Sumatera Barat hari ini.

    Menjaga benteng berarti menjaga identitas dan sejarah, pelestarian bisa dilakukan melalui pengelolaan yang baik, edukasi publik, dan menjadikannya bagian dari ekowisata berkelanjutan.

    Editor: Nanda Bismar
    Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram LinkedIn Copy Link
    Novi Fani Rovika
    • Instagram

    Related Posts

    7 Fakta Unik Rumah Gadang Minangkabau

    05/07/2025

    5 Fakta Menarik Lembah Anai yang Wajib Kamu Tahu

    05/07/2025

    9 Situs dan Bangunan Cagar Budaya di Batusangkar

    13/06/2025
    Add A Comment

    Comments are closed.

    Top Posts

    Healing Sambil Gaming? Ini 5 Rental PS Paling Cozy di Kota Padang

    12/07/2025

    Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

    01/12/2022

    5 Things To Do in Mentawai Islands

    03/12/2022

    5 Kebun Satwa di Sumatera Barat yang Wajib Kamu Kunjungi

    04/12/2022

    6 Cafe Dengan Pemandangan Samudera Hindia di Kota Padang

    05/12/2022

    Subscribe to Updates

    Get the latest tech news from FooBar about tech, design and biz.

    Search hotels and more...

    Destination

    Check-in date

    Check-out date

    Booking.com
    Most Popular

    Healing Sambil Gaming? Ini 5 Rental PS Paling Cozy di Kota Padang

    12/07/2025

    Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

    01/12/2022

    5 Things To Do in Mentawai Islands

    03/12/2022
    Our Picks

    Healing Sambil Gaming? Ini 5 Rental PS Paling Cozy di Kota Padang

    12/07/2025

    5 Bookstore Pilihan di Bukittinggi: Surga Kecil Bagi Pencinta Buku

    11/07/2025

    5 Spot Sunset Terbaik, Menikmati Romantisme Senja di Kota Padang

    11/07/2025

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    Search hotels and more...

    Destination

    Check-in date

    Check-out date

    Booking.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • About
    • Privacy Policy
    • Our Team
    © 2025 WestSumatra360.com. Designed by Hendri Simon.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

    Sign In or Register

    Welcome Back!

    Login to your account below.

    Lost password?