Mando’a merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan sebagai ucapan rasa syukur ataupun ketika dalam kondisi terdapat berita duka di masyarakat Minangkabau.
Mando’a adalah hasil akulturasi kebudayaan Islam dengan kebiasaan masyarakat Minang di Sumatera Barat.
Sesuai kepercayaan masyarakat Minang, tradisi Mando’a merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan keagamaan Islam di Sumbar.
Tradisi ini memiliki nilai yang hampir sama yaitu berharap kepada Tuhan tentang segala kebaikan dan pengharapan yang baik.
Salah satu yang unik adalah sebelum Mando’a biasanya dipersiapkan cawan api, yaitu semacam wadah kecil yang diisi dengan kemenyan yang telah dibakar sebagai bentuk wangi-wangian.
Penggunaan cawan api bukan tanpa sebab, masyarakat Minangkabau percaya melalui asap dan bau dari kemenyan dapat memanggil arwah para nenek moyang dan berharap hubungan mereka lebih dekat.
Tradisi Mando’a
Tradisi mando’a biasanya dilakukan pada rangkaian kegiatan upacara adat dan keagamaan Minangkabau.
Misalnya dilakukan ketika ada kemalangan dengan jumlah bilangan ganjil seperti tiga hari, tujuh hari, empat belas hari, dua puluh satu hari bahkan hingga 100 hari.
Begitu juga Mando’a biasa dilakukan pada rangkaian acara turun mandi anak, akikah, menjelang puasa Ramadhan, sebelum hari raya Idul Fitri, khitanan, ataupun ketika mendapatkan sesuatu yang dicapai sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta.
Biasanya tradisi Mando’a dipimpin oleh pemuka agama atau pemuka adat setempat. Dalam tradisi ini bukan hanya sebatas berdo’a kepada Tuhan, tetapi juga biasanya ditutup dengan makan bersama atau bajamba.
Tuan rumah biasanya akan menyiapkan berbagai hidangan untuk Mando’a yang diurus oleh pihak perempuan tuan rumah bersama kaum ibu-ibu tetangga, sanak saudara dan lainnya.
Kapan Mando’a Dilaksanakan
Tradisi Mando’a dapat dilaksanakan dalam berbagai kegiatan keagamaan dan upacara adat apapun, dengan maksud mengirimkan do’a kepada sang pencipta.
Waktu yang jamak untuk tradisi Mando’a adalah pada waktu malam hari setelah shalat Isya. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dengan tradisi Mando’a, seperti,
- Ketika memperingati kematian biasanya di hari ke 3,7,14,21,40,100,
- Memperingati upacara keagamaan seperti maulid Nabi, Khatam Al-Qur’an,
- Mandoa dalam berbagai upacara adat seperti pernikahan, khitan, turun mandi,
- Ketika bernazar atau mendapatkan keinginan/pencapaian,
- Sebelum dan setelah bulan Ramadhan,
- Menjelang hari raya idul fitri,
- Dan kegiatan keagamaan lainnya.
Mando’a pada pelaksanaannya juga berbeda-beda di tiap daerah di Sumatera Barat, bergantung pada tradisi masyarakat setempat dan biasanya terdapat rangkaian acara yang telah dibuat sedemikian rupa.
Berikut beberapa tradisi Mando’a yang dilakukan pada beberapa daerah di Sumatera Barat:
Baca Juga Tradisi Ma Apam dan Sambareh di Bulan Rajab
· Solok
Salah satu tradisi Mando’a di Kabupaten Solok adalah dilakukan sesudah hari raya Idul Fitri dengan menyiapkan hidangan nasi, lauk pauk dan lainya.
Tradisi Mando’a dilakukan biasanya secara bergantian dari rumah ke rumah dalam satu batasan desa.
Mando’a biasanya diwakili oleh kaum lelaki yang datang secara berkelompok dari rumah ke rumah.
Mereka akan memanjatkan do’a-do’a kepada Tuhan, lalu ditutup dengan acara makan bersama yang telah disiapkan oleh tuan rumah.
· Pasaman Barat
Di Pasaman Barat kegiatan Mando’a juga dilaksanakan di berbagai kegiatan keagamaan dan adat.
Misalnya di Lubuak Landua, kegiatan Mando’a masih mempertahankan tradisi menggunakan kemenyan dengan cawan api yang dipimpin oleh pemuka adat dan agama setempat.
Kegiatan ini sering dilakukan ketika adanya kemalangan seperti meninggal dunia.
Dan juga dilaksanakan sebelum hari raya Idul fitri, dengan pelaksanaan yaitu niniak mamak kampuang akan pergi ke rumah-rumah masyarakat untuk berdo’a sebelum menyambut hari Raya Idul Fitri, serta juga untuk menjemput zakat fitrah.
· Padang Pariaman
Terdapat tradisi Mando’a yang unik di Padang Pariaman yang disebut dengan Mando’a Sambareh di bulan rajab.
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan yang disertai tradisi memasak sambareh atau serabi beras yang akan disantap bersama setelah acara Mando’a selesai dilakukan.
Menarik bukan? Bagaimana agama dan adat dapat bersatu pada tradisi Mando’a yang ada di Minangkabau.
Walaupun penggunaan cawan api tidak lagi populer di beberapa tempat, tetapi tradisi Mando’a masih tetap eksis hingga saat ini. Terus ikuti kami, untuk info budaya dan sejarah lainnya ya!