Bulan Rajab merupakan bulan yang ada di kalender hijriah. Sesuai dengan pepatah minang yang yaitu Adaik Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah yang mengandung adat di Minangkabau tidak dapat dipisahkan dari Islam atau selalu beriringan.
Ada satu tradisi yang unik terkait kebiasaan masyarakat Minangkabau di Bulan Rajab. Yaitu tradisi memasak makanan yang dikenal dengan Ma Apam/Sambareh yang dilakukan Masyarakat Minang. Di Pariaman makanan ini disebut dengan Sambareh (Sarang Bareh), sedangkan di Pasaman ini disebut dengan Apam.
Sambareh (Pariaman)
Di Pariaman dalam menyambut bulan ke 7 hijriah yaitu bulan Rajab yang sering dikatakan sebagai bulan kebaikan dan kemuliaan, ada makanan yang khas yaitu sambareh. Makanan ini bukan hanya sebatas cemilan, tapi termasuk ke dalam tradisi mandoa sambareh yang dilaksanakan di bulan Rajab.
Menurut sejarahnya tradisi ini di tinggalkan oleh Syekh Burhanuddin di Ulakan, yang di bawa dari Aceh. Bagi masyarakat yang mengadakan mandoa (syukuran) sambareh terlebih dahulu menyediakan sambareh di rumahnya. Juga makanan pada umumnya seperti nasi dan lauk pauk yang akan disantap diacara acara mandoa.
Setelah menyantap makan tersebut dan berdoa, lalu tuan rumah menyuguhkan sambareh yang telah diisi kuah ke hadapan Tuanku (ulama) dan tamu yang hadir sebagai makan penutup mandoa.
Ronggeng Pasaman: Sejarah dan Perkembangan Warisan Budaya dari Nagari Muaro Kiawai
Ma Apam (Pasaman)
Memasak apam merupakan tradisi masyarakat Pasaman yang dilaksanakan dalam setahun sekali, tepatnya saat bulan Rajab. Saat memasuki bulan Rajab, masyarakat Pasaman mulai melaksanakan tradisi ma apam baik secara berkelompok maupun sendiri-sendiri.
Mereka lebih memilih ruang terbuka, karena asap yang ditimbulkan dari bahan bakar alami berupa daun kepala kering cukup banyak. Tradisi ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar sesama sekaligus menjaga kelestarian budaya.
Secara sejarahnya tradisi maapam ini sudah ada semenjak zaman nenek moyang dahulu, yang cara pelaksanaan dalam memasaknya ialah kaum ibu-ibu. Dan tradisi ini sudah menjadi suatu kebiasaan yang terus dilakukan secara turun temurun.
Sehingga sampai saat ini masih terjaga dan terus dilaksanakan sampai sekarang di Pasaman. Kabupaten Pasaman Barat pernah memecahkan rekor dunia melalui kegiatan Pasaman Barat Maapam dengan tungku terbanyak, 1.704 tungku.
Explore West Sumatra’s Halal Tourism: A Visit to the Great Mosque
Cara memasak dan panyajian
Bahan-bahan yang digunakan sangat mudah di dapat yaitu tepung beras, santan kelapa, garam, gula dan pemanis alami seperti aren. Setelah semua bahan dicampur selanjutnya di aduk hingga merata.
Kemudian dalam memasaknya menggunakan kuali kecil yang awalnya di sangrai dengan serbuk kelapa barulah dimasak di tungku. Terakhir ditutup dengan penutup panci hingga matang. Cara penyajianya beragam bisa menggunakan kuah dan bisa menggunakan campuran gula dan serbuk kelapa untuk disantap.
Makanan ini wajib kamu coba karena rasanya yang enak dan menggugah selera. Makanan ini sangat mudah untuk dimasak, jadi kamu tidak perlu menunggu bulan Rajab untuk menikmatinya.
Kamu bisa memasaknya sendiri dirumah dan rasakan kenikmatan makanan satu ini. Nah, bagaimana tradisi bulan Rajab didaerah kamu? Silahkan bagikan dikolom komentar dibawah.